Doa Pagi Malaikat yang Bikin Merinding dan Pasti Dikabulkan

Setiap pagi, ada dua malaikat yang berdoa. Jika disimak isinya, doa pagi mereka bikin merinding. Terlebih doa malaikat kedua.

Yang lebih bikin merinding, doa mereka pasti dikabulkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal semua manusia bisa masuk dalam pengelompokan doa tersebut. Entah masuk kelompok pertama atau masuk kelompok kedua.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan doa pagi mereka dalam sabdanya:

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

“Tidaklah ada suatu hari pun di mana hamba-hamba Allah masuk pada waktu pagi harinya, kecuali ada dua malaikat yang turun. Maka salah satu di antara mereka berdoa, “Ya Allah berikanlah ganti kepada orang-orang yang berinfak.” Dan malaikat yang lainnya berdoa, “Ya Allah berikanlah kerugian kepada orang-orang yang menahan hartanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Doa pagi malaikat untuk orang yang berinfak

Doa pagi malaikat yang pertama ditujukan untuk orang-orang yang berinfak. Malaikat berdoa kepada Allah agar mereka diberikan ganti.

Dalam hadits lainnya Rasulullah mensabdakan bahwa infaq atau sedekah tidak akan mengurangi harta.

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

“Tidaklah sedekah mengurangi harta” (HR. Muslim)

Karenanya kita tidak akan mendapati dalam sejarah, orang jatuh miskin karena sedekah. Tidak ada orang yang bangkrut dan melarat gara-gara sedekah dan zakat.  Justru yang terjadi, orang yang suka bersedekah, insya Allah hartanya semakin bertambah. Bal yazdad, bal yazdad, bal yazdad.

Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah menginfakkan separuh hartanya. Namun tidak ada ceritanya ia jatuh miskin setelah itu. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu pernah menginfakkan seluruh hartanya. Namun tidak ada ceritanya ia menjadi fakir setelah itu. Bahkan harta keduanya semakin banyak dan berkah.

Hadits doa pagi malaikat ini juga menunjukkan keutamaan berinfak setiap hari. Sekecil apa pun. Dan doa ini tidak akan ditolak oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebab malaikat selalu taat kepadaNya dan tidak pernah bermaksiat.

Doa malaikat untuk orang yang tidak mau berinfak

Doa pagi malaikat yang kedua ditujukan untuk orang-orang yang menahan hartanya, tidak mau berinfak. Malaikat berdoa kepada Allah agar mereka diberikan kerugian.

Kita patut berhati-hati dengan doa ini. Sebab doa ini juga tidak akan ditolak Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Orang yang menahan hartanya, tidak mau berinfak, umumnya didasari sifat bakhil, rakus dan tamak. Cinta dunia membuat ia tidak mau hartanya berkurang. Ia menganggap dengan menyimpan dan menahan hartanya, hartanya tidak akan berkurang.

Namun ia salah. Justru dengan kekikirannya, Allah menjatuhkan kerugian kepadanya. Hartanya memang tidak berkurang dengan keluarnya zakat dan infaq. Namun harta itu bisa berkurang dengan musibah dan bencana. Mungkin hartanya berkurang karena pencurian dan penipuan. Mungkin hartanya berkurang dengan jatuh sakit atau anaknya masuk rumah sakit.

Mungkin juga hartanya berkurang karena anak-anaknya suka berfoya-foya dan menghamburkan uang. Atau bahkan anaknya mengkonsumsi narkoba hingga menghabiskan banyak harta. Atau membutuhkan rehabilitasi yang memakan banyak dana. Maka jangan hanya berpikiran pendek dan tertipu dengan logika keliru.

Mari upayakan berinfak sesuai kemampuan kita. Jangan pernah menahan harta karena kikir dan cinta dunia. Semoga Allah memberkahi harta kita, di antaranya dengan wasilah doa pagi malaikat setiap harinya.

[Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Abdurrahman bin Auf: Memulai Bisnis dari Nol hingga Menjadi Sahabat yang Kaya Raya

Kisah para sahabat Nabi Muhammad SAW selalu menarik diulas bukan saja karena mengandung hikmah yang luar biasa di dalamnya tetapi juga dapat menginspirasi banyak orang. Kisah Abdurrahman bin Auf adalah salah satunya.

Kisah perjuangan sahabat Abdurrahman bin Auf dalam membangun bisnis dari nol selalu relevan dan menginspirasi siapapun yang mengkaji kisahnya. Lebih-lebih bagi calon pengusaha awal yang seringkali beralasan terganjal modal saat mau memulai usaha.

Sekali lagi, kisah Abdurrahman bin Auf patut dijadikan teladan dan inspirasi dalam membangun suatu bisnis dari nol hingga sukses, kaya raya dan menyumbangkan seluruh hartanya di jalan Allah.

Tak ayal jika Abdurrahman Auf dalam sejarah Islam dikenal sebagai sahabat yang sukses dunia dan akhirat. Ada kisah yang mengharukan, yaitu Abdurrahman pernah mengeluar kan 200 uqiyah emas (1 uqiyah setara 31,7475 gram) demi memenuhi kebutuhan logistik selama Perang Tabuk.

Kedermawanan sahabat Abdurrahman bin Auf juga terkonfirmasi saat Nabi Muhammad menyeru kepada umat Islam untuk berinfak di jalan Allah, maka beliau pun tanpa pikir panjang dan dengan keikhlasan langsung menyumbangkan separuh hartanya.

Memulai Usaha dari Nol

Ikhwan Fauzi (2002) dalam bukunya berjudul “Sebuah Biografi Abdurrahman bin Auf” menjelaskan bahwa ketika Abdurrahman bin Auf hijrah dari Makkah ke Madinah bersama Nabi, ia tidak membawa bekal sama sekali.

Saat tiba di Madinah, kaum Anshar rela membagikan harta kekayaan kepada para Muhajirin, termasuk di dalamnya Abdurrahman bin Auf. Bahkan Abdurrahman bin Auf ditawari sebidang kebun kurma dan sejumlah harta oleh saudaranya kaum Anshar.

Alih-alih menerima tawaran tersebut, namun sahabat Abdurrahman bin Auf justru meminta petunjuk di mana keberadaan pasar. “Tolong tunjukkan kepadaku di mana arah menuju pasar”, kata Abdurrahman bin Auf.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa sahabat Abdurrahman bin Auf lebih memilih kail dari pada ikan. Itu artinya, beliau lebih memilih memulai usaha, meskipun bermodal nol. Dari sini pula, kepiawaian Abdurrahman bin Auf dalam berwirausaha terasah dan tidak membutuhkan waktu lama, beliau benar-benar sukses menjadi entrepreneur.

Teladan dari Abdurrahman bin Auf

Abdurrahman Auf menjadi salah satu nama yang disebutkan dalam hadis yang membahas tentang 10 sahabat yang dijanjikan surga. Sehingga kiranya sangat layak dan sudah seharusnya umat Islam meneladani beliau, terlebih pengusaha muslim.

Ada beberapa teladan yang bisa diambil dari Abdurrahman bin Auf terkait dengan membangun bisnis dari nol.

Pertama, sikap berani untuk memulai usaha atau bisnis.

