Hijrah Para Nabi dan Letak Istimewa Hijrah Rasulullah : Strategi Politik atau Perintah Allah?

Berpindah dari tempat satu ke tempat lain yang lebih nyaman dan aman adalah sebuah naluri manusia. Perpindahan itu lazim dilakukan manusia untuk mempertahankan hidup atau meraih perubahan yang diinginkan. Artinya, berpindah ke tempat yang aman adalah naluri manusia.

Manusia berhijrah sebagai sebuah strategi. Manusia berpindah dari tempat satu ke tempat lain untuk mencari kehidupan yang layak. Setiap hijrah memiliki tujuan yang berbeda-beda dan latarbelakang masing-masing. Manusia saat ini berhijrah. Alasan ekonomi menjadi salah satu motivasi besar.

Hijrah adalah salah satu istilah yang digunakan untuk melukiskan proses dan peristiwa itu. Hijrah adalah peristiwa penting dalam sejarah Islam yang diperingati menjadi momen bersejarah. Tidak salah jika kemudian Khalifah Umar menetapkannya sebagai titik awal tahun dalam kalender Islam.

Hijrah sebagai naluri manusia atau strategi bertahan hidup atau sebagai perintah Allah? Dalam kisah para Nabi, hijrah bukan hanya dilakukan oleh Nabi Muhammad. Para nabi  juga telah melakukan hal yang sama seperti Ibrahim As, Musa As, Syuaib As dan Luth As. Hijrah para Nabi ini dengan meninggalkan tempat kelahirannya menuju suatu tempat tertentu karena dakwah yang diemban di daerah tersebut sulit diterima oleh kaumnya.

Nabi Ibrahim As harus meninggalkan daerahnya di Irak menuju Syam karena tidak satupun yang menerima dakwahnya dengan harapan di daerah baru tersebut akan ada yang menerima dakwahnya. Ia juga memindahkan istrinya, Hajar, yang diperoleh dari raja Mesir ke suatu lembah di Makkah yang tidak ditumbuhi satu pun pohon. Ibrahim berharap Hajar dan anaknya Ismail As nantinya membangun sebuah komunitas baru sesuai izin Allah.

Hijrah nabi Ibrahim dan istrinya juga terbukti telah menciptakan babak kehidupan baru bagi umat manusia di dunia tengah. Ibrahim dan keturunannya telah  mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai ketuhanan bagi manusia di seantero kawasan dunia tengah sehingga menciptakan sebuah peradaban manusia berkat risalah-risalah yang disampaikan oleh keturunannya.

Hijrah berikutnya dilakukan Nabi Syuaib dan Nabi Mousa As. Keduanya meninggalkan kaumnya dan mencari tempat baru untuk menyampaikan dakwahnya. Nabi Syuaib meninggalkan kaumnya sebagaimana halnya nabi Musa yang harus keluar dari kampung halamannya karena kekhawatiran sanksi masyarakat setempat setelah memukul salah satu warga di kampung itu. Ketika Musa meninggalkan kampung halamannya di situlah dia dipertemukan oleh seorang gadis cantik yang kelak menjadi istrinya yang tidak lain adalah putri Nabi Syuaib sendiri. Nabi Musa tidak berhenti melakukan perjalanan di situ, tetapi ia terus melakukan perjalanan dan berpindah tempat untuk mengemban risalah yang diberikan kepadanya.

Fenomena hijrah di kalangan nabi adalah sesuatu yang lumrah terjadi bukan saja karena misi yang diemban mendapatkan resistensi kuat dari kaumnya, tetapi juga karena tekanan dari penguasa-penguasa yang ada pada zamannya. Risalah yang dibawa para nabi selalu berbenturan dengan pandangan dan keyakinan yang sudah diyakini oleh para penguasa secara turun temurun sehingga bukan saja pengusiran tetapi juga seringkali mendapatkan ancaman fisik. Hampir semua nabi dan rasul mengalami penolakan keras dan ancaman pembunuhan serta penyiksaan jika tidak menghentikan dakwahnya. Dalam kondisi seperti itu, solusi ideal yang menjadi pilihan bagi mereka adalah hijrah untuk menyelamatkan risalah yang diemban.

Tahapan Hijrah Rasulullah Saw 

Hijrah Rasulullah ke Madinah adalah hijrah sangat istimewa. Bukan sekali saja, Rasulullah melakukan hijrah. Hijrah ke Thaif adalah hijrah yang gagal yang pernah dilakukan Nabi. Lalu, rombongan Sahabat, tanpa keikutsertaan Rasulullah juga pernah berhijrah ke Negeri Habsyah dan diterima dengan sangat baik.

Hijrah pertama Rasulullah ke Thaif yang berencana untuk mencari suaka politk. Tentu saja, Thaif bukan tempat yang jauh yang hanya berjarak 80 KM dari tanah suci. Di sana ada Bani Tsaqif sebagai suku terkuat yang diahrapkan bisa menampung dan menerima ajaran Islam sehingga menambah kekuatan dakwah Nabi.

Harapan Nabi tidak tercapai. Bukan hanya tidak menerima permintaan perlindungan, tetapi Nabi diusir dan diperlakukan tidak baik oleh para pemuda Thaif. Konon, pakaian Nabi hingga berlumuran darah dengan luka akibat perlakukan pemuda Thaif tersebut. Gagallah hijrah ke Thaif.

Akibat gempuran kafir Quraisy yang semakin meningkat. Nabi memutuskan kembali mencari suaka politik bagi para pengikutnya. Hijrah ke negeri Habsyi, Ethiopia saat ini, diperintahkan Rasulullah untuk mencari perlindungan karena di sana ada seorang raja yang bijaksana walaupun berbeda keyakinan tentang Ketuhanan. Mereka pun diterima dengan layak oleh Raja Najasy.

Perjalanan para sahabat ke Habsyi cukup melelahkan bahkan sebagian di antara mereka yang hijrah ke sana sudah tidak bisa lagi kembali ke tanah kelahirannya. Hal ini memberikan pelajaran bahwa melakukan hijrah dengan meninggalkan daerah sendiri merupakan tindakan yang sangat berat. Bukan saja faktor fisik, tetapi juga faktor kejiwaan yang akan mempengaruhi kondisi setiap orang yang akan hijrah. Keluarga dan sanak famili serta harta kekayaan yang harus ditinggalkan menjadi pertimbangan saat seseorang memutuskan untuk melakukan hijrah.

