Viral Disawer Saat Baca Al-Qur’an, Inilah Hukumnya!

Baru-baru ini ada berita yang cukup mengejutkan publik khususnya kalangan muslim. Pada Kamis 5 Januari 2023 kemarin beredar video viral disawer saat baca Al-Qur’an. Dalam video itu seorang qariah yang sedang membaca Alquran di Tanggerang, Banten. 

Ironisnya, dalam video viral disawer saat baca Al-Qur’an ditunjukkan sang qariah yang dikenal dengan qariah Internasional Ustazah Hj Nadia Hawasy itu disawer oleh beberapa pria yang naik ke atas panggung. Bahkan, ada salah satu pria itu menyelipkan uangnya di balik kerudung sang qariah.

Tentu, tindakan dalam video viral disawer saat baca Al-Qur’an, tidaklah etis sesuai nilai-nilai Islami yang diajarkan. Tindakan sawer untuk qariah adalah paradoks dengan anjuran-anjuran syariat Islam. Dalam Alquran secara gamblang sudah diperintahkan untuk menyimak bacaan Alquran.

{وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (204)} [الأعراف: 204].

“Apabila Al-Quran telah dibaca maka simaklah oleh kalian dan renungilah barangkali kalian mendapatkan rahmat” (QS. Al-‘A’raf: 240).

Dari kalangan Hanafiyah menegaskan bahwa mendengarkan dan menyimak bacaan Al-Qur’an adalah wajib berdasarkan ayat di atas, baik dalam shalat maupun di luar shalat. Sehingga orang yang berbicara (apalagi berdiri dan menyawerkan?) dihukumi haram. 

Menurut kalangan ini, kendatipun ayat di atas turun lantaran merespons kasus yang spesifik yaitu dalam shalat namun tidak menegasikan keumuman lafadznya yang juga berlaku general di setiap tempat yaitu di luar shalat. Dalam suatu kaidah ushul dikatakan, “Yang menjadi acuan adalah lafal yang general bukan sebab turunnya ayat yang spesifik”.

Berbeda dengan itu, kalangan Hanbali dan Imam Syafi’i hanya menghukumi wajib bila dalam shalat dan sunah mendengarkan dan menyimak bacaan Al-Qur’an di luar shalat. Hal itu berlaku di tempat-tempat tertentu semisal masjid dan acara yang disediakan untuk membaca Al-Qur’an, (Al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, 35/118).

Dari kedua pendapat di atas rasanya terlalu ekstrim jika mengikuti pendapat kalangan Hanafiyah yang mewajibkan untuk mendengarkan pembacaan Alquran dan ini bisa menyulitkan masyarakat awam. 

Namun demikian, pendapat di atas disuguhkan sebagai warning betapa pentingnya menyimak Alquran sehingga tidak serta merta melakukan tindakan yang tidak etis semisal saweran.

Sebagaimana telah disebutkan, Allah menggunakan frasa istima’ dan inshat dalam perintah untuk menyimak bacaan Alquran. Dalam kitab Mausu’ah al-Akhlaq (186) dikatakan bahwa istima’ adalah mendengarkan dengan penuh penghayatan dan disertai kesadaran akal dan hati. Sedangkan inshat adalah diam beserta khidmat dan tidak berbicara atau beraktivitas yang menyibukkan diri.

Dalam konteks saweran sudah barang tentu bertentangan dengan nilai istima’ dan inshat di mana tindakan sawer sudah menyibukkan seseorang dari menyimak Al-Qur’an dan fokus terhadap tindakan sawerannya. 

Di sisi lain, Al-Qur’an yang telah diyakini oleh seluruh muslim sebagai kalam ilahi yang mana setiap hurufnya juga bisa bernilai ibadah (al-muta’abbad bih) sudah seyogyanya menjaga adab saat bersinggungan dengan Al-Qur’an baik secara langsung (pembaca) maupun tidak (pendengar).

Ada beberapa adab yang mesti diperhatikan oleh seseorang (muslim tentunya) tatkala mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an. Pertama, berdiam diri dan tidak bergerak-gerak kecuali lantaran kebutuhan yang tidak bisa diabaikan. Kedua, tidak beraktivitas yang bisa membuyarkan kefokusan dari ayat-ayat yang didengar. 

Ketiga, menjaga pandangannya sehingga hatinya tidak teralihkan dengan apa yang dilihat. Keempat, menghadirkan akalnya (sadar). Oleh sebab itu, tidak berbincang-bincang sendiri dalam hatinya. Kelima, berusaha untuk memahami lantunan ayatnya sehingga bisa diamalkan.

Semua itu dilakukan sebagai realisasi dari rasa pengagungan umat Islam terhadap konten ayat sucinya, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Katsir bahwa tatkala Allah menyebutkan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan rahmat maka Allah memerintahkan segenap insan untuk menghayati ketika ayatnya dibaca sebagai rasa pengagungan dan memuliakan. Bukan seperti sikapnya orang-orang Quraisy yang tidak mendengarkan lantunan ayat Alquran, (Mausu’ah al-Akhlaq, 186). 

Perlu ditegaskan kembali, adab-adab itu berlaku bila dalam kondisi normal dan semestinya misalnya sama-sama di masjid atau memang acara yang secara sengaja ada bacaan Alqurannya, tidak berlaku bagi orang yang sedang berkendara dan mendengar lantunan ayat dari toa masjid.

Walhasil, menyawer pembaca Alquran saat pembacaan berlangsung hukumnya haram menurut kalangan Hanafiyah sebab dinilai tidak mengindahkan lantunan ayat Alquran (tidak istima’ dan inshat). Dan makruh menurut pendapat lainnya.

Masalahnya, sering kali orang-orang berdalih bahwa saweran adalah bentuk ekspresi apresiasi bagi pembaca. Dalih ini adalah kalimat yang benar tapi digunakan untuk hal batil. Sebab, tidak ada yang menyangkal untuk mengapresiasi seseorang yang memiliki bacaan Al-Qur’an bagus. Akan tetapi, haruskan mengapresiasi dengan cara-cara yang tidak etis seperti saweran? Apakah tidak bisa, misalnya, dikasih setelah selesai pembacaan? 