Seorang businesman yang sukses seperti Abdurrahman bin Auf patut dijadikan role model atau teladan sepanjang zaman bagi orang-orang zaman now. Salah satu keteladanannya adalah berani memulai usaha.

Mentalitas pengusaha adalah berani mencoba. Hal ini sesuai dengan teori umum yang menyebutkan bahwa jika kita berani mencoba, maka akan ada dua kemungkinan: sukses atau gagal. Tetapi jika kita tidak ingin mencoba, maka akan hanya ada satu kemungkinan, yakni gagal.

Kedua, memfokuskan keahliannya.

Sikap Abdurrahman bin Auf lebih memilih ditunjukkan keberadaan pasar dibanding menerima sejumlah uang dan kebun kurma menunjukkan bahwa dalam dunia bisnis, sikap yang harus ditempuh adalah memfokuskan hobi dan keahliannya.

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam berbagai kitab sirah nabawi bahwa Abdurrahman bin Auf sangat pandai berdagang. Sehingga, belia lebih memilih pasar daripada mengelola kebun kurma. Jika mengelola kebun kurma, niscaya beliau akan memulai dari nol dan dengan pengetahuan atau skill yang harus beliau pelajari lagi.

Lain halnya dengan skill berdagang, Abdurrahman bin Auf sangat lihai dan teruji. Saat itu, Abdurrahman bin Auf merintis perniagaan keju dan minyak samin. Walhasil, tidak lama setelah ditunjukkan pasar, Abdurrahman bin Auf melakukan terobosan dan berhasil meraih kesuksesan. Usahanya pun maju pesat.

Salah satu terobosan yang dilakukan oleh Abdurrahman bin Auf adalah menjadikan penduduk madinah sebagai partnet bisnis. Dengan begitu, bisnis yang dijalankan oleh Abdurrahman bin Auf tidak dimonopoli, melainkan saling sinergi.

Ketiga, rajin sedekah.

Abdurrahman bin Auf rajin bersedekah. Hartanya tidak lantas membuatnya lupa diri, bersikap sombong, dan suka pamer. Alih-alih sombong dan hura-hura, Abdurrahman justru bersikap tawadlu’, ringan tangan, dan suka bersedekah. Perihal sedekah, mungkin kita yang hidup di era sekarang ‘ngiri’ dan terkagum-kagum.

Bagaimana tidak. Untuk urusan sedekah, Abdurrahman tidak menggunakan perhitungan. Uang diletakkan di tangan, bukan dihati. Baginya, harta dan uang itu jalan untuk meraih kemulyaan di sisi Allah sehingga harus dibelanjakan untuk kepentingan umat.

ISLAM KAFFAH

7 Sikap Durhaka Anak pada Orangtua 

ADA beberapa sikap durhaka anak pada orangtua yang harus kita ketahui.

Ridho Allah SWT terletak pada ridho kedua orangtua dan murka Allah SWT juga terletak pada murka orangtua. Betapa mulianya posisi ayah dan ibu, sampai-sampai Rasulullah ﷺ mengatakan bahwa dosa karena durhaka kepada mereka adalah dosa besar terbesar kedua setelah syirik.

Karena itu sebagai anak, kita diwajibkan untuk selalu patuh dan berbuat baik kepada kedua orangtua. Durhaka kepada keduanya hanya akan mengundang murka dan azab dari Allah SWT.

Rasulullah ﷺ juga menggambarkan bahwa orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya tidak akan dipandang oleh Allah SWT pada hari kiamat kelak.

“Ada tiga orang yang tidak akan dilihat dengan pandangan rahmat dan kasih sayang oleh Allah SWT pada hari kiamat nanti orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, pecandu khamr atau peminum minuman keras dan al manan (orang yang senantiasa mengungkit ungkit pemberian).” (HR. An Nasa’i, Al Bazzar dan al-Hakim dishahihkan oleh Al Hakim dan Syekh al-albani)

Mufti Arab Saudi, Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh menyebutkan tujuh sikap anak yang termasuk pada kategori durhaka, di antaranya:

1 Sikap Durhaka Anak pada Orangtua: Bermuka Masam di hadapan orangtua

Menampakkan wajah cemberut dan bermuka masam saat berada di hadapan kedua orangtua atau salah satu dari keduanya termasuk perbuatan durhaka.

Seorang anak kadang dapat berwajah ceria saat berhadapan dengan kawan-kawannya. namun dia tidak dapat melakukan hal itu saat berada di hadapan kedua orangtuanya. Padahal menampakan wajah yang berseri-seri merupakan salah satu kebaikan yang sangat ditekankan di dalam Islam.

Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kamu meremehkan suatu kebaikan sedikitpun, meskipun engkau hanya menemui saudaramu dengan wajah yang berseri-seri”.

Dan tentu saja orang tua atau ayah dan ibu merupakan orang pertama yang berhak untuk mendapatkan perlakuan dan sikap seperti ini.

2 Sikap Durhaka Anak pada Orangtua: Memandang orangtua dengan tatapan sinis dan tajam

Tatapan sinis dan tajam biasanya merupakan luapan dan ekspresi perasaan di dalam hati. Sehingga tentu sangat tidak pantas jika seorang anak menatap orang tuanya dengan tatapan yang mengandung makna sinis dan marah.

Imam Mujahid  mengatakan; “Tidak dianggap berbuat baik kepada kedua orangtuanya orang yang menatap orangtuanya dengan tatapan tajam”.

Perakataan uff (ah) kepada kedua orang tua dilarang oleh Allah, karena hal itu menyebabkan keduanya tersakiti. Maka demikian pula dengan tatapan tajam dan sinis atau melotot. Dipastikan hal itu membuat orang tua tersakiti.

Ini juga masuk dalam larangan “janganlah engkau membentak keduanya (wa la tanharhuma)’’, maknanya, “Janganlah muncul perlakuan buruk darimu kepada keduanya, dan jangan acungkan tanganmu kepadanya.“ (Tafsir Ibn Katsir, 3/1657)

3 Sikap Durhaka Anak pada Orangtua: Menolak/tidak menjawab panggilan mereka

Di antara bentuk durhaka kepada kedua orang tua adalah tidak menjawab panggilan mereka, termasuk menjawab panggilan mereka melalui telepon.

Padahal dalam hadits dijelaskan bahwa boleh membatalkan salat Sunnah untuk menjawab panggilan orang tua kedua orang tua atau salah satu dari kedua orang tua.

Jika shalat sunnah boleh dibatalkan untuk memenuhi panggilan orang tua, maka ini menunjukkan hak kedua orang tua yang sangat besar kepada anak.

4 Sikap Durhaka Anak pada Orangtua: Meninggikan suara atau memotong perkataan orangtua dengan kasar

Meninggikan suara secara berlebihan kepada lawan bicara atau memotong perkataan lawan merupakan sikap yang tidak sopan. Semua orang berakal sepakat bahwa itu sangat buruk dan mencerminkan rendahnya akhalaq dan budi pekerti seseorang.

Lalu bagaimana jika hal itu dilakukan kepada ayah atau ibu yang seharusnya dimuliakan dan dihormati? Tentu mengangkat suara di hadapan mereka atau memotong pembicaraan mereka termasuk sikap durhaka, apalagi jika hal itu membuat mereka sakit hati dan tersinggung.