Hijrah Istimewa ke Madinah

Keputusan Rasulullah Saw untuk hijrah ke Madinah bukan tanpa alasan. Faktor-faktor yang mendukung untuk meninggalkan Makkah kampung halaman yang sangat dicintai oleh beliau sudah cukup kuat. Kaum Quraisy telah memutuskan dalam sidang tertingginya untuk membunuh Muhammad karena dari waktu ke waktu jumlah pengikut beliau terus bertambah. Kaum Quraisy menilai Rasulullah sebagai ancaman nyata terhadap otoritas dan elektabilitas mereka serta mengganggu tatanan bisnisnya yang dibangun selama ini.

Selain itu, rombongan suku Madinah juga telah bertemu dengan Rasulullah sebelumnya untuk menawarkan kehadirannya. Suku di Madinah membutuhkan seorang yang bisa menjadi mediator dan dipercaya dalam membina kerukunan di Madinah, Yastrib kala itu. Hijrah Madinah menjadi istimewa karena tidak hanya menjadi strategi politik keamanan, tetapi perintah Allah bagi umat Islam.

Banyak sekali ayat dalam Al Quran yang memberikan petunjuk tentang hijrah. Tentu saja, karena hijrah ke Madinah adalah sebuah perpindahan yang melelahkan dan menyedihkan. Mereka harus berpisah dari tanah suci Makkah yang ditinggalinya bertahun-tahun.

Di sinilah nabi betul-betul mempertimbangkan secara matang untuk mengajak semua pengikutnya yang jumlah saat itu mencapai kurang lebih 250 orang untuk hijrah ke Madinah. Nabi menyadari bahwa di antara pengikutnya ada dari kalangan wanita tua, anak-anak dan orang lemah. Nabi menyusun strategi untuk keluar dari kota Makkah dan menunjuk seseorang untuk menjadi pemandu selama dalam perjalanan menuju Madinah.

Memobilisasi 250 pengikutnya bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi di tengah-tengah pengawasan yang ketat dari kaum Quraisy. Di tengah kekhawatiran terhadap nasib pengikutnya, Allah membimbingnya agar tidak mewajibkan hijrah bagi mereka yang lemah dan kaum wanita. Hijrah memang bukan strategi tetapi juga perintah dari Allah. Namun, dalam perintah tersebut, Allah tidak memberatkan bagi mereka yang lemah.

Hijrah Madinah menjadi sangat istimewa karena dari situlah, Islam membangun mercusuar peradaban dunia. Islam dikenal, disebarluaskan dan menjadi salah satu peradaban besar di dunia. Itulah hijrah tersukses dalam sejarah manusia. Hijrah yang membekas hingga saat ini. Hijrah yang diperintahkan Allah adalah strategi Tuhan memberikan jalan Islam dikenal dunia.

ISLAMKAFFAH

Doa Pagi Hari Setelah Subuh

Doa pagi hari setelah Subuh merupakan waktu yang tepat dan bermanfaat. Aktivitas berdoa memiliki banyak manfaat, dan salah satu waktu yang sangat dianjurkan untuk berdoa adalah di pagi hari. Berdoa di pagi hari memiliki keutamaan dan makna yang sangat istimewa dalam kehidupan seorang individu.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَقَالَنَا يَوْمَنَا

Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami pada pagi hari ini dan tidak membinasakan kami dengan dosa-dosa kami (HR. Muslim).

Di sisi lain,  doa di pagi hari  setelah Subuh, sebagai cara untuk membangun kedekatan dan hubungan yang lebih erat dengan Tuhan. Saat kita meluangkan waktu untuk berbicara dengan-Nya, kita merasakan kehadiran-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Ini menciptakan rasa kedamaian dan kepercayaan bahwa kita tidak perlu menghadapi segala sesuatu sendirian. Dengan kedekatan ini, kita merasa lebih kuat dan terlindungi dalam menghadapi berbagai rintangan hidup.

Doa Pagi Hari Setelah Subuh

Pada pagi hari ada suatu doa yang diajarkan Rasulullah pada umatnya. Hal ini sebagaimana dicatat oleh Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar, yang bersumber dari riwayat Ibnu Mas‘ud, berikut doanya:

أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الملْكُ للهِ، وَالحَمْدُ للهِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الملْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِي هَذِهِ اللَيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنَ الكَسْلِ وَسُوْءِ الكِبَرِ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي القَبْرِ

Ashbahnā wa ashbahal mulku lillāhi wal hamdu lillāhi, lā ilāha illallāhu wahdahū lā syarīka lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alā kulli syai‘in qadīr. Rabbi, as’aluka khaira mā fī hādzihil lailata wa khaira mā ba‘dahā, wa a‘ūdzu bika min syarri mā fī hādzihil lailata wa khaira mā ba‘dahā. Rabbi, a‘ūdzu bika minal kasli wa sū’il kibari. A‘ūdzu bika min ‘adzābin fin nāri wa ‘adzābin dil qabri.

Artinya, “Kami dan kuasa Allah berpagi hari. Segala puji bagi Allah. Tiada tuhan selain Allah yang maha esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kuasa dan puji. Dia kuasa atas segala sesuatu. Tuhanku, aku memohon kepada-Mu kebaikan malam ini dan malam sesudahnya.

Aku memohon perlindungan-Mu kejahatan malam ini dan malam sesudahnya. Tuhanku, aku memohon perlindungan-Mu dari kemalasan dan kedaifan masa tua. Aku memohon perlindungan-Mu dari siksa neraka dan siksa kubur.

Demikian doa pagi hari setelah Subuh. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Rasa Malu Dipengaruhi Kadar Kematian Hati

Maraknya korupsi, kolusi, nepotisme, praktik kebohongan, keculasan dan kecurangan memberikan bukti bahwa rasa malu menipis dan hilang karena kematian hati

SALAH satu penyebab rusaknya tatanan sosial dan moral antara lain karena hilangnya rasa malu. Maraknya korupsi, kolusi, nepotisme, praktik kebohongan, keculasan dan kecurangan yang “diproduksi” selama ini memberikan bukti bahwa rasa malu dan bersalah itu sudah menipis atau bahkan hilang.