Di sisi lain, pada kasus Ustadzah Hj Nadia Hawasy itu ada tindakan yang “mungkar” di mana seorang pria menyelipkan uang ke kerudung sang ustadzah, bagaimana jika tersentuh bukankah akan menyebabkan kebatalan wudhunya? bukankah bersentuhan dengan lawan jenis adalah haram kendatipun tidak khalwat dan syahwat menurut satu pendapat?

Soal apresiasi, konon, nabi Muhammad Saw. turut memberikan kepada salah satu sahabatnya yang membaca Al-Qur’an dengan lantunan suara merdu dan apik. Seperti sahabat Abu Musa al-Asy’ari seorang qari yang memiliki suara indah. 

Saking indah dan syahdu suaranya ketika membaca Al-Qur’an hingga Rasul menjulukinya sebagai seruling nabi daud. “Telah dikaruniai satu seruling di antara seruling Nabi Daud”. Tentu, Nabi tidak sampai melampaui batas dalam memberikan penghargaan, bukan? 

Demikian penjelasan hukum terkait viral disawer saat baca Al-Qur’an. Semoga bermanfaat. Falyata’ammul.

BINCANG SYARIAH

2 Aspek Kebijaksanaan dalam Menghadapi Kesulitan

SAHABAT mulia Islampos, Terbayangkah apa yang kita lakukan ketika keadaan menjadi sulit? Ketika masa depan tampak tanpa harapan dan suram? Diperlukan kebijaksaan yang meliputi dua aspek. Apa saja aspek kebijaksanaan tersebut?

Ada beberapa orang di sekitar kita yang luar biasa dalam menghadapi kesulitan. Mereka tidak hanya menghindari melakukan sesuatu yang drastis; mereka berdiri kokoh, sehingga orang lain merangkak ke arah mereka dan berpegangan pada mereka untuk mendapat dukungan.

Apa yang membuat mereka berbeda?

Mereka memiliki kebijaksanaan dalam menghadapi kesulitan. Sumber utama yang bisa dimanfaatkan seorang muslim untuk meningkatkan tingkat kearifannya adalah Al-Quran. Allah berfirman:

“Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki, dan barang siapa yang diberi hikmah, pasti dia diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang mengingat kecuali orang-orang yang berakal.” (QS Al Baqarah: 269)

Kebijaksanaan adalah hadiah dari Allah, dan Anda sudah memiliki hadiah itu dalam jangkauan Anda – Al-Quran. Ibnu Abbas mendefinisikan hikmah secara sederhana sebagai pengetahuan tentang Al-Qur’an (Ibn Katsir).

Nabi Muhammad ﷺ membuat doa khusus untuk menghilangkan kesedihan dan kecemasan , di mana dia berkata, “… Engkau menjadikan Al-Quran sebagai kehidupan hatiku dan cahaya dadaku, dan pelepasan kesedihanku dan pelepasan kegelisahanku.” (Hisnulmuslim)

Al-Qur’an memiliki kemampuan untuk mengubah musim dingin Anda yang sulit menjadi mata air kebahagiaan. Jika Anda dapat mempertahankannya, Anda akan menemukan kepuasan di hati Anda meskipun gagal dalam ujian, atau meskipun mengalami perceraian yang menyakitkan. Anda akan menemukan kesabaran dan keberanian untuk menghadapi kesulitan .

Kepuasan itu akan membantu Anda mengatasi kesulitan Anda dan keluar dari kesulitan. Juga, menerapkan Al-Qur’an dalam hidup Anda akan membawa pertolongan Allah dan mengisi hidup Anda dengan barakah.

1 Aspek Pertama Kebijaksanaan

Quran memberi tahu Anda apa yang perlu Anda lakukan ketika keadaan menjadi sulit. Ketika bencana melanda, Al-Qur’an mengingatkan Anda untuk mengatakan:

“Yang ketika bencana melanda mereka, mengatakan, ‘Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sesungguhnya kepada-Nya kami akan kembali.” (QS Al Baqarah: 156)

  1. Inna lillah: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah.” Kita adalah hamba Allah. Lupakan hal yang hilang dari kita, kita sendiri adalah milik-Nya.
  2. Wa inna ilayhi raji’un: “Dan kami akan kembali kepada-Nya.” Kesulitan ini bukanlah akhir dari kehidupan. Kehidupan dunia ini hanyalah permulaan.

Nabi Muhammad ﷺ menambahkan doa untuk dikatakan setelah pernyataan ini:

“Jika ada hamba (Allah) yang mengalami musibah mengatakan: ‘Kami milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali; Ya Allah, berilah aku pahala atas musibahku dan berilah aku ganti yang lebih baik darinya,’ Allah akan memberinya pahala atas musibah, dan akan memberinya ganti yang lebih baik darinya.“ (HR Muslim)

Dalam doa, kita menambahkan dua poin lagi:

Mintalah pertolongan-Nya.

Berharap yang terbaik.

Setelah Sahabat Abu Salamah wafat, isterinya memanjatkan doa ini. Apakah Anda tahu apa hasilnya? Dia kemudian dinikahi oleh Nabi dan menjadi salah satu umahatul mukminin. Namanya Ummu Salamah.

Empat pengingat ini akan menjaga pikiran kita tetap waras selama bencana.

2 Aspek Kebijaksanaan Kedua

Setelah intelek kita aman dari pengaruh emosi kita yang menyelimutinya, sekarang kita siap mengambil tindakan untuk mengatasi masalah. Untuk ini kita membutuhkan aspek kebijaksanaan yang kedua – kebijaksanaan untuk mengobrak-abrik berbagai tindakan dan memilih yang benar. Di sini, Quran dan sunnah akan membantu Anda.

Jika istri seseorang tiba-tiba mulai berhalusinasi, apa yang dia lakukan? Apakah dia membawanya ke psikiater, melakukan ruqyah padanya, atau meminta syekh memberinya jimat ajaib ?

Meskipun Muslim hidup di zaman teknologi, jumlah orang yang mengejutkan akan memilih opsi terakhir. Ini tidak lain adalah ketidaktahuan, kurangnya kebijaksanaan.

Pedoman umum Al-Qur’an dan Sunnah memberi tahu kita dengan tepat apa yang harus dilakukan dalam keadaan seperti itu:

  1. Minta bantuan Al-Qur’an.
  2. Carilah bantuan dari seorang ahli.
  3. Hindari syirik dengan cara apa pun, dan itu termasuk pergi ke syekh untuk mendapatkan jimat ajaib.