Sikap ini juga bertentangan perintah Allah yang menyuruh untuk bersikap sopan, santun, dan berkata lembut kepada kedua orang tua. “…Dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu kepadanya dengan penuh kasih sayang,…“ (Qs. Al-Isra: 23-24).

Makna perkataan yang baik (qaulan karima[n]) dalam ayat ini adalah, “(perkataan) yang lembut, baik, indah, sopan, penuh hormat dan ta’dziem”. (Tafsir Ibm Katsir, 3/1657).

5 Sikap Durhaka Anak pada Orangtua: Menunda-nunda memenuhi permintaan dan keperluan mereka

Di antara sikap yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan durhaka kepada kedua oran tua adalah mengabaikan permintaan dan keperluan mereka. Misalnya orang tua meminta sesuatu kebutuhan, tetapi si anak dengan berbagai alasan menolak atau mengulur dan menunda dengan berbagai alasan.

Mulai dari alasan kerja, anak istri, capek, dan sebagainya. Atau sebagaian anak memenuhi hajat dan keperluan serta perminttaan bantuan kedua orang tuanya dengan berat hati disertai omelan. Tentu ini merupakan sikap tercela dan termasuk kedurhakaan kepada orang tua.

6 Sikap Durhaka Anak pada Orangtua: Mencela dan mencaci-maki kedua orangtua

Mencaci-maki dan mencela kedua orang tua merupakan dosa besar. Mencaci maki kedua orang tua terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Menghina dan mencaci maki kedua orang tua secara tidak langsung adalah seseorang menghina orang tua orang lain lalu orang tersebut membalas. Dalam hadits dikatakan;

“Termasuk dosa besar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya, ditanyakan kepada Rasulullah Bagaimana mungkin seseorang melaknat kedua orang tuanya ?Nabi bersabda “Seseorang menghina ayah orang lain lalu orang tersebut membalas menghina ayahnya atau mencaci Ibu orang lain kemudian orang tersebut membalas mencaci maki ibunya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

7 Sikap Durhaka Anak pada Orangtua: Lebih mendahulukan anak dan istri daripada orangtua

Bakti seorang anak kepada kedua orangtuanya khususnya kepada Ibu tidak berhenti meskipun ia telah berumah tangga memiliki anak dan istri. Sayangnya beberapa orang setelah menikah dan memiliki anak justru ketaatan dan kepatuhan kepada kedua orang tuanya berkurang. Rasa cinta dan perhatian kepada kedua orang tua dikalahkan dan digantikan oleh rasa cinta dan perhatian kepada anak dan istri.

Terkadang ketika seorang anak diperhadapkan pada dua pilihan antara membantu atau menolong orang tuanya dengan memenuhi kebutuhan anak dan istrinya dia lebih mendahulukan anak dan istrinya. Padahal sesungguhnya bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya dapat menjadi salah satu sebab kebahagiaan dan keberkahan rumah tangga seorang anak. []

SUMBER: WAHDAH.OR.ID

2 Peristiwa Banjir Dahsyat yang Diabadikan dalam Alquran

Alquran mengabadikan dua peristiwa banjir dahsyat yang merupakan azab.

Banjir adalah genangan atau aliran air di atas daratan yang tidak biasanya tergenang air. Banjir umumnya disebabkan meluapnya air melalui tepian suatu badan air seperti sungai atau danau sehingga menggenangi atau mengalir di luar batas-batas biasanya. 

Sedangkan fluktuasi luapan sungai atau volume danau musiman, yang biasanya disebabkan variasi hujan atau pencairan salju, biasanya bukanlah banjir yang membahayakan kecuali luapan air tersebut membahayakan atau merusak lahan, permukiman, atau ladang-ladang pertanian yang dipakai manusia.  

Banjir sering kali menyebabkan kerusakan atau kerugian yang besar apabila menerjang daerah permukiman yang terletak di dataran rendah yang berpeluang banjir. Sebenarnya kerugian akibat banjir bisa dihindari apabila dataran banjir tersebut ditinggalkan atau tidak dihuni. 

Hanya saja, sejak dahulu manusia memang senang tinggal di dekat perairan karena mudah mendapatkan air, menggunakannya untuk sarana irigasi dan transportasi, bahkan untuk tempat berdagang. 

Pada saat ini lebih disadari bahwa tinggal terlalu dekat dengan badan air, apalagi yang memiliki fluktuasi luah yang besar, sangat berbahaya mengingat adanya ancaman banjir sewaktu-waktu.

Mengutip Buku Air Dalam Perspektif Alquran dan Sains disusun Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang & Diklat Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dijelaskan bahwa Alquran menceritakan banjir terbesar sepanjang sejarah manusia yang terjadi pada zaman Nabi Nuh.

Banjir tersebut menenggelamkan dan menghapus semua peradaban manusia saat itu. Besarnya banjir Nabi Nuh dilukiskan dengan tergenangnya permukaan bumi dan tenggelamnya gunung-gunung yang berlangsung dalam waktu yang lama, dengan air yang jatuh dari langit maupun yang memancar dari dalam bumi. 

فَفَتَحْنَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ بِمَاءٍ مُنْهَمِرٍ وَفَجَّرْنَا الْأَرْضَ عُيُونًا فَالْتَقَى الْمَاءُ عَلَىٰ أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ وَحَمَلْنَاهُ عَلَىٰ ذَاتِ أَلْوَاحٍ وَدُسُرٍ

“Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah, dan Kami jadikan bumi menyemburkan mata-mata air maka bertemulah (air-air) itu sehingga (meluap menimbulkan) keadaan (bencana) yang telah ditetapkan. Dan Kami angkut dia (Nuh) ke atas (kapal) yang terbuat dari papan dan pasak.” (QS al-Qamar ayat 11-13). 

Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Nuh alaihissalam untuk menaikkan ke atas perahu pasangan-pasangan dari setiap spesies, jantan dan betina, serta keluarganya. 

Baca juga: 5 Fakta Seputar Nabi Isa yang akan Kembali Bangkit Pertanda Datangnya Kiamat

Seluruh manusia di daratan tersebut ditenggelamkan ke dalam air, termasuk anak lakilaki Nabi Nuh yang semula berpikir bahwa dia bisa selamat dengan mengungsi ke sebuah gunung yang dekat. 

قَالَ سَآوِي إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ

“Dia (anaknya) menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!” (Nuh) berkata, “Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah yang Maha Penyayang.” Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan.” (Surat Hud ayat 43).

Semuanya tenggelam kecuali yang dimuat di dalam perahu bersama Nabi Nuh. Ketika air surut di akhir banjir tersebut, dan kejadian telah berakhir, perahu terdampar di Judi, yaitu sebuah tempat yang tinggi, sebagaimana yang diinformasikan Alquran kepada kita.

Banjir lainnya yang diceritakan di dalam Alquran adalah banjir bandang yang menimpa kaum Saba’. Banjir terjadi karena bobolnya bendungan yang pada awalnya dipakai sebagai sumber air dan sarana irigasi pertanian kaum tersebut. 

Salah seorang Ratu kaum Saba’, Ratu Bilqis, beriman kepada Allah melalui Nabi Sulaiman dan menjadi istri Nabi Sulaiman. Bangsa ini memiliki kebudayaan yang cukup tinggi pada masanya dan memiliki angkatan perang yang kuat. 