Rasa malu adalah perisai sekaligus benteng dari melakukan perbuatan-perbuatan buruk. Seseorang yang senantiasa memelihara dan menjaga rasa malu akan berhati-hati, baik dalam ucapan maupun perbuatan.

Selalu mempertimbangkan baik buruknya sesuatu dan berpikir sebelum bertindak. Perasaan malu senantiasa mendatangkan kebaikan.

Orang yang memiliki rasa malu berarti berusaha untuk menjaga kehormatan dan kesucian diri (iffah). Memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya.

Sangat penting bagi kita untuk memupuk dan menghiasi diri dengan rasa malu. Berusaha sekuat tenaga menghindari perbuatan tercela, dan berupaya menebar kebaikan. Kesadaran seorang Muslim yang didorong oleh iman, islam dan ihsannya menjadi kekuatan.

Rasulullah ﷺtelah memberikan peringatan kepada kita dalam bentuk sindiran,

عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ.  رواه البخاري

“Dari Abu Mas’ûd ‘Uqbah bin ‘Amr al-Anshârî al-Badri radhiyallâhu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah ﷺbersabda, ‘Sesungguhnya salah satu perkara  yang telah diketahui oleh manusia dari kalimat kenabian terdahulu adalah, ‘Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu.” (Al-Bukhâri no. 3483, 3484, 6120, Ahmad IV/121, 122, V/273, Abû Dâwud no. 4797, Ibnu Mâjah no. 4183, ath-Thabrâni dalam al-Mu’jâmul Ausath no. 2332, Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyâ’ IV/411, VIII/129, al-Baihaqi X/192, al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah no. 3597, ath-Thayâlisi no. 655, dan Ibnu Hibbân no. 606-at-Ta’lîqâtul Hisân).

Malu adalah satu kata yang mencakup perbuatan menjauhi segala apa yang dibenci. (Lihat Raudhatul ‘Uqalâ wa Nuzhatul Fudhalâ’, hlm. 53).

Imam Ibnul Qayyim rahimahullâh berkata, “Malu berasal dari kata hayaah (hidup), dan ada yang berpendapat bahwa malu berasal dari kata al-hayaa (hujan). Hidup dan matinya hati seseorang sangat mempengaruhi sifat malu orang tersebut. Begitu pula dengan hilangnya rasa malu, dipengaruhi oleh kadar kematian hati dan ruh seseorang. Sehingga setiap kali hati hidup, pada saat itu pula rasa malu menjadi lebih sempurna.”

Al-Junaid rahimahullâh berkata, “Rasa malu yaitu melihat kenikmatan dan keteledoran sehingga menimbulkan suatu kondisi yang disebut dengan malu. Hakikat malu ialah sikap yang memotivasi untuk meninggalkan keburukan dan mencegah sikap menyia-nyiakan hak pemiliknya.”  (Madârijus Sâlikîn II/270. Lihat juga Fathul Bâri X/522).

Malu adalah akhlak (perangai) yang mendorong kita untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk dan tercela, sehingga mampu menghalangi kita dari melakukan dosa dan maksiat serta mencegah sikap melalaikan hak orang lain. Malu pada hakikatnya tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan.

Malu juga mengajak kita agar menghias diri dengan yang mulia dan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang hina. Rasulullah ﷺbersabda,

 اَلْـحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْ إِلاَّ بِخَيْـرٍ.

“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata.”  (Muttafaq ‘alaihi)

Dalam riwayat Muslim disebutkan,

 اَلْـحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ.

“Malu itu kebaikan seluruhnya.”  (Shahîh: HR: al-Bukhâri no. 6117 dan Muslim no. 37/60).

Rasulullah ﷺbersabda,

عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بْنِ عَمْرٍو الأَنْصَارِي البَدْرِي – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى: إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ” رَوَاهُ البُخَارِي.

“Dari Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr Al-Anshari Al-Badri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah ﷺbersabda, Sesungguhnya di antara perkataan kenabian terdahulu yang diketahui manusia ialah jika engkau tidak malu, maka berbuatlah sesukamu!” (HR: Bukhari, no. 3484, 6120).

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan mengenai perkataan dalam hadits tersebut “Sesungguhnya perkataan yang diwarisi oleh orang-orang dari perkataan nabi-nabi terdahulu.”

“Hadits ini menunjukkan bahwa sifat malu adalah sisa ( atsar) dari ajaran Nabi terdahulu. Kemudian manusia menyebarkan dan mewariskan dari para Nabi tersebut pada setiap zaman. Maka hal ini menunjukkan bahwa kenabian terdahulu biasa menyampaikan perkataan ini sehingga tersebarlah di antara orang-orang hingga perkataan ini juga akhirnya sampai pada umat Islam.”  (Jami’ Al-‘ulum wa Al-Hikam, 1:497).

Yang dimaksudkan dengan (النُّبُوَّةِ الأُوْلَى) adalah kenabian terdahulu yaitu (mulai dari) awal Rasul dan Nabi: Nuh, Ibrahim dan lain-lain.  (Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah karya Syaikh Shalih Alu Syaikh, hlm. 112).

Ada pelajaran penting yang patut dipahami. Syariat sebelum Islam atau syariat yang dibawa oleh nabi sebelum Nabi Muhammad ﷺterbagi menjadi tiga:

Ajaran yang dibenarkan oleh syariat Islam, maka ajaran ini shahih dan diterima. Ajaran yang dibatalkan oleh syariat Islam, maka ajaran ini bathil dan tertolak.

Ajaran yang tidak diketahui dibenarkan atau disalahkan oleh syariat Islam, maka sikap kita adalah tawaqquf (berdiam diri, tidak berkomentar apa-apa). Namun, apabila perkataan semacam ini ingin disampaikan kepada manusia dalam rangka sebagai nasihat dan semacamnya maka hal ini tidaklah mengapa, dengan syarat tidak dianggap bahwa perkataan itu multak benar.  