Kedua aspek kebijaksanaan ini, digabungkan, membentuk resep sempurna untuk menghadapi kesulitan: sikap terbaik digabungkan dengan tindakan terbaik. []

SUMBER: ABOUT ISLAM / ISLAMPOS

Bosan dengan Kesulitan Hidup? Baca Hadis Ini

SAHABAT mulia Islampos, pernah merasa bosan dengan kesulitan hidup yang tiada henti?

Abu Sa`id dan Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi mengatakan, “Tidaklah keletihan, penyakit, kegelisahan, kesedihan, sakit hati, dan kesusahan yang menimpa seorang muslim, sekalipun tusukan duri yang diterimanya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dosanya dengan itu.”  (HR Bukhari dan Muslim)

Dunia ini tidak lebih dari sebuah ujian di mana semua manusia pasti akan menghadapi beberapa kesulitan dan tantangan yang mengungkapkan kesabaran dan keteguhan mereka.

Tes Berbeda

Bentuk ujian ini banyak dan beragam: Ada orang yang menderita kemiskinan, ada yang menderita penyakit fisik, ada yang hidup dalam keadaan tidak aman, ada yang kehilangan orang yang mereka sayangi dan cintai, dan ada pula yang menderita gangguan kejiwaan. Mengacu pada fakta ini, Allah berfirman:

“Dan sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan sesuatu ketakutan dan kelaparan, dan kehilangan harta dan jiwa dan tanaman; tetapi berikan kabar gembira kepada orang yang sabar, Yang mengatakan, ketika ditimpa musibah: “Kami adalah milik Allah, dan kepada-Nya kami kembali”: Mereka adalah orang-orang yang kepadanya (turun) Berkah dan Rahmat dari Allah, dan merekalah orang-orang yang yang mendapat petunjuk.”  (QS Al-Baqarah: 155-157)

Di ayat lain, Dia Yang Mahakuasa berfirman:

“Dia Yang menciptakan Kematian dan Kehidupan, agar Dia mencoba siapa di antara kamu yang terbaik perbuatannya: dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.”  (QS Al-Mulk: 2)

Karena kesulitan tidak dapat dihindari, Islam tidak membiarkannya berlalu begitu saja tanpa bimbingan yang tepat tentang sikap yang paling aman dan paling tepat. Hadits di atas mengungkapkan salah satu dimensi resep Islam untuk berhasil menghadapi tantangan hidup.

Sisi Positif Masalah

Untuk menyeimbangkan efek negatif yang ditimbulkan oleh penderitaan, Islam menarik perhatian kita pada buah yang diharapkan. Masalah dan masalah berfungsi sebagai sarana untuk menebus dosa dan mengangkat derajat orang beriman di akhirat.

Pendekatan optimis dan positif ini melindungi seseorang dari keputusasaan dan kesedihan. Di sini, tepat untuk mengutip beberapa hadits Nabi yang menekankan konsep ini:

Abu Yahya Suhaib bin Sinan (semoga Allah meridhoi dia) meriwayatkan, Rasulullah ﷺ mengatakan,

“Betapa indahnya kasus seorang beriman; ada kebaikan baginya dalam segala hal dan ini hanya berlaku bagi seorang mukmin. Jika kemakmuran menyertainya, dia bersyukur kepada Allah dan itu baik baginya; dan jika kesulitan menimpanya, dia menanggungnya dengan sabar dan itu baik baginya.” (HR Muslim)

Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah ﷺ berkata, “Barangsiapa yang Allah kehendaki baik, Dia membuatnya menderita beberapa penderitaan.” (HR Al-Bukhari)

Abu Hurairah juga meriwayatkan, Rasulullah ﷺ berkata, “Seorang Muslim, pria atau wanita, terus berada di bawah ujian dalam hal kehidupan, harta, dan keturunannya sampai dia menghadap Allah Yang Maha Tinggi, tanpa catatan dosa.” (HR At-Tirmidzi)

Panggilan untuk Mengalah?

Hadits di atas tidak boleh disalahartikan sebagai ajakan untuk fatalisme dan kekalahan. Pesan yang disampaikan hadits adalah bahwa setiap Muslim harus mengharapkan kesulitan dan bersiap untuk menghadapinya. Karena itu, orang beriman menghadapi kesulitan dengan hati yang berani; mereka mempercayai kebijaksanaan Allah dan percaya pada rahmat-Nya; dan mereka tahu bahwa ujian ini bermanfaat. Bandingkan sikap itu dengan perasaan bahwa seseorang sendirian di dunia ini, menghadapi tantangan beratnya yang terisolasi dari sumber dukungan atau bantuan apa pun.

Jadi, hadis-hadis ini dimaksudkan untuk menanamkan harapan dan semangat kepada Muslim dan mengusir pikiran-pikiran destruktif tentang kegagalan dan keputusasaan. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang mereka, kita harus mempertimbangkannya berdasarkan hadits berikut:

Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah ﷺ bersabda, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah, dan keduanya baik.

Patuhi apa yang bermanfaat bagi Anda. Teruslah meminta pertolongan Allah dan jangan menahannya.

(Jika Anda menderita dengan cara apa pun), jangan katakan: ‘Jika saya mengambil langkah ini atau itu, itu akan menghasilkan ini dan itu,’ tetapi katakan saja: ‘Allah telah menentukan dan melakukan apa yang Dia kehendaki.’ Kata ‘jika’ membuka gerbang setan (pikiran).” (HR Muslim)

Hadits ini sejalan dengan peringatan Nabi kepada sepupunya Ibn `Abbas bahwa dengan kesabaran datang kemenangan, dengan kesusahan datang kemudahan, dan dengan kesulitan datang kemudahan.

Bagaimana jika Itu Hukuman?

Dalam hal ini, satu ide bisa menjadi sumber kekhawatiran dan gangguan. Bagaimana kita bisa mendekati penderitaan dengan optimisme seperti itu ketika itu adalah tanda yang jelas dari murka Allah dan manifestasi dari hukuman-Nya? Bukankah Allah berfirman:

“Kemalangan apa pun yang terjadi pada Anda, apakah karena hal-hal yang dilakukan tangan Anda, dan bagi banyak (dari mereka) Dia memberikan pengampunan.” (QS Ash-Shura: 30)

Pertanyaan-pertanyaan ini menghantui banyak orang, terutama yang sedang berlatih, ketika mereka ditimpa musibah, kehilangan orang yang disayang, atau dijangkiti penyakit. Masalahnya, dalam banyak kasus, pikiran ini menjadi sumber frustrasi dan depresi.