Selepas masa Ratu Bilqis, kaum Saba’ kembali ingkar kepada Allah SWTT sehingga Allah menghukum mereka dengan mendatangkan banjir. 

Lahan-lahan pertanian kaum Saba’ yang tadinya subur, hancur tersapu banjir. Setelah kejadian banjir tersebut lahan-lahan pertanian tidak dapat lagi ditumbuhi tanaman, kecuali tumbuhan liar yang tidak berguna. Allah SWT berfirman:

فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ

“Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.” (QS Saba ayat 16).     

IQRA REPUBLIKA

Anda Ingin Wawancara Kerja Dipermudah? Baca Doa Nabi Musa Alaihissalam Berikut Ini

Doa diberikan kelancaran wawancara kerja bisa merujuk pada doa Nabi Musa.

Proses wawancara merupakan salah satu langkah sebelum menuju ke tahap selanjutnya dalam perekrutan di dunia kerja. 

Namun, bagi kebanyakan orang, tahapan ini tidak mudah dilakukan. Bahkan cukup menegangkan bagi sebagian pencari kerja mengingat sesi tanya jawab inilah yang menentukan lulus atau tidaknya seorang pelamar kerja.

Dalam situasi seperti ini, seorang disarankan untuk tetap tenang dan mengendalikan kegugupannya. Rasa percaya diri juga harus ditonjolkan untuk memberikan kesan yang baik saat wawancara kerja.

Untuk lebih menunjang keberhasilan dalam melamar wawancara kerja, umat Islam dianjurkan untuk membaca doa untuk mengatasi rasa gugup seperti yang diamalkan Nabi Musa alaihissalam. 

Hal ini dapat memberikan kemudahan dan ketenangan dalam segala hal, terutama saat melakukan wawancara kerja.

Dilansir dari The Islamic Information, Selasa (27/12/2022), adapun doa yang bisa diamalkan adalah seperti yang dijelaskan dalam Alquran surat Thaha, ayat 25-28. Berikut bacaan dan artinya:

قَالَ رَبِّ ٱشْرَحْ لِى صَدْرِى وَيَسِّرْ لِىٓ أَمْرِى وَٱحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِى يَفْقَهُوا۟ قَوْلِى

Arab-Latin: Qoola Robbisyroḥ Lii ṣodrii. Wa Yassirlii Amrii. Wahlul Uqdatam mil Lisaanii. Yafqohu Qoulii.

Artinya: Berkata Musa, “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku. Dan mudahkanlah untukku urusanku. Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. Supaya mereka mengerti perkataanku.” (QS Thaha ayat 25-28).

Menurut Syekh As Saadi dalam Taisir Al Karimir Rahman, maksud dari “meluaskan” dalam ayat tersebut adalah agar ucapan dan perbuatan kita tidak boleh menyakiti. Dan hati kami tidak tercemar dan tidak menyempit. Karena kalau hati sudah sempit, sulit bagi orang yang berhati itu untuk memberikan hidayah (petunjuk ilmu) kepada lawan bicara kita.

Sementara itu, “mudahkan tugasku” artinya membuat segala urusan menjadi mudah, dan setiap jalan yang kita tempuh mengikuti harapan kita, menjadikan segala kesulitan menjadi mudah.

Di antara yang dimudahkan adalah yang meminta berbagai kemudahan dari berbagai pintu, dimudahkan berbicara kepada semua orang dengan baik, dan menyampaikannya dengan cara yang mudah diterima orang lain.

Selain doa Musa alaihissalam di atas, pelamar juga dapat mengusahakan wudhu dan sholat sunnah sebelum menghadapi wawancara.

IQRA REPUBLIKA

Muliakan Orangtuamu Meski Sudah Meninggal

SUATU Suatu saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam  lagi duduk-duduk bersama para sahabatnya. Datanglah seorang lelaki dari Bani Salamah lalu berkata,  “Ya Rasulullah, apakah masih ada kesempatan lagi untuk berbuat baik kepada kedua orangtuaku, setelah keduanya meninggal?”

Nabi menjawab, “Mendoa’kan keduanya, memintakan ampun untuk keduanya, menyambung tali silahturahim kerabat-kerabatnya, dan memuliakan teman-temannya.” (Riwayat Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

Do’akan dan Mohonkan Ampunan

Salah satu kewajiban utama anak kepada kedua orangtuanya adalah mendo’akan mereka. Allah Subhanahu Wataa’ala memerintahkan:

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِير

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil,” (QS: Surat Al Isra’ : 24).

Imam Bukhari meriwayatkan, “Setelah mati, mayit itu aku diangkat derajatnya, kemudian berkata, ‘Wahai Tuhanku, ada apa ini?” Tuhan berfirman kepadanya, “Anakmu memohonkan ampun untukmu.

Namun demikian, do’a dan ampunan akan terkabul manakala yang dido’akan adalah sesama muslim, dan bukan termasuk orang-orang musyrik. Sebagaimana pernah dilakukan Nabi Muhammad   saat mendo’akan ibunya. Sekalipun Nabi telah menghiba sedemikian rupa di hadapan Allah,  tetapi Allah tetap menolak do’a beliau untuk mengampuni ibunya.

Imam Muslim meriwayatkan, “Suatu saat Rasulullah berziarah ke kubur ibunya, lalu menangis dan menjadikan orang-orang yang disekelilingnya ibu menangis. Beliau bersabda, “Saya mohon izin kepada Rabbku untuk memintakan ampun buat ibuku, maka Dia tidak mengabulkan (tidak mengizinkan). Lalu saya mohon izin kepada-Nya untuk menziarahi kuburnya. Kemudian Dia mengizinkannya. Maka dari itu berziarahlah ke kubur, karena dapat mengingatkan kepada kematian.

Nabi Nuh juga pernah mendo’akan anaknya, agar Allah berkenan mengampuni anaknya. Akan tetapi Dia menolaknya. Sama pula pada Nabi Ibrahim, hasilnya nihil saat beliau mendo’akan orangtuanya. Allah  menolak doa’nya.
 
Menyambung Tali Silahturahim

Teladan dalam bidang silahturahim ini salah satunya adalah Ibnu Umar RA. Biasanya, Ibnu Umar ke Mekkah membawa himar dan unta. Bila merasa jemu mengendarai unta, maka ia mengendarai himar. Dan pada suatu hari ketika ia sedang mengendai himarnya, mendadak bertemu dengan seorang Badui. Maka Ibnu Umar bertanya, “Bukanlah kau si Fulan bin Fulan.” Jawabnya, “Benar.” Selanjutnya, diberikanlah himar dan sorbannya kepada Badui itu.
Kawan-kawannya tertegun, lalu bertanya kepada Ibnu Umar. “Semoga Allah melimpahkan ampunan kepadamu, mengapa kau berikan himar dan sorban kepada si Badui itu?”

Ibnu Umar menjawab, “Saya telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sebaik-baik bakti (kepada orangtua) adalah menghubungi bekas kawan-kawan ayah sepeninggalnya. Dan ayah orang ini dahulu teman (ayahku) Umar.” (Riwayat Muslim)
Menulasi Hutang-hutang Nadzarnya

Misalnya orangtua memiliki nadzar (janji)  untuk melakukan amal shaleh, namun belum sempat ditunaikan karena Allah berkenan memanggil menghadap keharibaannya.