 Rasa malu merupakan bentuk keimanan. Rasulullah ﷺbersabda,

الْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

Malu merupakan bagian dari keimanan.”  (HR. Muslim, no. 161)

Jika kamu tidak memiliki rasa malu, maka lakukanlah sesukamu (ini maksudnya ancaman). Hal ini sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla,

اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Lakukanlah sesukamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu lakukan.”  (QS. Fushilat: 40).

Maksud ayat ini bukanlah maksudnya agar kita melakukan sesuka kita termasuk perkara maksiat. Namun, maksud ayat ini adalah ancaman, jika kita tidak memiliki rasa malu, lakukanlah sesukanya, tapi pasti kita akan menanggung akibatnya.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa berhias dengan rasa malu untuk meraih ridha-Nya. Aamiin Ya Rabb. Wallahua’lam bishawab. */Bagya Agung Prabowo, dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII)

HIDAYATULLAH

Puasa Asyura, Puasa yang Sangat Dianjurkan pada Muharram dan Mengapa Istimewa?

Puasa Asyura mempunyai sejumlah keutamaan

Selama Muharram terdapat amalan yang dapat dijalankan seorang Muslim, yakni puasa Asyura. Puasa ini dapat menggugurkan dosa-dosa kecil.

Dikutip dari buku 33 Faidah Seputar Asyuro dan Muharram oleh Syekh Muhammad Shalih al-Munajjid, Puasa Asyura itu menggugurkan seluruh dosa-dosa kecil, bukan menggugurkan dosa-dosa besar.

Apabila didapati padanya ada dosa-dosa kecil, maka akan digugurkan. Namun jika tidak didapati adanya dosa kecil apalagi besar, maka akan ditetapkan kebaikan baginya dan diangkat derajatnya. 

Namun apabila didapati dosa besar tanpa disertai dosa kecil, maka diharapkan dapat meringankan dosa besarnya (Syarh Shahih Muslim, An Nawawi).

Dianjurkan dengan amat sangat untuk berpuasa pada hari Asyura, karena ada hadits yang menyatakan :

«صيام يوم عاشوراء، إني أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله »

“Berpuasa para hari Asyura, sungguh saya berharap (ihtisab) kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang lalu\” (HR. Muslim)

Muslim dianjurkan untuk berpuasa pada hari ke-9 (Tasu’a) dan ke-10 (Asyuro) sekaligus, untuk membedakan diri dari Yahudi dan Nasrani.  

Sementara itu, menurut para ulama, memiliki tiga tingkatan :

Pertama, berpuasa tiga hari, yaitu pada tanggal 9,10 dan 11 Muharram. Ada riwayat tentang hal ini namun lemah. Ada pula riwayat yang menunjukkan bahwa para salaf mengamalkan hal ini sebagai bentuk kehati-hatian. (Latha’if Al-Ma’arif)

Kedua, berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram. Yang seperti ini banyak disebutkan di dalam hadits dan terdapat sunnahnya.

Ketiga, hanya berpuasa pada 10 Muharram saja, maka ini boleh dan tidak dibenci. (Zad al-Ma’ad karya Ibnul Qoyyim)

Dianjurkan dengan amat sangat untuk berpuasa pada hari Asyuro, karena ada hadits yang menyatakan :

«صيام يوم عاشوراء، إني أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله »

“Berpuasa para hari Asyura, sungguh saya berharap (ihtisab) kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)

Amalan sunnah

Salah satu amalan sunnah yang dianjurkan pada bulan ini yakni berpuasa. Inilah ibadah khusus yang ada dalilnya secara khusus. Adapun riwayat-riwayat lain yang menyebutkan ritual-ritual khusus selain puasa maka tidak ada yang sahih. Rasulullah ﷺ bersabda:

‏أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ “Puasa yang paling afdhal setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah al-Muharram. (HR Muslim) 

Hadits ini sangat jelas sekali bahwa puasa sunnah yang paling afdhal setelah Ramadhan adalah puasa pada Muharram. Maksud puasa di sini adalah puasa secara mutlak. Maka hendaknya kita memperbanyak puasa sunnah pada bulan ini, lebih utamanya ketika hari Asyura.       

ISLAMDIGEST

Seburuk Apapun Peristiwa yang Kamu Alami, Itu Takdir Terbaik Jika Kamu Pahami

Terkadang kita berada di satu titik stress dan penat yang terlalu berat. Kejadian besar yang tidak kita inginkan menimpa kita dan kadang secara bersamaan. Bukan sekedar sedih, tetapi sangat menyedihkan. Seolah tak ada cahaya di luar sebagai tempat untuk mencari solusi dan jawaban.

Saat berada dalam kondisi itu, beberapa pilihan mungkin orang lakukan. Menerima secara pasif dan berpikir pesimis. Dengan hanya tidur dan menghindar dari keramaian dengan harapan akan menyelesaikan masalah.

Ada pula yang sudah tidak bisa menanggung beban. Hidup baginya adalah penyiksaan. Takdir itu sangat pahit dan menyiksa dirinya. Cara mengkahiri takdir buruk dalam hidup adalah menghapus kehidupan itu sendiri. Para pecundang melakukan solusi instan dengan bunuh diri.

Hampir jarang dan mungkin sangat sedikit, orang yang memilih jalan ketiga dengan melihat sebuah kejadian buruk sebagai jalan yang terbaik. Cara pandang ini memang membutuhkan kelegaan-dalam agama disebut ikhlas-untuk menghadapi kenyataan pahit. Menangis, tetapi tetap melangkah optimis ke depan. Karena kejadian buruk hari ini adalah tempaan terbaik untuk masa depan. Atau hal buruk di sini adalah penghentian sementara untuk menghindari hal terburuk yang di sana.

Belajar dari Luqman

Mari belajar dari orang bijaksana dalam menghadapi hidup. Salah satunya adalah Luqman al-Hakim, seorang yang dikenal bijaksana, bahkan karena spesial keteladanannya Al Quran mengabadikan nama surat tersendiri, Luqman. Di dalam al-Quran, sosok Luqman al-Hakim merupakan ahli hikmah yang keteladanannya digunakan sebagai acuan untuk mendidik keluarga terutama anak-anak. Ada beberapa nasehat yang diabadikan  misalnya ayat 12-19.

