IHDINASHIROTOLMUSTAQIM. Tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus.
Ayat ni sering kali kita baca dalam surat Al-fatihah minimal 17 kali dalam sehari karena total rakaat dalam sehari kita laksanakan dalam 5 waktu adalah 17. Apa hikmahnya, sampai kita terus meminta kepada Allah Ta’ala?
Para ulama mengatakan. Permintaan kita berulang kali untuk mendapatkan jalan yang lurus karena permintaan hidayah itu ada dua macam. Yaitu kita minta hidayah yang sifatnya global dan kita minta hidayah yang sifatnya terperinci.
Yang global artinya kita memohon kepada Allah dituntun pada jalan shirotolmustaqim, jalan menuju surga.
Sedangkan ada lagi permintaan secara terperinci, karena untuk iman, kita harus tahu terperinci pula. Untuk amalan juga kita harus tahu secara global perintah salat, perintah puasa, perintah zakat. Namun kita harus tahu juga perinciannya.
Ini yang dijelaskan apa yang dimaksud dengan pengulangan 17 kali dalam sehari seperti tadi.
Dan perlu diketahui bahwasanya, hidayah itu ada dua macam, ada hidayah taufik dan ada hidayah al irssal al bayan. Yaitu ada hidayah taufik supaya kita diberi petunjuk agar bisa beramal. Dan ada yang namanya hidayah berupa penjelasan.
Kalau yang dimaksud dengan hidayah taufik, artinya kita meminta kepada Allah. Supaya bukan hanya kita dapat penjelasan saja namun kita minta kepada Allah supaya penjelasan tadi kita bisa amalkan.
Dan untuk hidayah pertama ini para ulama mengatakan bahwasanya ini wewenang Allah. Allah yang beri. Maka ketika Rasulullah ingin mendakwahi pamannya Abu Thalib untuk mengajaknya masuk islam. Beliau katakan pada pamannya ketika itu, “Wahai pamanku, katakan kalimat lailahailallah. Katakanlah lailahailallah dimana kalimat ini dapat aku gunakan sebagai hujjah di hadapan Allah Ta’ala.”
Maka ketika itu turunlah firman Allah Subhana wa Taala, “Wahai Nabi engkau tidak bisa memberikan petunjuk.”
Yaitu yang dimaksud adalah hidayah taufiq keapada orang yang engkau cintai, engkau cuma bisa mendakwahi yaitu hidayah yang ke dua yaitu hidayah Irsyad wal bayan dimana Irsyad wal bayan kita cuma memberikan penjelasan, memberikan ilmu, mendakwahi, mengajak orang. Namun, hidayah taufik pertama tadi itu hanya milik Allah Ta’ala.
Maka pelajaran dari hidayah ini. Perlu kita pahami tugas kita sebagai seorang dai, tugas kita sebagai pendakwah Hanya bisa mengajak, memberi tahu, mengajarkan. Adapun bagaimanakah mereka bisa beramal, adapun bagaimana dia bisa salat, adapun bagaimana dia puasa, adapun bagaimana dia meninggalkan kesyirikan, adapun bagaimana dia bisa meninggalkan tradisi-tradisi yang jauh dari tuntunan Rasul ataukah mengikuti sunnah.
Itu semua wewenang Allah subhanahu wa taala, kita tidak masuk area tersebut. Area kita adalah memberikan hidayah irsyad wal bayan, pembimbingan dan penjelasan.
Kita hanya bisa jelaskan kepada jemaah ayo kita salat, ayo kita ke masjid. Hanya seperti itu, adapun mereka bisa salat, itu wewenangnya Allah oleh karena itu kita banyak-banyak berdoa supaya orang lain mendapat hidayah taufiq ini. Barangkali para istri melihat suaminya tidak mengerjakan salat maka dia selain mengajak dia juga memohon kepada Allah supaya suaminya itu salat.
Dia lihat anak-anaknya bandelnya bukan main maka ketika itu juga dia mengajaknya pula, namun tergantung dia bisa melaksanakannya tergantung hidayah dari Allah. Maka hikmah dari ayat tadi kita senantiasa meminta hidayah yang global maupun yang terperinci, namun ingat kalau kita mengajak orang lain tugas kita hanya memberikan penjelasan sedangkan hidayah dari Allah.
Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan kita taufiq dan hidayah untuk menempuh jalan shirothol mustaqim (jalan yang lurus). Allah juga memberikan kita hidayah di tengah-tengah keluarga kita juga orang-orang yang dekat dengan kita, tetangga kita dan orang-orang yang kita dakwahi. Demikian semoga bermanfaat. [Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal]
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2313079/2-jenis-hidayah-kita-tak-bisa-memaksakannya#sthash.DnMZ4RJj.dpuf