Inilah tanggung jawab mulia anak shaleh, yaitu berupaya menunaikan “amanah” yang dipikul ayahnya.

“Seorang perempuan dari suku Khas’an datang mengadu kepada Rasulullah Shallallahi alaihi Wassalam; ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya datangnya perintah Allah kepada hamba-Nya untuk pergi haji pada saat ayahku telah lanjut usia, tidak mampu lagi duduk di atas kendaraan. Karena itu bolehkah saya berhaji atas namanya?” Sabdanya, “Boleh.” (Riwayat Bukhari Muslim)

Menjaga Nama Baik Kedua Orangtua

Barangkali tanpa disadari atau bahkan disengaja, seseorang seringkali melakukan perbuatan yang menjatuhkan harga diri dan kredibilitas kedua orangtua. Akibatnya, meski orangtua sudah meninggal tetapi sang anak juga masih bisa durhaka kepada orangtua.

Dalam menjaga nama baik orangtua itu, kita juga dilarang memaki atau melecehkan orangtua lain. Mamaki orangtua lain itu sama dengan kita memaki orangtua sendiri.

“Di antara dosa-dosa besar ialah seseorang memaki ayah bundanya. Sahabatnya bertanya, ‘Ya Rasulullah, adakah seseorang yang memaki ayah bundanya? Rasulullah bersabda, “Benar. Dia memaki ayah orang lain sehingga dimakilah ayahnya dan dia memaki ibu orang lain dan dimakilah ibunya,” (Riwayat Muslim)

Membayarkan Hutang

Ketika seseorang meninggal sementara masih memiliki tanggungan hutang, maka hutang tersebut bakal menghalangi seseorang menuju surga.

“Jiwa seseorang mukmin tergantung kepada hutangnya, sampai dilunasi,” (Riwayat Ahmad)

Bahkan seorang mujahid yang mati syahid sekalipun akan tertahan masuk surga manakala masih memiliki tanggungan hutang. Ada seorang bertanya kepada Rasulullah,  “Bagaimana pendapatmu jika saya terbunuih dalam jihad fi sabilillah, apakah akan terputus semua dosa-dosaku?

Nabi menjawab, “Ya, apabila engkau terbunuh sedangkan engkau tabah, sabar dan ikhlas mengharap ridha Allah, maju dan tidak lari, kecuali (memiliki) hutang. Demikian keterangan Jibril kepadaku,” (Riwayat Muslim).

Yang bertanggung jawab melunasi hutang itu adalah anak-anaknya. Imam Bukhari meriwayatkan, seorang perempuan suku Juhinah datang mengadu kepada Nabi, “Ibuku telah bernadzar pergi haji, tetapi beliau belum sempat melakukannya keburu mati. Bolehkan saya menghajikan atas namanya?”

Rasulullah menjawab, “Boleh. Hajikanlah atas namanya, sebab bagaimana pendapatmu jika ibumu mempunyai hutang, bukankah kamu yang melunasinya. Karena itu lunasilah hutang kepada Allah sebab Allah lebih patut dilunasi hutangnya.”

Melanjutkan Amal Shalihnya

Adapun  pelanjutan amal shaleh orangtua adalah dengan menjaga hal-hal yang diwariskan orangtua setelah meninggalnya.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya di antara amal dan kebaikan yang menyusul seorang mukmin setelah kematiannya ialah ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shaleh yang ditinggalkannya, mushaf yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah untuk Ibnu Sabil yang dibangunnya, sungai yang dialirkannya, atau sodaqoh yang dikeluarkan dari hartanya pada masa sehatnya dan masa hidupnya akan menyusulnya setelah kematiannya.” (Riwayat Ibnu Majah, hadits Hasan).”

HIDAYATULLAH

Anak Shalih dan Shalihah Takdir Allah, Kita Terus Berusaha

Alangkah bahagianya orang tua jika punya anak shalih dan shalihah, sesungguhnya shalih dan shalihah itu takdir Allah, orang tua harus berusaha dan berdoa

Hidayatullah.com | DI ANTARA hal yang harus kita imani ialah, baik dan buruknya anak sudah ditentukan oleh Allah ‘Azza wa Jalla sejak dia di rahim ibu. Hanya Allah-lah yang menjadikan sesuatu dan yang menentukan semua urusan. Perkara ini harus kita yakini agar kita tidak sombong dan membanggakan diri bila berhasil mendidik anak, dan tidak putus asa bila kita sudah berusaha mendidik semaksimal mungkin namun anak belum menjadi baik.

Misalnya anak Nabi Nuh ‘Alaihissalam yang durhaka padahal orang tuanya sudah mendidiknya. Dan Nabi Nuh memanggil anaknya sedang anak itu (berada di tempat yang terpencil):

وَهِىَ تَجْرِى بِهِمْ فِى مَوْجٍ كَٱلْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبْنَهُۥ وَكَانَ فِى مَعْزِلٍ يَٰبُنَىَّ ٱرْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلْكَٰفِرِينَ

“Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu bersama orang-orang yang kafir.” Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” (QS: Hud [11]: 42-43)

Dalam ayat ini terdapat teladan agar kita tidak putus asa ketika belum berhasil mendidik anak. Adapun dalil wajibnya kita mengimani takdir ialah hadits Abdulloh bin Mas’ud Radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺpernah bercerita kepada kami—dan beliau adalah orang yang jujur dan bisa dipercaya:

“Sesungguhnya setiap kalian telah mengalami proses penciptaan dalam perut ibunya selama empat puluh hari (sebagai nuthfah). Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula. Selanjutnya Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh ke dalamnya dan diperintah untuk menulis empat perkara, yaitu: menentukan rezekinya, ajalnya, amalnya serta sengsara atau bahagianya. Demi Dzat yang tiada sembahan selain Dia, sesungguhnya ada salah seorang di antara kalian yang telah melakukan amalan penghuni surga sampai jaraknya dengan surga hanya tinggal sehasta, namun karena sudah didahului takdir, maka ia pun melakukan perbuatan ahli neraka, lalu masuklah ia ke dalam neraka. Dan sungguh ada pula salah seorang di antara kalian yang telah melakukan perbuatan ahli neraka sampai jaraknya dengan neraka hanya tinggal sehasta, namun karena sudah didahului takdir, maka ia pun melakukan perbuatan ahli surga, dan masuklah ia ke dalam surga.” (Shohih Muslim 4781)

Orang tua wajib berikhtiar

Orang yang beriman kepada takdir bukan berarti meninggalkan usaha, karena Allah ‘Azza wa Jalla memerintah kita agar berilmu lalu beramal. Bukankah Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk mengerjakan sholat?

Bukankah kita disuruh menikah agar punya anak? Bukankah kita diperintah untuk menuntut ilmu agar menjadi orang yang berilmu dan beramal? Bukankah anak yang pandai membaca al-Qur’an karena dia belajar? Bukankah Allah melarang kita mengikuti jalan menuju neraka? Baca surat at-Tahrim ayat no. 6.

Dari Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺbersabda (yang artinya):

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Lalu kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi.(HR: Muslim)

Hadits ini menerangkan bahwa kita tidak cukup bergantung pada takdir, namun kita wajib berusaha. Sebagaimana orang yang sakit, dia tidak hanya bergantung pada takdir, tapi pergi ke dokter untuk berobat. Orang tua yang menginginkan anaknya shalih pun hendaknya berusaha pula.