Terkait nama aslinya, Ibnu Katsir berpendapat bahwa nama panjang Luqman adalah Luqman bin Unaqa bin Sadun. Luqman diceritakan sebagai sosok manusia yang memiliki hati yang bersih, akhlak terpuji, dan tutur kata yang penuh hikmah atau kebijaksanaan. Karena itulah ia diberikan julukan al-Hakim yang berarti penuh hikmah atau kebijaksanaan.

Di antara nasihat yang terkenal yang disampaikan oleh Luqman kepada anaknya adalah supaya selalu bersyukur kepada Allah, karena semua yang dijalani oleh manusia telah di perhitungkan dengan matang oleh Allah. Apapun takdir yang diberikan Allah kepada umatnya baik suka maupun tidak sesungguhnya itulah takdir yang terbaik baginya.

Mendengar penjelasan dari Luqman, anaknya pun ingin membuktikan sendiri kebenaran dari ucapan sang ayah. Ditulis oleh Imam Ibnul Jauzy dalam kitab ‘Uyunul Hikayat’ (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 1971, halaman 109-110) menuliskan “Wahai ayah, saya belum bisa melakukannya sebelum saya membuktikannya sendiri,”

Maka Luqman pun mengajak anaknya untuk menemui seorang nabi yang ada pada zaman mereka hidup agar anaknya dapat langsung mendapatkan pemahaman lebih rinci. Setelah bersepakat dengan anaknya untuk menemui sang nabi, berbagai hal telah disiapkan mengingat perjalanan yang mereka lakukan cukup jauh, termasuk dua ekor keledai yang akan menjadi tunggangan masing-masing dari mereka.

Setelah melakukan perjalanan berhari-hari, keduanya pun sampai di gurun tandus. Rasa kelelahan dan kepanasan membuat keledai yang mereka tunggangi semakin lambat berjalan. Maka Luqman dan anaknyapun memutuskan untuk mulai berjalan kaki.

Dalam perjalanan mereka, Luqman dan anaknya melihat jauh di depannya ada sebuah penampakan awan hitam dan asap yang mengepul. Ketika mereka amati lebih jauh bayangan hitam tersebut terlihat seperti pohon dengan asap dari permukiman warga di daerah yang akan mereka lewati.

Luqman dan anaknya memutuskan tetap melanjutkan perjalanan mereka karena dirasa perjalanan mereka masih cukup jauh. Namun saat berjalan, sang anak menginjak tulang hingga ia terjatuh dan pingsan. Melihat anaknya jatuh pingsan, Luqmanpun bergegas menghampiri anaknya.

Sembari menangis, Luqman mencabut tulang tersebut dengan giginya kemudian menyobek surbannya untuk membungkus kaki anaknya yang terluka.

Saat menatap wajah anaknya, airmata Luqman pun menetes dan jatuh ke pipi anaknya sehingga membuat anaknya tersadar.“Ayah mengapa menangis, bukannya apa yang menimpa saya ini adalah yang terbaik?” ucap anaknya sambil mengeluh kepada Luqman, mengingat semua bekal sudah habis dan keduanya masih di tengah gurun pasir.

“Anakku, aku menangis karena perasaan sedih seorang ayah kepada anaknya. Mengenai pertanyaanmu, bagaimana bisa kejadian ini lebih baik bagimu, mungkin di depan nanti kita akan mendapatkan jawabannya. Bisa jadi musibah ini lebih ringan daripada musibah yang ada di depan sana, sehingga Allah menghentikan kita di sini dengan musibah ini,” jawab Luqman menenangkan anaknya.

Setelah keduanya merasa tenang, Luqmanpun menoleh kembali ke perkampungan tersebut. Ternyata bayangan hitam dan asap yang sebelumnya terlihat sudah tidak tampak lagi.

Tidak lama kemudian dari jauh muncul sosok berpakaian putih yang menunggangi kuda. Luqman terus memperhatikan sosok yang terus mendekatinya itu. Anehnya, saat sudah dekat sosok itu seperti menghilang namun suaranya tetap terdengar.

“Apakah kamu Luqman?” Tanya sosok yang tidak terlihat itu.

“Iya benar, saya Luqman. Wahai Hamba Allah, siapa engkau sebenarnya? Saya bisa mendengar suaramu tapi tidak melihat wujudmu,” Tanya Luqman“Aku Jibril, hanya malaikat Muqarrabun dan Nabi saja yang bisa melihatku,” jawab sosok itu.

“Jika kamu Jibril, tentu kamu mengetahui apa yang sebenarnya terjadi,” Jawab Luqman.

Jibril kemudian menjelaskan bahwa ia ditugaskan oleh Allah untuk menghancurkan kota yang ada di depan sana berikut penduduknya. Pada saat yang hampir bersamaan, Jibril mengetahui bahwa Luqman dan anaknya sedang berjalan menuju kota tersebut. Jibril kemudian memohon kepada Allah agar Luqman dan anaknya ditahan supaya tidak sampai kota dan tidak ikut luluh lantak bersama penduduk setempat.

Setelah memberikan penjelasan kepada Luqman dan anaknya, kemudian Jibrilpun mengusap kaki anaknya Luqman yang terluka, tidak lama kemudian kakinya sembuh seperti sedia kala. Dan bahkan tempat makanan dan minuman yang dibawa Luqman juga menjadi penuh setelah diusap oleh Jibril.

Selang beberapa waktu, Jibrilpun mengangkat Luqman beserta anaknya dan mengembalikan ke kota asalnya. Dari kisah ini dapat kita petik pelajaran bahwa sebenarnya tidak ada takdir yang buruk karena semuanya pasti ada hikmah tersembunyi.

Sudut Pandang Melihat Takdir

Dan hikmah yang bisa diambil dari cobaan yang telah di turunkan Allah kepada hambanya mungkin tidak akan dirasakan secara instan, namun baru akan bisa di sadari setelah beberapa waktu berlalu. Bisa dalam waktu satu minggu, satu bulan, satu tahun atau bahkan dalam waktu yang lebih lama.

Apa yang kamu alami hari ini sebagai hal buruk harus diambil dari kacamata yang berbeda. Semua peristiwa tergantung sudut pandang. Sakit dalam sudut berbeda adalah jeda diri badan untuk istirahat karena jika diteruskan akan fatal. Sakit dalam sudut pandang berbeda adalah cara kita menyadari nikmat besar tidak sakit yang sering kita abaikan.