Alih-alih menjadi pendorong untuk bertobat dan mendekatkan diri kepada-Nya, gagasan itu kadang-kadang menjadi faktor yang melemahkan semangat. Nah, mari kita lihat bagaimana para Sahabat memandang ayat di atas dan bagaimana mereka menyikapinya secara positif dan optimis.

Dalam komentarnya tentang ayat di atas, Imam Al-Qurtubi melaporkan bahwa `Ali  berkata, “Ayat ini adalah yang paling membangkitkan harapan di dalam Al-Qur’an; jika dosa-dosa saya ditebus melalui penderitaan dan bencana, dan di atas itu, Allah akan mengampuni banyak dosa lainnya, lalu apa yang tersisa setelah penebusan dan pengampunan tersebut?”

Benar, malapetaka hidup membuat hati hancur dan orang-orang terkasih kehilangan, tetapi orang beriman yang cerdas itu tahu bagaimana mengubahnya menjadi sumber tekad dan sumber kekuatan.

Hadits shahih yang indah di mana Nabi ﷺ memberi tahu kita bahwa orang-orang yang menghadapi cobaan terberat adalah para nabi, kemudian orang-orang di sebelah mereka (dalam iman dan pengabdian), dan lalu selanjutnya.

Setiap orang akan diuji menurut kadar keimanannya; orang yang memiliki iman yang kuat akan mengalami cobaan yang keras dan orang yang imannya lemah akan menerima cobaan yang lemah. Dan kesengsaraan itu akan meliputi seseorang sampai dia bebas dari dosa sama sekali. []

SUMBER: ABOUT ISLAM /ISLAMPOS

Korban First Travel: Putusan MA Soal Pengembalian Aset Berpotensi Munculkan Masalah Baru

Putusan majelis hakim Peninjauan Kembali (PK) Mahkamah Agung (MA) dinilai akan menimbulkan keresahan jamaah First Travel. Karena, meski dikembalikan kepada jamaah, aset First Travel tersebut tidak sesuai dengan jumlah jamaah.

“Berita putusan MA yang mengabulkan PK ini jadi membangunkan jamaah yang sudah tidur,” kata Anny, salah satu Korban Firts Travel, kepada Republika, Jumat (6/1/2023).

Anny menyampaikan ketidak bahagiannya atas putusan MA yang mengabulkan PK pemilik First Travel, bahwa aset yang sudah dirampas negara  itu dikembalikan kepada jamaah. Dengan putusan tersebut jamaah akan kembali membangun mimpi bahwa uang yang ada di First Travel itu bisa diterimanya lagi. 

“Mimpi kalau uang bisa kembali padahal asetnya jauh dari jumlah jamaah,” katanya.

Anny menyampaikan, dengan adanya berita ini dia akan ditagih lagi oleh 1.301 jamaah. Karena, Anny, pernah menjadi salah satu Agen First Travel di daerah Jakarta Barat, di mana uang untuk keberangkatan jamaah sudah disetor ke kantor pusat First Travel.

Anny mengaku tidak bisa mengumpulkan kembali data-data jamaahnya. Apalagi semua karyawan yang bekerja di kantor Agen First Travel sudah bekerja di tempat lain.

“Staf saya semua sudah pada kerja (di tempat lain),” katanya.

Anny mengaku pesimis karyawannya dapat membantu mengumpulkan data-data jamaah First Travel yang belum berangkat. 

“Kalau begini apakah mereka masih mau siap ngurus jamaah,” katanya

Dia mengkritisi langkah kuasa hukum pemilik First Travel Andika dan Annies yang mengajukan PK. Karena putusan PK itu dapat membuat masalah baru, karena asset First Travel tersebut tidak sesuai dengan jumlah jamaah yang jadi korban penipuan pemilik First Travel.

“Andika dan Anisa maju PK memang mereka yakin aset nya bisa mengembalikan uang jamaah,” katanya.

Mahkamah Agung (MA) mengabulkan peninjauan kembali (PK) yang diajukan kubu First Travel soal pengembalian aset kepada korban. Lewat putusan ini, para korban penipuan agen perjalanan haji dan umrah itu semestinya punya harapan baru. 

MA memang memutuskan untuk mengembalikan aset korban First Travel kepada para jamaah. Awalnya aset itu dirampas oleh negara.

“Kabul,” tulis amar putusan dikutip dari laman resmi MA pada Kamis (5/1/2022).

Perkara bernomor 365 PK/Pid.Sus/2022 itu tercatat diajukan pada 11 Maret 2022. Lalu perkara ini mencapai putusan pada 23 Mei 2022.

Sunarto duduk sebagai ketua majelis pada perkara ini. Kemudian didukung Yohanes Priyana dan Jupriyadi sebagai anggota majelis serta Carolina sebagai panitera pengganti. 

“Perkara telah diputus, sedang dalam proses minutasi oleh majelis,” tulis putusan di laman resmi MA. 

Sebelumnya, Kepala Kejari Depok Yudi Triadi menjelaskan, dalam tuntutan pada persidangan di PN Depok, jaksa penuntut umum (JPU) sedianya meminta agar barang bukti dikembalikan ke korban melalui Paguyuban Pengurus Pengelola Aset Korban FT. Akan tetapi, putusan PN Depok berbeda dengan tuntutan JPU.

JPU kemudian melayangkan banding pada 15 Agustus 2018. Namun, PN Bandung menguatkan putusan PN Depok. Lalu, JPU melakukan upaya hukum lagi dengan kasasi ke MA. Putusannya, pada 31 Januari 2019 MA menguatkan putusan PN Depok bahwa barang bukti perkara First Travel dirampas oleh negara. Putusan kasasi ini dibatalkan lewat putusan PK. 

Dalam kasus ini, PN Depok memvonis tiga bos First Travel, yakni Andika Surrachman, Aniessa Hasibuan, dan Kiki Hasibuan, bersalah dalam kasus penipuan jamaah umrah. Mereka divonis telah menipu dan menggelapkan uang 63.310 calon jamaah umrah dengan total kerugian hingga Rp 905 miliar. 