Imam Badruddin berkata: Kedua orang tualah yang mengajarinya beragama Yahudi atau Nasrani dan yang memalingkan dari fitrahnya sehingga dia mengikuti agama orang tuanya. (Umdatul Qori’ Syarah Bukhori 13/39)

Oleh karena itu, kami berwasiat kepada diri kami sendiri dan kepada pembaca seluruhnya, hendaknya kita berhati-hati ketika memutuskan ke mana kita akan menyekolahkan anak, mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah lanjutan. Mengapa? Karena guru, teman bergaul dan pelajaran sekolah akan sangat mempengaruhi pendidikan anak.

Bukankah anak yang diajari menyanyi dia pun akan menyanyi, dan yang diajari membaca al-Qur’an dia pun membaca al-Qur’an? Tentunya ini semua bila kita ingin memiliki anak yang shalih dan shalihah.

Dari Abul Abbas Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata: Suatu hari aku berada di belakang Nabi ﷺlalu beliau bersabda (yang artinya):

“Wahai Anak, aku akan ajarkan kepadamu beberapa patah kata: Jagalah Allah, niscaya Dia akan senantiasa menjagamu. Bila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah, dan bila engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, jika semua umat manusia bersatu padu untuk memberikan suatu kebaikan kepadamu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya kecuali bila sesuatu itu telah ditulis oleh Allah bagimu. Dan jika semua umat manusia bersatu padu untuk mencelakaimu, niscaya mereka tidak dapat mencelakaimu kecuali bila sesuatu itu telah ditulis oleh Allah bagimu. Pena telah diangkat dan catatan-catatan (amal) telah mengering.” (HR. at-Tirmidzi, hadits shohih, Silsilah ash-Shohihah 5/381).

Adapun maksud menjaga Allah ‘Azza wa Jalla adalah dengan cara menjaga hak-Nya, yaitu menjalankan yang wajib dan sunnah dan menjauhi larangan-Nya. Sedangkan yang dimaksud dengan penjagaan Allah ‘Azza wa Jalla terhadap manusia ada dua bentuk: Allah menjaga urusan dunianya dengan menyehatkan badannya, melapangkan rezekinya, menjaga anak dan istrinya, dan lain-lain. (Tuhfatul Ahwadzi 6/308)

Ini adalah satu contoh pendidikan anak yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ, yaitu hendaknya ketika anak masih kecil diajari tauhid sehingga ia mengenal Robbnya.

Hubungan antara takdir dengan ikhtiar (usaha)

Mungkin kita bertanya: Bagaimana kita menghubungkan antara takdir dengan usaha? Karena ayat atau hadits tidak mungkin bertentangan satu sama lain, karena keduanya merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasulullah ﷺ.

Ali bin Abu Tholib Radhiyallaahu ‘anhu berkata: Ketika kami sedang mengiring jenazah di Baqi’ Ghorqod (sebuah tempat pemakaman di Madinah), datanglah Rasulullah ﷺmenghampiri kami. Beliau segera duduk dan kami pun ikut duduk di sekeliling beliau yang ketika itu memegang sebatang tongkat kecil. Beliau menundukkan kepalanya dan mulailah membuat goresan-goresan kecil di tanah dengan tongkatnya itu, kemudian beliau bersabda: “Tidak ada seorang pun dari kamu sekalian atau tidak ada satu jiwa pun yang hidup kecuali telah Allah tentukan kedudukannya, di surga ataukah di neraka, serta apakah ia akan sengsara ataukah bahagia.”

Lalu seorang lelaki tiba-tiba bertanya: Wahai Rasulullah, kalau begitu apakah tidak sebaiknya kita berserah diri kepada takdir kita dan meninggalkan amal-usaha? Rasulullah ﷺbersabda: “Barangsiapa yang telah ditentukan sebagai orang yang bahagia, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang berbahagia. Dan barangsiapa yang telah ditentukan sebagai orang yang sengsara, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang sengsara.” Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: “Beramallah! Karena setiap orang akan dipermudah. Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang yang bahagia, maka mereka akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang bahagia. Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang yang sengsara, maka mereka juga akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang sengsara.”

Kemudian beliau membacakan surat al-Lail ayat 5-10 berikut (yang artinya): Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar. (Shohih Muslim 4786)

Inilah hubungan antara takdir dan usaha. Akhirnya, semoga Allah ‘Azza wa Jalla memberi kemampuan kepada kita semuanya untuk bersungguh-sungguh dan bersabar mendidik anak menuju jalan yang diridhoi-Nya, amin.*/Aunur Rofiq Ghufron

HIDAYATULLAH

Alquran Menggetarkan Hati Mualaf Monica Witt, Mantan Intelijen Amerika Serikat

Mantan Intelijen Amerika Serikat Monica Witt memeluk Islam berkat pelajari Alquran

Mantan perwira intelijen angkatan udara Amerika Serikat (AS), Monica Witt (39 tahun) ini, kini masih menjadi buron FBI. Dia dituduh sebagai mata-mata setelah membelot ke Iran pada 2013. Dia diduga telah membocorkan identitas para agen Amerika Serikat dan rahasia lainnya. 

Menurut dakwaan, Witt membelot ke Iran pada Agustus 2013 dengan membawa dokumen rahasia tentang agen dan intelijen Amerika Serikat yang pernah bekerja bersamanya. Hal ini kemudian menjadi sasaran bagi para hacker Iran. Empat di antaranya disebutkan dalam dakwaan tersebut.

Namun, apa yang menjadikan Monica Witt membelok dan dikabarkan telah memeluk Islam? Pemilik nama lengkap Monica Elfriede Witt ini ketika 2013 pernah diwawancara Kantor Berita Quran Iran. Dahulu dia merupakan seorang kristen namun bukan jamaah yang taat hingga dia mendaftar di militer Amerika Serikat.

Monica lahir pada 8 April 1979 di El Paso, Texas. Ibunya meninggal sebelum dia aktif bertugas di militer tahun 1997. Dia pun tinggal bersama kerabatnya hingga pada 2008. Ayahnya Harry Witt sejak 2019 tinggal di Longwood, Florida.

Monica dekat dengan Islam sejak dia mendapatkan sebuah misi ke Irak. Untuk memahami penduduk Irak, dia pun terpaksa mempelajari Alquran.

Namun semakin lama mempelejari Alquran dia semakin antusias dengan isi Alquran. Meskipun setelah dia menjadi mualaf ngaranya menuduh dia membelot, dia yakin bahwa ini adalah keputusan sepenuh hati.

“Sangat mengesankan, saya tidak pernah membayangkan sebelumnya. Saya menjadi begitu tertarik dengan Alquran sehingga setiap malam saya mempelajarinya,”jelas dia dilansir di BBC.com.

Witt muncul di televisi Iran dan dia kemudian mendeklarasikan diri sebagai seorang muslim. Saat itu dia berharap setelah memeluk Islam sebagai seseorang yang bertugas di tentara AS selama bertahun-tahun, hak untuk memilih agama dan kepercayaan akan dihormati.

“Namun, seorang anggota tentara Amerika Serikat yang menjadi Muslim bukanlah sesuatu yang bisa mereka pertahankan. Mereka takut pada orang-orang seperti itu,” jelas dia.