Orang yang lolos ujian berat dari takdir yang dianggap buruk akan mengarifi semua peristiwa. Orang yang sakit lebih bijak menjaga kesehatan. Lebih menghargai badan dan waktu serta mensyukuri bahwa tidak sakit sejatinya nikmat.

Peristiwa buruk yang dialami harus dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Cara pandang yang optimis dan bijak dalam memahami kejadian. Tuhan mempunyai kehendak lain yang lebih baik saat menghadirkan kejadian buruk dalam hidupmu.

ISLAMKAFFAH

Influencer Viral Makan Bakso dengan Krupuk Babi di Restoran Halal, Bakso A Fung Pecahkan Seluruh Alat Masak

Viral seorang influencer Jovi Adhiguna makan bakso Restoran Bakso A Fung di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali. Ironisnya, di restoran yang bersertifikat halal itu, Jovi pamer makan bakso dengan krupuk babi.

Netizen pun langsung mengecam keras ulah influencer tersebut. Meski sudah meminta maaf, masalah itu tetap berbuntut panjang. Kini, pihak Restoran A Fung mengambil langkah-langkah untuk membersihkan namanya sekaligus menjaga sertifikat halal mereka.

Baso A Fung akhirnya memutuskan untuk merusak atau memecahkan semua alat makan tanpa terkecuali. Tak tanggung-tanggung, mereka juga turut mengganti semua alat dapur dengan yang baru.

“Kami mengambil langkah yang terbaik yaitu dengan menghancurkan seluruh peralatan makan yang ada di Baso A Fung Bandara Domestik Keberangkatan Ngurah Rai Bali,” demikian keterangan Baso A Fung lewat unggahan di akun instagramnya, Rabu (19/7).

Mereka menjelaskan, bahwa keputusan tersebut diambil untuk tetap menjaga kehalalan produk mereka bagi para muslim penikmat Baso A Fung.

“Sebagai bentuk komitmen kami menjaga sertifikasi halal yang telah dimiliki oleh Baso A Fung,” lanjutnya.

Manajemen Baso A Fung pun menyampaikan permohonan maafnya kepada publik, karena telah menciptakan kekhawatiran kehalalan Baso A Fung pasca tersandung kasus krupuk babi oleh Jovi Adhiguna.

Sebelumnya, Baso A Fung banyak disebut oleh warganet setelah resto tersebut masuk dalam frame video seorang influencer Jovi Adhiguna. Dalam video tersebut, Jovi tampak menikmati sajian Baso A Fung.

Namun, Jovi justru menambahkan beberapa krupuk babi yang dibelinya di Bandara Ngurah Rai juga. Dalam klarifikasinya, ia mengaku tak menyana bahwa mencampur krupuk babi dalam makanan di restoran bersertifikat halal akan menjadi masalah yang besar.

Selanjutnya, Jovi secara terbuka meminta maaf kepada pihak Baso A Fung dan seluruh masyarakat Indonesia.

“So I would like to apologize from the bottom of my heart sama pihak yang merasa dirugikan atau terganggu, bener-bener purely salah aku, aku gak mikir panjang, kurang thougtful,” kata Jovi lewat akun instagramnya.

Jovi juga berjanji akan lebih berhati-hati ke depannya, dan memastikan hal serupa tak terulang lagi.

ISLAMKAFFAH

Tingginya Kematian di Penyelenggaraan ‘Haji Ramah Lansia’

Faktor penyebab jamaah wafat terbesar sejauh ini yakni sepsis dan penyakit jantung.

Oleh IDEALISA MASYRAFINA, ZAINUR MAHSIR RAMADHAN

BANTUL — Sebanyak 350 orang jamaah haji Kabupaten Bantul kloter 48 yang mendarat di Bandara Adi Soemarmo, Surakarta, Jawa Tengah, pada Kamis (20/7/2023) malam tidak selengkap saat rombongan tersebut berangkat ke Tanah Suci. Dua orang jamaah, yakni Panuju (64 tahun) dan Tuhilan (85), meninggal dunia saat menjalani prosesi ibadah haji.

Panuju berangkat haji bersama sang istri Dwi Ristiani (57 tahun) yang tiba di Tanah Air seorang diri. Dwi yang awalnya masih bisa tersenyum saat duduk ditemani sang cucu dan adik laki-lakinya langsung menangis pilu ketika putranya menjemput dan memeluknya. Air mukanya menyiratkan bahagia, haru, sekaligus ketegaran dan keikhlasan, mengingat sang suami telah berpulang terlebih dahulu di Tanah Suci.

“Saya, insya Allah, ikhlas. Bapak itu berangkat sehat, di sana juga sehat. Memang kejadiannya cepat. Banyak yang menguatkan saya juga sehingga, alhamdulillah, saya tetap bisa menjalankan ibadah haji sampai selesai,” ujar Dwi Ristiani.

Panuju merupakan jamaah haji asal Prancak Glondong, Panggungharjo, yang berpulang dua pekan seusai menginjakkan kaki di Makkah. Selain Panuju, jamaah lain asal Bantul yang juga berpulang di Tanah Suci adalah Tuhilan (85 tahun) dari Canden, Jetis. Dengan demikian, dari 352 jamaah di kloter 48, yang kembali ke Indonesia sejumlah 350 orang.

Meninggalnya Panuju dan Tuhilan ikut menyumbang rekor kematian jamaah haji pada tahun ini. Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Kemenag pada hari operasional pelaksanaan haji ke-59, ada 705 jamaah yang meninggal dunia. Angka itu belum merupakan akumulasi akhir karena masa penyelenggaraan ibadah haji masih tersisa 12 hari lagi. Kedatangan terakhir jamaah ke Tanah Air pun dijadwalkan pada 3 Agustus 2023.