IHRAM

Fatwa Ulama: Jalan yang Harus Ditempuh oleh Penuntut Ilmu

Fatwa Syekh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah

Pertanyaan:

ما هي الطريقة الصحيحة التي يجب أن يتبعها طالب العلم الشرعي حتى يصل إلى ما يريده من إرضاء الله سبحانه وتعالى، وكسب العلم المفيد والنافع له وللمسلمين، وما هي العوامل التي تساعد الطالب على الحفظ ورسوخ المسائل في ذهنه وعدم النسيان؟

Apakah cara yang benar yang wajib untuk ditempuh oleh penimba ilmu syar’i sehingga dia bisa sampai pada tujuan yang dia kehendaki, yaitu guna mendapatkan rida Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan meraih ilmu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya sendiri dan kaum muslimin? Dan apakah faktor-faktor yang membantu penimba ilmu untuk menghafal dan memperkuat permasalahan (ilmu) di dalam pikirannya sehingga tidak mudah lupa?

Jawaban:

أعظم الأسباب، أن تتقي ربك بطاعته وترك معصيته، والإخلاص له وسؤاله التوبة والعون والتوفيق، ثم العناية بالدروس والمذاكرة، وحفظ الوقت؛ فإن هذا من أعظم الأسباب.

ومن أسباب ذلك أيضاً المذاكرة مع الزملاء، والحرص على الفائدة؛ حتى يستقر العلم، فلا تكتف بمطالعتك والدرس مع الأستاذ، بل مع هذا المذاكرة مع الزملاء الطيبين فيما أشكل عليك حتى يستقر في ذهنك العلم.

Sebab paling utama adalah hendaknya anda bertakwa kepada Rabbmu, meninggalkan maksiat kepada-Nya, ikhlas dalam beramal karena-Nya, memohon ampunan, bantuan, dan taufik. Kemudian hendaknya memberikan perhatian besar kepada pelajaran, mudzakarah (saling mengingat materi), dan memelihara waktu. Maka, ini termasuk sebab paling utama untuk itu.

Dan di antara sebab yang lain adalah dengan ber-mudzakarah (mengulang materi pelajaran) bersama teman-teman serta bersemangat untuk mencari faedah sehingga ilmu itu akan menetap dan kokoh. Maka, jangan mencukupkan diri hanya dengan muthala’ah (mengkaji buku) dan belajar bersama ustaz (guru). Bahkan, hendaknya hal itu juga disertai dengan mudzakarah bersama teman-teman yang baik (rajin) dan saleh dalam hal-hal yang dirasa sulit dipahami bagimu, sehingga dengan cara itu ilmu akan lebih kokoh tertancap dalam pikiranmu.

Sumber: http://www.binbaz.org.sa/fatawa/3304

Penerjemah: Ari Wahyudi, S.Si.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/81832-fatwa-ulama-jalan-yang-harus-ditempuh-oleh-penuntut-ilmu.html

Waktu untuk Beramal

Orang yang tidak bisa mengisi waktu dengan amal saleh termasuk orang yang merugi.

Waktu terus berjalan dan berubah. Hari ini tidak sama dengan kemarin. Besok juga tak akan sama dengan hari ini. Meskipun hari dan bulan sama, tapi situasinya akan berbeda.

Meskipun juga setiap hari selalu ada pagi, siang, sore, malam, lalu pagi lagi, tentu saja kondisinya berbeda. Demikianlah Allah mempergulirkan waktu. Allah SWT berfirman, “Dan, hari-hari itu pun Kami pergulirkan di antara manusia.” (QS Ali ‘Imran [3]: 140).

Berkaitan dengan perubahan waktu di kehidupan kita, ada dua hal yang mesti kita lakukan sebagai orang beriman. Pertama, melihat perubahan itu sebagai salah satu ayat atau tanda dari Allah untuk kita pikirkan dan renungkan, sehingga dari proses ini lahir ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan membawa maslahat bagi umat manusia.

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (QS Ali ‘Imran [3]: 190).

Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim menyebutkan, Syaikh Abu Sulaiman ad-Darani mengatakan, “Sesungguhnya bila aku keluar dari rumahku, tiada sesuatu pun yang terlihat oleh mataku melainkan aku melihat bahwa Allah telah memberikan suatu nikmat kepadaku padanya, dan bagiku di dalamnya terkandung pelajaran.” Sementara itu, Sufyan bin Uyainah mengatakan, “Pikiran merupakan cahaya yang memasuki hatimu.”

Kedua, perubahan itu menjadi kesempatan kita untuk mengisinya dengan amal-amal saleh dan ibadah, wujud nyata posisi kita sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. Perubahan itu mesti menjadikan orang beriman terus berkembang menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, tak hanya di mata sesama, tetapi juga di mata Allah.

Dengan kata lain, perubahan itu membuat kualitas diri kita terus naik. Dalam hadis disebutkan, seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang terbaik?”

Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” Dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya.” (HR at-Tirmidzi).

Allah SWT menyebut bahwa orang yang tidak bisa mengisi waktu dengan amal saleh termasuk orang yang merugi. Tak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. “Demi masa, sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta mereka yang saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran.” (QS al-‘Ashr [103]: 1-3).

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab al-Jawab al-Kafi memberikan nasihat, “Waktu manusia adalah umur yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi, penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan azab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung). Barang siapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya.”

Allah SWT sudah menetapkan perguliran waktu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, untuk manusia isi dengan amal-amal saleh dan hal-hal yang bermanfaat. Orang beriman tentu saja tak akan melewatkannya dengan hal yang sia-sia atau tak berguna.

Wallahu a’lam. 

OLEH NUR FARIDAH

KHAZANAH REPUBLIKA

Gara-gara Paylater, Makin Banyak Gen Z Terlilit Utang yang Membengkak

Kasus-kasus pinjaman macet kini makin banyak terjadi pada pengguna berusia di bawah 19 tahun yang belum berpenghasilan. Gara-gara paylater, banyak Gen Z (mereka yang lahir pada tahun 1997- 2012) terlilit utang akibat promosi menggiurkan.