Monica menjelaskan bahwa teman-temannya, keluarga, dan militer Amerika Serikat di bawah pengaruh propaganda anti Islam dan tidak menerima agamanya saat ini. Setelah memeluk Islam dia pun mendapatkan banyak dakwaan dari pemerintah Amerika Serikat terutama pelanggaran militer.

Baca juga: Keindahan Islam Memikat Hati Jayina Chan, Mualaf Cantik Asal Singapura Ini

Dilansir di theguardian.com, dia masuk Islam dalam acara televisi di 2012 pada perjalanan pertamanya ke Teheran bersama seorang mualaf yang lebih terkenal, Sean Stone, putra sutradara film Amerika Serikat Oliver Stone.

Banyak pertanyaan-pertanyaan yang menarik dirinya lebih dekat kepada Islam terutama tentang tujuan utama kehidupan dan mengapa kita harus hidup dengan cara terbaik?

Monica yang bernama Muslim Fatemah Zahra ini merupakan lulusan dari dari University of Maryland, College Park dan gelar master dari Universitas George Washington (GWU). Dia juga memiliki sertifikasi bahasa Persia dari Defense Language Institute.

Teman-teman sekelas di GWU menggambarkan Witt sebagai orang yang pendiam dan introvert. Meskipun ketika dia berbicara tentang dinas militernya, dia menggambarkan dengan jelas tentang serangan pesawat tak berawak, pembunuhan di luar hukum, dan kekejaman terhadap anak-anak. Ini lah yang menjadi penyebab dia terserang insomnia.

Karier Monica

Monica bekerja dengan intelijen militer, dia bergabung dengan Angkatan Udara Amerika Serikat pada Desember 1997. Sebagai bagian dari spesialisasi Angkatan Udara, Moica diberi akses ke SECRET dan TOP SECRET “informasi pertahanan nasional yang berkaitan dengan intelijen asing dan intelijen Amerika Serikat, termasuk HUMINT yang berisi nama sebenarnya dari sumber intelijen dan agen klandestin dari Amerika Serikat.

Sekitar Februari 1998 hingga April 1999, dia ditugaskan ke Lembaga Bahasa Pertahanan untuk dilatih dalam bahasa Persia. Antara Mei 1999 hingga November 2003, di ditugaskan beberapa kali untuk melakukan misi rahasia dan mengumpulkan sinyal intelijen tentang musuh Amerika Serikat.

Selama awal Perang Irak, Sersan Witt adalah seorang Analis Bahasa Kriptologis Udara yang ditugaskan ke Skuadron Pengintai ke-95, yang ditempatkan di Pangkalan Angkatan Laut Kreta. Ketika perang meletus pada tanggal 20 Maret 2003, tiga pekan berikutnya dia melakukan operasi tempur besar yang berkelanjutan.

Dia menjadi anggota awak pesawat Boeing RC-135V atau W Rivet Joint. Untuk tugas ini, Monica dianugerahi Medali Udara oleh Presiden AS George W Bush.

Monica  lantas berpartisipasi dalam penerbangan udara yang berkelanjutan dari 29 Maret hingga 18 April. Selama periode ini, angkatan udara dan keberanian Sersan Witt dapat menyelesaikan misi pengintaian dalam mendukung Operasi IRAQI FREEDOM , dalam kondisi yang sangat berbahaya, dia menunjukkan kemahirannya yang luar biasa dan pengabdian yang teguh pada tugas.

Kemampuan profesional dan pencapaian udara luar biasa dari Sersan Witt mencerminkan penghargaan besar pada dirinya dan Angkatan Udara Amerika Serikat.

Monica lalu dipindahkan ke Pangkalan Angkatan Udara Andrews dari Pangkalan Angkatan Udara Offutt pada November 2003, dan mulai penugasannya sebagai agen khusus Kantor Penyelidikan Khusus (OSI) Angkatan Udara, dengan fokus pada penyelidikan kriminal dan intelijen. Witt melanjutkan operasi rahasia di Timur Tengah, dan memiliki akses ke program akses khusus (SAP) informasi rahasia hingga Agustus 2010.

Sepanjang layanannya dengan militer AS, Witt dikerahkan ke Arab Saudi, Diego Garcia, Yunani, Irak, dan Qatar. Selain Air Medal-nya, Witt menerima tiga Medali Penghargaan Angkatan Udara dan tiga Medali Prestasi Udara.

Witt berpisah sebagai sersan teknis pada bulan Juni atau Maret 2008. Ini karena dia berniat untuk memeluk Islam dan tentu menjadi pendorong dalam keputusannya untuk meninggalkan Angkatan Udara.    

KHAZANAH REPUBLIKA

Biaya Haji Reguler yang Ditetapkan Lagos Fantastis, Angkanya Tembus Setara Rp 92,8 Juta

Dewan Kesejahteraan Jemaah Muslim Negara Bagian Lagos mematok setoran awal untuk ibadah haji 2023 sebesar 2.640.000 Naira atau setara Rp 92,8 juta. Informasi ini disampaikan Komisaris Urusan Dalam Negeri, Pangeran Anofiu Olanrewaju Elegushi, dalam sebuah pernyataan. 

Bagi semua jamaah yang berniat haji namun tidak dapat melakukan ziarah tahun ini dan telah membayar kepada Pemerintah Negara Bagian, diimbau untuk membayar sejumlah 1,340,000 Naira, selain setoran awal 1.3 juta Naira yang dibayarkan antara 2019 dan 2022. 

Lebih lanjut, pernyataan tersebut menekankan mereka yang telah lunas membayar 2.640.000 Naira untuk latihan spiritual terakhir tetapi tidak dapat menunaikan ibadah haji karena keadaan di luar kendali mereka, tidak terpengaruh oleh pernyataan tersebut.

Menurut Komisaris, setiap jamaah yang berniat untuk berangkat diharapkan mengumpulkan ‘Draft Bank’ yang dikeluarkan oleh Dewan Kesejahteraan Jamaah Muslim Negara Bagian Lagos dari salah satu bank Komersial di negara tersebut. 

Draft tersebut lantas diserahkan ke Departemen Akun Dewan untuk tindakan lebih lanjut yang diperlukan.

Dilansir di Vanguard Nigeria, Selasa (27/12/2022), 2ia menekankan peziarah yang berencana melaksanakan ibadah haji tidak boleh membayar uang ke rekening individu mana pun. 

Siapa pun yang melakukannya harus bertanggung jawab atas kemauannya sendiri. 

Sambil mendesak untuk mulai membayar sesegera mungkin, Elegushi juga menekankan jika nantinya akan ada biaya tambahan, Dewan akan memberikan informasi secepatnya. 

Beberapa dari lebih dari 4.000 jamaah yang berniat melakukan ziarah suci 2022 tidak dapat melakukannya karena beberapa faktor. Di antaranya adalah kuota haji yang tidak memadai, kenaikan tarif, serta batasan usia. 

Sebelumnya, dia juga telah memberikan jaminan kepada calon peziarah yang menitipkan uang mereka kepada Pemerintah Negara Bagian, antara 2019 dan 2022 untuk pelaksanaan haji 2023 yang akan datang. 