Peneliti Institute for Development of Economic Studies (INDEF), Nailul Huda mengatakan, akibat pemahaman rendah soal risiko paylater, ditambah mitigasi risiko gagal bayar yang lemah telah memicu fitur Buy Now Pay Later (BNPL) berujung menjadi jerat utang yang melilit.

“Rata-rata kredit macetnya itu Rp2,8 juta per orang, itu adalah angka tertinggi kalau dibandingkan dengan kelompok umur lainnya,” kata Nailul dikutip BBC.

Di media sosial, fitur paylater yang berujung gagal bayar telah berulang kali menjadi pembahasan. Sejumlah pengguna Twitter sempat membagikan tangkapan layar yang menunjukkan tagihan paylater yang membuatnya merasa “sesak” membayar.

Gen Z, sebagai generasi yang paling adaptif terhadap teknologi, disebut Nailul cenderung memilih fasilitas kredit melalui platform online seperti paylater dibanding kredit perbankan.

Hal ini karena proses pengajuannya yang mudah serta persyaratannya yang minim membuat banyak orang bisa lolos meski profil keuangannya sebetulnya tidak layak untuk diterima.

“Dulu kan ada layanan finansial yang menyediakan kredit, tapi untuk menyetujuinya mereka sampai harus survei dulu ke rumah. Sekarang tidak begitu,” jelas Nailul. “Di e-commerce, misalnya, dilihat bahwa ‘oh transaksinya bagus nih bisa beli banyak barang’. Lalu itu dijadikan landasan untuk skor kredit. Padahal mungkin saja itu dibayari orang tuanya.

“Begitu juga di platform lain yang mengukurnya misalnya lewat riwayat perjalanan, misalkan saya sering ke restoran mahal, lalu itu dijadikan sebagai indikasi punya pendapatan bagus,” kata dia.

Nailul termasuk yang setuju bahwa siapa pun berhak mendapatkan akses kepada kredit, namun dia mengatakan pengukuran atas kemampuan penggunanya untuk membayar kembali mesti lebih akurat. “Kalau untuk anak-anak di bawah 19 tahun misalnya, sebaiknya ada semacam persetujuan dari orang tua atau sejenisnya. Kalau pun disetujui sebaiknya diberi limit pinjaman yang rendah,” kata dia.

Secara keseluruhan OJK menyatakan bahwa angka kredit macet paylater telah mencapai 7,61% pada September lalu. Meski demikian, Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank OJK, Bambang W Budiawan, menuturkan bahwa bisnis Buy Now Pay Later (BNPL) ini tidak membutuhkan regulasi khusus.

Yang terpenting, dalam memberi persetujuan, penyedia layanan BNPL diminta untuk lebih berhati-hati dalam tahap pre-screening, memilih segmen pengguna, serta profil risiko kredit.

Survei yang dilakukan oleh Katadata Insight Center dan Kredivo terhadap 3.560 responden pada Maret 2021 menunjukkan bahwa jumlah pelanggan baru paylater meningkat sebesar 55% selama pandemi.

Menurut Nailul yang mengutip data OJK, karakter pengguna yang kesulitan membayar tunggakan kredit menjadi semakin muda. “Ini perlu diwaspadai untuk karakter pinjaman macet itu sekarang perkembangannya lebih tinggi untuk peminjam yang usianya di bawah 19 tahun,” kata Nailul.

“Karena sistem paylater ini mudah, bisa connect secara digital, generasi muda yang lebih efektif banyak yang mengajukan padahal belum punya pendapatan.”

Fitur paylater seperti ini, kata dia, pada akhirnya menjadi alternatif bagi orang-orang yang “tidak bankable” untuk mengakses kredit. Apalagi dengan kolaborasi penyedia layanan multifinance dan P2P lending yang kini berkolaborasi dengan banyak e-commerce untuk menyediakan opsi pembayaran “beli sekarang, bayar nanti”.

Menurut Nailul, penyaluran kredit jenis ini pun banyak tertuju pada sektor konsumtif seperti pembelian gawai, fesyen, dan lain-lain.

Adalah Krisna (23), mengaku pertama kali menggunakan paylater sekitar tiga tahun yang lalu ketika dia masih berstatus mahasiswa dan belum berpenghasilan. Ia mengaku prosesnya cukup mudah, hanya dengan mengisi data di aplikasi yang kemudian disetujui dalam waktu kurang dari 24 jam.

“Aku ingin jajan tanpa diketahui orang tuaku, nggak perlu repot-repot minta orang tua dan merasa bisa lebih leluasa,” kata Krisna yang pada akhirnya meminta uang ke orang tuanya untuk membayar tagihan paylater tersebut.

Saat ini, dia terdaftar menggunakan paylater di dua aplikasi. Salah satunya di layanan e-commerce, yang biasanya dia manfaatkan untuk membeli hal-hal yang berkaitan dengan hobinya.

“Aku suka koleksi K-Pop dan anime nih, aku bayar pakai paylater. Aku hitung per bulan harus bayar berapa supaya di akhir bulan nggak kaget,” kata dia. Sayangnya, dia mengaku “kebablasan” sampai tagihan paylater-nya mencapai Rp5 juta.

Paylater adalah fasilitas keuangan yang memungkinkan metode pembayaran dengan cicilan tanpa kartu kredit. Sebagaimana kartu kredit, seseorang bisa melakukan pembelanjaan sekarang dan membayar nanti atau belakangan, tentu saja ditambah bunga.*

HIDAYATULLAH

17 Keutamaan Laa Hawla Wa Laa Quwwata Illa Billah

Dalam kehidupan sehari hari, tentunya ada masa dimana manusia merasa berat dan merasa lelah, salah satu cara untuk mengatasinya yakni dengan berdzikir untuk memohon kekuatan pada Allah, dzikir tersebut bertujuan untuk memberikan ketenangan dan memohon jalan keluar, berikut salah satu dzikir terbaik yang memiliki 17 keutamaan, yakni laa hawla wa laa quwwata illa billah, berikut selengkapnya.

1. Bekal di Surga

Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada ‘Abdullah bin Qois, “Wahai ‘Abdullah bin Qois, katakanlah ‘Laa hawla wa laa quwwata illa billah’, karena ia merupakan simpanan pahala berharga di surga” (HR. Bukhari no. 7386). Dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah merupakan dzikir yang penuh kebaikan hingga nantinya bisa menjadi jalan untuk mendapat hal berharga di surga sebab itulah pengaruh dzikir terhadap jiwa.

2. Meningkatkan Rasa Taat

Ibnu Mas’ud berkata,“Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.” Dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah akan memberikan rasa taat yang lebih sebab menyadari secara langsung pertolongan dan perlindungan dari Allah sebagai wujud kasih sayang Allah kepada hambaNya.

3. Akhlak Mulia

Dari Abi Musa Al-Asy’ari radhiallahu anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepadaku: “Maukah aku tunjukkan kepadamu salah satu bacaan yang menjadi simpanan kekayaan di dalam syurga?”, Maka aku menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah”. Maka beliau menjawab: “Ucapkanlah Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah” Jelas bahwa dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah merupakan akhlak mulia yang sering dilakukan orang sholeh yang memahami alasan pentingnya akhlak mulia menurut islam.

4. Melindungi dari Bahaya

Suatu ketika di jaman dulu dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah memberikan pertolongan untuk lepas dari bahaya sebab termasuk keutamaan berdzikir kepada Allah, yaitu Suatu ketika Al Asyja’i melaporkan kepada Rasulullah saw bahwa anaknya yang bernama Auf telah ditawan oleh musuh. Maka Rasulullah berpesan kepadanya agar Al Asyja’i mengutus seseorang untuk menemui anaknya dan menyampaikan agar Auf memperbanyak membaca “La Haula wa La Quwwata Illa Billah”.

5. Memberikan Kekuatan

Dan dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah terbukti memberikan kekuatan dan keberhasilan sebagai cara menjadi orang sukses menurut Al Qur’an, Maka setelah hal tersebut disampaikan dan Auf memperbanyak membaca “Laa Haula wa La Quwwata Illa Billah” terjadilah bermacam keajaiban. Betapa tidak, tali kulit yang mengikat tangan Auf tiba-tiba terlepas maka Auf pun kabur dengan menunggang onta milik musuh.

6. Jalan Keluar Segala Kesusahan

Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan menjadikan baginya jalan keluar,” ( Terjemah QS. Ath-Thalaq(65):2). Memang dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah ialah jalan keluar atas segala permasalahan dan memberikan pertolongan atas segala kesusahan atau kesulitan yang sedang dihadapi.

7. Sunnah Rasulullah

Rasulullah saw bersabda: “ Perbanyaklah membaca ‘La Haula wa La Quwwata Illa Billah’, karena sesungguhnya ia merupakan perbendaharaan dari perbendaharaan-perbendaharaan Surga. (HR.Ahmad). Rasulullah menganjurkan kepada umatnya untuk memperbanyak dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah sebab menjadi sesuatu yang disukai Allah dan memiliki banyak kebaikan.

8. Penawar Segala Penyakit

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah maka hal itu sebagai penawar baginya dari 99 penyakit dan yang termudah adalah rasa bimbang”. (HR. Tabrani). Segala penyakit hati dan kesedihan serta kesusahan akan hilang jika sering mengamalkan dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah sebab merupakan ungkapan doa dan berserah dri pada Allah.

9. Mengalahkah Musuh Allah

Jaman dahulu juga ada suatu kisah tentang seseorang yang bisa mengalahkan musuh Allah ketika berperang dengan berusaha sebaik mungkin dan memperbanyak membaca dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah, Hubaib bin Salamah rahimmullah saat menghadapi musuh atau mengepung sebuah benteng sangat senang memperbanyakkan ucapan “ Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah “.

10. Memudahkan Pekerjaan

Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan “ Kalimat Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah” mempunyai pengaruh yang sangat menakjubkan saat menanggung beban pekerjaan yang sulit dan keras, atau saat menghadap kepada raja dan orang yang ditakutkan, selain pengaruhnya yang efektif untuk menolak kemiskinan. Berusaha sebaik mungkin dan banyak membaca dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah akan membantu memberikan keberhasilan pada setiap usaha yang dilakukan.

11. Jauh dari Petaka

Makhul rahimahullah berkata: “ Barangsiapa yang yang mengatakan Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah maka akan lenyap dari dirinya tujuh puluh pintu petaka, yang paling rendah adalah bencana kemiskinan”. Dengan membaca dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah secara rutin akan melindungi dari segala bahaya dan dari segala malapetaka yang merugikan baik di dunia maupun di akherat.

12. Kalimat yang Disukai Allah

Nabi saw yang mulia bersabda, “Maukah aku tunjukkan kepadamu sebuah kalimat yang berasal dari bawah ‘Arsy dari pusaka surgaKatakanlah olehmu: Laa Haula wa La Quwwata Illa Billah”, niscaya Allah akan mengatakan, ‘hambaKu telah menyerahkan dirinya dan meminta perlindungan.”(HR Al-Hakim dari Abu Hurairah r.a).

Allah menyukai hambaNya yang banyak menyebut dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah sebab menjadi wujud bahwa hamba tersebut mengakui kekuatan Allah dan berserah diri pada Allah dengan tetap berusaha serta melakukan yang terbaik yang ia mampu sehingga Allah selalu menolongnya dan memberi jalan keluar di tiap kesulitan yang dihadapi.

13. Jauh dari Laknat Allah

Perbanyaklah Al-Baaqiyaat Al-Shaalihaat, yaitu tasbih, tahlil, tahmid, takbir, dan laa haula wa laa quwwata illa billah.”(HR Ahmad, Ibn Hibban dan Al-Hakim dari Abu Sa’id r.a). Tentunya dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah yang merupakan salah satu dzikir terbaik akan emnjauhkan dari laknat Allah sebab memilikki pahala dan nilai yang begitu tinggi di mata Allah.

14. Berserah Kepada Allah

Imam a-Nawawi berkata: “La haula wa la quwwata illa billah”, itulah kalimat yang digunakan untuk menyerah diri dan menyatakan bahwa kita tidak mempunyai hak untuk memiliki sesuatu urusan. Ia kalimah yang menyatakan bahawa seseorang hamba tiada mempunyai daya upaya untuk menolak sesuatu kejahatan (kemudaratan) dan tiada mempunyai daya kekuatan untuk mendatangkan kebaikan kepada dirinya melainkan dengan kudrat iradat Allah subhnahu wa ta’ala juga.”