Mereka disebut akan diberikan prioritas pertama, yaitu kesempatan pertama dilayani ketika proses ibadah haji 2023 akhirnya dimulai. 

Sumber: vanguardngr  

IHRAM

Tidak Membayar Zakat adalah Dosa Besar

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang harus diperhatikan oleh kaum muslimin. Akan tetapi, sebagian di antara kaum muslimin masih meremehkan dan tidak memperhatikan kewajiban ini. Tidak sedikit yang memiliki harta melimpah, namun tidak mau mengeluarkan zakatnya. Padahal, Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ’alaihi wasallam telah mengancam orang-orang yang tidak mau menunaikan zakat dengan siksaan yang pedih.

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ وَوَيْلٌ لِّلْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ لَا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُم بِالْآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ

”Katakanlah, ‘Bahwasanya Aku hanyalah seorang manusia (biasa) seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa. Tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat.’ ” (QS Fushilat: 6-7)

Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala menyebutkan bahwa di antara sifat orang-orang musyrik adalah tidak membayar zakat. Oleh karena itu, jika ada seorang muslim yang tidak mau membayar (menunaikan) zakat, maka orang tersebut memiliki keserupaan dengan orang-orang musyrik.

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala dengan tegas mengancam orang-orang yang tidak mau membayar zakat dari harta emas dan perak yang mereka miliki. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِنَّ كَثِيراً مِّنَ الأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللّهِ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلاَ يُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللّهِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَـذَا مَا كَنَزْتُمْ لأَنفُسِكُمْ فَذُوقُواْ مَا كُنتُمْ تَكْنِزُونَ

”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.  Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung, dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka, ‘Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.’ ” (QS. At Taubah: 34-35)

BACA JUGA: Tidak Membayar Zakat adalah Dosa Besar

Dalam surah At-Taubah ayat 34-35 di atas, Allah Ta’ala mengancam dengan siksaan yang pedih orang-orang yang tidak mau menunaikan hak dari harta yang dia miliki, seperti belum dibayarkan zakatnya.

Semua orang yang mempunyai harta berupa emas atau perak, namun tidak menunaikan haknya (tidak dibayarkan zakatnya), maka pada hari kiamat akan dibentangkan untuknya beberapa lembaran atau lempengan (dari api). Lalu dia akan dipanggang di atas lembaran-lembaran (lempengan) tersebut di neraka. Lembaran-lembaran tersebut digunakan untuk menyetrika lambung, wajah, dan punggungnya. Jika lembaran-lembaran tersebut sudah kembali lagi menjadi dingin, maka dipanaskan lagi. Hal ini terus-menerus diulangi selama satu hari yang panjangnya setara dengan lima puluh ribu tahun. Demikianlah keadaannya, sampai Allah Ta’ala memberi keputusan kepada makhluk-Nya tersebut, boleh jadi menuju surga dan boleh jadi menuju neraka.

Hukuman ini juga berlaku pada harta yang bisa berfungsi untuk menggantikan emas dan perak, yaitu uang. Karena dalam bertransaksi, emas dan perak bisa diganti dengan uang. Maka, siapa saja yang memiliki uang, baik ditabung di bank ataupun disimpan di dalam rumah atau tempat yang lainnya dan nilainya sama dengan harga emas dan perak yang sudah memenuhi nishab, maka wajib dikeluarkan zakatnya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, Rasululah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

مَنْ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا، فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ مَالُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيبَتَانِ يُطَوَّقُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ، ثُمَّ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ – يَعْنِي بِشِدْقَيْهِ – ثُمَّ يَقُولُ أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ، ثُمَّ تَلاَ: (لَا يَحْسِبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ) ” الآيَةَ

”Barangsiapa yang Allah Ta’ala berikan harta, namun tidak mengeluarkan zakatnya, maka pada hari kiamat nanti harta tersebut akan dijelmakan dalam bentuk ular jantan yang ganas. Ular itu memiliki dua taring yang akan mengalunginya. Kemudian ular tersebut akan memakannya dengan kedua rahangnya, kemudian berkata, ’Aku adalah hartamu, aku adalah emas dan perakmu’ …”

Lalu, beliau shallallahu ’alaihi wasallam membaca surah Ali Imran ayat 180,

وَلاَ يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ هُوَ خَيْراً لَّهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُواْ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلِلّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاللّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

”Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.” (QS. Ali Imran: 180) (HR. Bukhari no. 1403)

Demikianlah Allah Ta’ala tegaskan bahwa ketika mereka tidak mau membayar zakat, hal itu berdampak buruk bagi mereka pada hari kiamat. Hal ini karena harta yang tidak dizakatkan tersebut akan dijadikan kalung di leher-leher mereka pada hari kiamat.

Demikian pula, setelah Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam wafat, ternyata terdapat orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Mereka pun diperangi oleh Abu Bakar radhiyallahu ’anhu. Abu Bakar radhiyallahu ’anhu merupakan sahabat yang sangat lembut hatinya dan sangat mudah menangis. Akan tetapi, beliau bersikap tegas terhadap orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Beliau radhiyallahu ’anhu berkata,

وَاللَّهِ لَأُقَاتِلَنَّ مَنْ فَرَّقَ بَيْنَ الصَّلاَةِ وَالزَّكَاةِ، فَإِنَّ الزَّكَاةَ حَقُّ المَالِ، وَاللَّهِ لَوْ مَنَعُونِي عَنَاقًا كَانُوا يُؤَدُّونَهَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَاتَلْتُهُمْ عَلَى مَنْعِهَا

”Demi Allah, aku pasti akan memerangi siapa yang memisahkan antara kewajiban salat dan zakat, karena zakat adalah hak harta. Demi Allah, seandainya mereka enggan membayarkan anak kambing yang dahulu mereka menyerahkannya kepada Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam, pasti akan aku perangi mereka disebabkan keengganan itu.” (HR. Bukhari no. 1400)

Hadis tersebut adalah dalil bahwa termasuk tugas penguasa adalah mengatur pembayaran zakat. Penguasa mempunyai kewenangan untuk menarik secara paksa bagi orang yang tidak mau membayar zakat. Bahkan, bagi orang yang menolak membayar zakat akan diberi hukuman (denda). Jika mereka tetap melawan, maka mereka boleh untuk diperangi.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

وَمَنْ مَنَعَهَا فَإِنَّا آخِذُوهَا وَشَطْرَ مَالِهِ، عَزْمَةً مِنْ عَزَمَاتِ رَبِّنَا عَزَّ وَجَلَّ

”Barangsiapa yang tidak membayar zakat, maka kami akan mengambilnya, dan setengah hartanya kami sita. Demikian kewajiban di antara kewajiban-kewajiban yang Allah Ta’ala bebankan kepada kami.” (HR. Abu Dawud no. 1575, dinilai hasan oleh Syekh Al-Albani)

Harta yang disita tersebut kemudian dimasukkan ke baitul mal. Sekali lagi, hadis-hadis ini menunjukkan pentingnya peran negara dalam pengambilan zakat.

Semoga Allah Ta’ala memberikan petunjuk-Nya kepada seluruh kaum muslimin agar mereka bersegera dalam menunaikan kewajiban zakat.

***

Penulis: M. Saifudin Hakim

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/81714-tidak-membayar-zakat-adalah-dosa-besar.html