Manusia memang hanya bisa berusaha dan hasil wajib diserahkan sepenuhnya kepada Allah sehingga buan hanya membaca dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah dan segala sesuatu akan datang sendiri namun jga harus disertai usaha maksimal sehingga apa yang diusahakan berhasil dan benar benar memberikan keberkahan untuk hidup di dunia dan di akherat.

15. Jauh dari Penyakit Hati

La haula wa la quwwata illa billah”. Secara lengkap kita juga dapat menambahkan lafaz ” alliyil adzim” yang berarti ” Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung” di belakangnya. Boleh menambah pujian lain dalam dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah sebab akan menjauhkan diri dari rasa sombong dan menjauhkand dari segala penyakit hati yang berbahaya.

16. Mententramkan Hati

La Haula wala Quwwata illa billah” berulang-ulang kali, menyerahkan segenap hatinya kepada Sang Khalik, insya Allah jiwanya akan tenang, tenteram, dan segala urusan kembali kepada Allah Ta’ala. Tentuya semua dzikir termasuk dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah akan memberikan ketenangan hati sehingga ia jauh dari hati yang gundah atau sesat.

17. Dekat dengan Allah

Ada banyak kisah mengenai dzikir laa hawla wa laa quwwata illa billah yang memberikan pertolongan untuk para nabi dan rasul terdahulu sebab dzikir tersebut akan mendekatkan seseorang kepada Allah sehingga dengan ijin Allah kesulitan apapun yang dihadapi dapat dijalani dan dilewati dengan indah dan penuh keberhasilan.

Pertolongan Allah swt bukan hanya hak monopoli para nabi. Seperti ketika nabi Ibrahim as yang tetap bugar meski dibakar api oleh raja Namrud atau nabi Musa as yang dikejar musuh dan tersudut di tepi laut hingga Allah swt memberikan pertolongan-Nya dengan terbelahnya laut. Ataupun nabi Yunus as yang dalam keadaan putus asa terbuang dari kapal kemudian dimakan seekor ikan hiu tapi bisa tetap hidup.

Juga ketika Rasulullah saw dikejar musuh hingga mulut gua bersama sahabat Abu Bakar as-Siddiq, tetapi musuh  tidak dapat melihatnya. Pertolongan Allah swt yang semacam itu juga diperuntukkan kaum Muslimin melalui Hawqallah yaitu lafaz “La haula wa la quwwata illa billah”.

Demikian artikel kali ini, semoga menjadi wawsan yang bermanfaat untuk anda dan bisa diamalkan dalam kehidupan sehari hari sehingga menjadi pribadi yang jauh lebih baik imannya. Terima kasih sudah membaca, salam hangat dari penulis.

DALAMISLAM

Siapa Permudah Kesulitan Orang di Dunia, Dimudahkan Allah di Akhirat

وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِيْ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَ اللَّهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَاكَانَ الْعَبْدُ فِيْ عَوْنِ أَخِيْهِ.” أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang meringankan kesusahan seorang mukmin di antara kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan meringankan kesusahannya di antara kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang sedang kesulitan, niscaya Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Allah akan selalu menolong seorang hamba selama ia mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim).*

HIDAYATULLAH

Keutamaan Meringankan Beban Seorang Muslim

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : « مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ » رواه مسلم

Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang membantu seorang muslim (dalam) suatu kesusahan di dunia maka Allah akan menolongnya dalam kesusahan pada hari kiamat, dan barangsiapa yang meringankan (beban) seorang muslim yang sedang kesulitan maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia dan akhirat”[1].

Hadits yang agung menunjukkan besarnya keutamaan seorang yang membantu meringankan beban saudaranya sesama muslim, baik dengan bantuan harta, tenaga maupun pikiran atau nasehat untuk kebaikan.

Imam an-Nawawi berkata: “Dalam hadits ini terdapat keutamaan menunaikan/membantu kebutuhan dan memberi manfaat kepada sesama muslim sesuai kemampuan, (baik itu) dengan ilmu, harta, pertolongan, pertimbangan tentang suatu kebaikan, nasehat dan lain-lain”[2].

Beberapa faidah penting yang dapat kita petik dari hadits ini:

– Hadits ini menunjukkan makna sebuah kaidah besar dalam Islam, yaitu ‘al-jaza-u min jinsil ‘amal (balasan yang didapat seorang hamba adalah sesuai dengan jenis perbuatannya)[3], karena meringankan beban seorang muslim berarti berbuat kebaikan kepadanya, dan balasan kebaikan adalah kebaikan yang semisalnya. Allah berfirman:

{هَلْ جَزَاءُ الإحْسَانِ إِلا الإحْسَانُ}

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (QS ar-Rahmaan: 60)4.

– Melakukan perbuatan yang menyebabkan bahagianya hati seorang muslim adalah suatu kebaikan dan bernilai pahala5, meskipun perbuatan tersebut dianggap sepele, Rasulullah bersabda: “Janganlah sekali-kali engkau menganggap remeh suatu perbuatan baik, meskipun (perbuatan baik itu) dengan engkau menjumpai saudaramu (sesama muslim) dengan wajah yang ceria”[6].

Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda: “Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu”[7].

– Kesusahan dan penderitaan yang dialami manusia dalam kehidupan dunia sangat kecil, bahkan tidak ada artinya, jika dibandingkan dengan dasyatnya kesusahan pada hari kiamat, sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih, oleh karena itu, barangsiapa yang diringankan baginya kesulitan di hari kiamat maka sungguh dia telah mendapatkan keberuntungan yang besar8.

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Oleh Ustadz Abdullah Taslim, Lc, MA

1 HSR Muslim (no. 2699).
2 Syarhu shahiihi Muslim (17/21).
3 Lihat kitab “Jaami’ul ‘uluumi walhikam” (hal. 338).
4 Lihat kitab “tuhfatul ahwadzi” (4/574).
5 Lihat kitab “Tuhfatul ahwadzi” (5/458).
6 HSR Muslim (no. 2626).
7 HR at-Tirmidzi (no. 1956), Ibnu Hibban (no. 474 dan 529) dll, dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, dan dinyatakan hasan oleh at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani dalam “ash-Shahihah” (no. 572).
8 Lihat kitab “Jaami’ul ‘uluumi walhikam” (hal. 338-339).

Referensi: https://konsultasisyariah.com/36364-keutamaan-meringankan-beban-seorang-muslim.html