Berdasarkan data Siskohat, tingkat kematian tersebut merupakan jumlah tertinggi selama tujuh tahun penyelenggaraan haji. Meski demikian, bila merujuk pada Pusat Data Republika, jumlah jamaah wafat pada 2012, 2013, dan 2014 mencapai 478 jiwa, 281 jiwa, dan 275 jiwa. Artinya, jumlah jamaah haji wafat pada musim haji bertema ‘Haji Ramah Lansia’ ini merupakan angka kematian tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Kepala Pusat Kesehatan (Puskes) Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Liliek Marhaendra Susilo mengatakan, tingginya jumlah jamaah haji meninggal dunia memang menjadi yang terbanyak selama lima tahun terakhir. Menurut dia, faktor penyebab terbesar ratusan jamaah yang wafat tersebut karena sepsis (komplikasi infeksi) dan penyakit jantung. Dia menjelaskan, sebanyak 84,75 persen jamaah meninggal merupakan lansia. “Angka kesakitan dan kematian jemaah haji melonjak tajam saat prosesi Mina dan pasca Armina,” kata Liliek saat dikonfirmasi, Jumat (21/7/2023).

Dia menjelaskan, tingginya angka kematian haji sejauh ini disebabkan beberapa hal. Pertama, tingginya jumlah jamaah haji lansia yang mencapai 45 persen dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kedua, kata dia, tingginya jamaah haji risiko tinggi yang mencapai 75 persen dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. “Lalu, terjadinya insiden pemicu, seperti keterlambatan jamaah keluar dari Muzdalifah dan kurangnya fasilitas di Mina (air, makanan, dan tenda, Red),” kata dia.

Terjadinya insiden pemicu seperti keterlambatan jamaah keluar dari Muzdalifah dan kurangnya fasilitas di Mina

LILIEK MARHAENDRA SUSILO Kapuskes Haji

Berdasarkan kejadian selama ini, dia menyimpulkan, permasalahan pada lansia saat di Arab Saudi adalah adaptasi fisik dan mental atas perubahan lingkungan sosial. Jika hal itu dibiarkan, pihaknya menyebut ada risiko yang memicu beberapa hal. “Pertama, mudah mengalami disorientasi karena penurunan kemampuan daya ingat dan pikir. Kedua, mudah mengalami kelelahan karena penurunan kemampuan fisik,” kata dia.

Tak sampai di sana, para jamaah juga bisa mengalami kekambuhan penyakit penyerta, selain mudahnya terjangkit infeksi karena penurunan daya tahan tubuh. Ditanya kemungkinan dehidrasi atau layanan kesehatan lainnya, Liliek menyebut hal itu sudah diantisipasi sejak lama. Dia mencontohkan, ada klinik kesehatan yang merawat jamaah dengan kategori keparahan sedang di Makkah dan Madinah. “Untuk tingkat keparahannya berat, kami rujuk ke RS Arab Saudi,” tutur dia.

Liliek menambahkan, pihaknya juga sudah menerjunkan tim promosi kesehatan ke penginapan jamaah haji untuk menjaga kesehatan dan perilaku yang menunjang kesehatan, terutama selama di Arab Saudi. “Termasuk mengingatkan agar tetap minum air putih meskipun tidak merasa haus minimal 2 liter per hari,” ucapnya.

Ketua Umum Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Ismed Hasan Putro menilai persoalan usia jamaah menjadi salah satu faktor yang memperbanyak kematian pada musim haji tahun ini. Ada sebanyak 67 ribu orang lebih jamaah lanjut usia atau di atas usia 60 tahun yang berangkat haji tahun ini. Selain itu, cuaca yang sangat panas juga saat puncak haji di Armina serta fisik dan kesehatan jamaah haji menjadi faktor yang melatarbelakangi banyaknya jamaah haji meninggal di Tanah Suci.

Di sisi lain, Ismed mengatakan, Pemerintah Indonesia tidak memiliki rekam jejak kesehatan jamaah haji yang akurat sehingga tidak diantisipasi sejak dini atau jauh hari sebelum keberangkatan ke Tanah Suci. Para calon jamaah haji, terutama yang telah lanjut usia, pun jarang melakukan pengecekan kesehatan yang semestinya dilakukan jauh-jauh hari sebelum berangkat ke Tanah Suci. Menurut Ismed, kebanyakan jamaah melakukan pengecekan kesehatan hanya sebulan sebelum keberangkatan.

Saya, insya Allah, ikhlas. Bapak itu berangkat sehat, di sana juga sehat. Memang kejadiannya cepat. Banyak yang menguatkan saya juga

DWI RISTIANI

“Harus ada perbaikan yang signifikan dan serius terhadap persoalan rekam jejak kesehatan dari para calon haji ini. Terutama sekali soal kesehatan itu penting sekali untuk dimiliki agar antisipasi sejak dini dalam melayani para calon jamaah menjelang keberangkatan, saat berangkat, saat di Tanah Suci, dan saat puncak haji, itu sudah memiliki antisipasi yang sesuai dengan persoalan yang dihadapi oleh calon jamaah hajinya,” kata Ismed kepada Republika pada Jumat (21/07/2023).

Adanya rekam jejak kesehatan jamaah haji yang jelas akan memudahkan pada petugas haji untuk mengantisipasi berbagai tantangan sesuai kondisi kesehatan tiap-tiap jamaah. Ismed mengatakan, pemerintah ke depannya harus betul-betul mempersiapkan dengan sebaik mungkin menyangkut istithaah keuangan jamaah haji, istithaah kemampuan jamaah haji, dan istithaah kesehatan jamaah haji.

REPUBLIKA

Inilah yang Dilakukan Ketika Melayat

Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,

دَخَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَبِي سَلَمَةَ وَقَدْ شَقَّ بَصَرُهُ، فَأَغْمَضَهُ، ثُمَّ قَالَ: «إِنَّ الرُّوحَ إِذَا قُبِضَ تَبِعَهُ الْبَصَرُ» ، فَضَجَّ نَاسٌ مِنْ أَهْلِهِ، فَقَالَ: «لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلَّا بِخَيْرٍ، فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ» ، ثُمَّ قَالَ: «اللهُمَّ اغْفِرْ لِأَبِي سَلَمَةَ وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي الْمَهْدِيِّينَ، وَاخْلُفْهُ فِي عَقِبِهِ فِي الْغَابِرِينَ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، وَافْسَحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ، وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ»

Ketika Abu Salamah meninggal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke rumah kami untuk menjenguk jenazahnya. Saat itu, mata Abu Salamah tengah terbeliak, maka beliau pun menutupnya. Kemudian beliau bersabda, ‘Apabila roh telah dicabut, maka penglihatan akan mengikutinya.’ Keluarganya pun meratap hiteris.

Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, ‘Dan janganlah sekali-kali mendoakan atas diri kalian, kecuali kebaikan. Karena ketika itu, malaikat akan mengaminkan apa yang kalian ucapkan.’ Setelah itu, beliau berdoa, ‘ALLAHUMMAGHFIR LIABI SALAMAH WARFA’ DARAJATAHU FIL MAHDIYYIIN, WAKHLUFHU FI ‘AQIBIHI FIL GHAABIRIIN, WAGHFIR LANAA WALAHU YAA RABBAL ‘ALAMIIN, WAFSAH LAHU FII QABRIHI WA NAWWIR LAHU FIIHI.’ (Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, tinggikan derajatnya di kalangan orang-orang yang terpimpin dengan petunjuk-Mu. Dan gantilah ia bagi keluarganya yang ditinggalkannya. Ampunilah kami dan ampunilah dia. Wahai Rabb semesta alam, lapangkanlah kuburnya dan terangilah dia di dalam kuburnya).’” (HR. Muslim no. 920)

Dalam hadis di atas, terdapat kandungan pelajaran tentang beberapa hal yang hendaknya dilakukan ketika melayat ke rumah orang yang meninggal dunia.

Pertama, hadis di atas menunjukkan disunahkannya menutup kedua mata jenazah supaya tidak dalam keadaan terbuka dan membuat takut orang yang melihatnya. Janganlah membiarkan kedua mata jenazah dalam keadaan terbuka.

Kedua, dilarangnya meratap, berteriak secara histeris, atau meninggikan suara ketika ada yang meninggal dunia, baik dilakukan oleh kerabat (keluarga) yang ditinggalkan atau siapa saja yang menjenguk jenazah tersebut. Hal ini karena malaikat akan meng-amin-kan apa yang dia katakan. Yang menjadi kewajiban pada saat itu adalah mendoakan kebaikan, sehingga bisa bertepatan dengan amin-nya para malaikat dan terkabullah doanya.

Ketiga, hadis tersebut juga menunjukkan apabila kita melihat sesuatu yang tidak tepat pada keluarga atau kerabat jenazah, janganlah didiamkan. Akan tetapi, hendaklah kita menasihati dan menjelaskan kepada mereka dengan cara yang baik. Hal ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan kepada kerabat Abu Salamah bahwa ratapan mereka itu hendaknya tidak dilakukan. Ini termasuk dalam bab mengajarkan kebaikan dan mengingkari kemungkaran.

Keempat, dianjurkan untuk orang-orang yang menjenguk jenazah tersebut untuk menyibukkan diri mendoakan dirinya sendiri dan juga mendoakan jenazah agar mendapatkan rahmat, ampunan, dan ditinggikan derajatnya di surga. Demikian pula, berdoa agar keluarga dan keturunan yang ditinggalkan senantiasa berada dalam kebaikan. Hal ini karena mendoakan mereka ketika itu dapat membantu meringankan musibah yang sedang mereka alami dan menunjukkan bahwa kita membersamai mereka dalam kondisi yang sulit tersebut.

Allah Ta’ala pun mengabulkan doa tersebut. Sepeninggal Abu Salamah, Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga beliau pun menjadi salah satu ummahatul mukminin. Allah Ta’ala telah menggantikan untuk Ummu Salamah suami yang lebih baik daripada Abu Salamah. Inilah pengaruh doa yang penuh berkah tersebut sepeninggal Abu Salamah. Wallahu Ta’ala a’lam.

***

Penulis: M. Saifudin Hakim

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/86295-yang-hendaknya-dilakukan-ketika-melayat.html

Doa Rasulullah Agar Terhindar dari Marabahaya

Berikut ini adalah doa Rasulullah agar terhindar dari marabahaya. Seorang manusia tentunya memerlukan perlindungan dari Sang Pencipta atas segala ancaman kejahatan, baik yang dilakukan oleh manusia maupun jin sekalipun. 

Fakta ini selaras dengan ajaran Islam, ketika umat muslim menghadapi kesulitan maka hendaknya kita berdoa kepada Allah SWT. Yakni dengan meminta perlindungan dari segala bentuk mara bahaya, yang hanya dipanjatkan pada Allah Sang Maha Kuasa lagi Maha Pelindung. Lantas seperti apa doa tolak bala yang dianjurkan dalam Islam? 

Rasulullah SAW dalam haditsnya sudah mengajarkan bacaannya kepada umat terdahulu tentang doa Rasulullah agar terhindar dari marabahaya. Berikut teksnya;

تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ جَهْدِ الْبَلاءِ، وَدَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ الْقَضَاءِ، وَشَماتَةِ الأَعْدَاءِ

ta’awwadzu billah min jahdi al balai, wa darki asysyaqai, wa sui al qadai, wa syamati al a’dai

Artinya: “Berlindunglah kalian kepada Allah dari kerasnya musibah, turunnya kesengsaraan yang terus menerus, buruknya qadha serta kesenangan musuh atas musibah yang menimpa kalian.” (HR Bukhari).

Seyogianya, anjuran memohon pertolongan melalui doa sendiri sudah ditegaskan dalam Al-Qur’an. Hal ini termaktub dalam surah Al Mukmin ayat 60 yang berbunyi:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Artinya: “Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Bacaan Rasulullah Agar Terhindar dari Marabahaya

Selain itu Ustman bin Affan pernah mendengar Rasulullah SAW menganjurkan bacaan doa berikut agar terhindar dari musibah atau doa tolak bala. Berikut bacaannya:

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Bismillahilladzi la yadurru ma’asmihi syai’un fil ardhi wa laa fissamaa’i, wa huwassamii’ul ‘aliim

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang dengan sebab nama-Nya tidak ada sesuatu pun di bumi maupun di langit yang dapat membahayakan (mendatangkan mudharat). Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Kemudian dalam situs Kemenag Surabaya, juga memuat doa tolak bala yang dapat dipanjatkan sebagai berikut,

اللّٰهُمَّ بِحَقِّ الْفَاتِحَةِ وَسِرِّ الْفَاتِحَةِ يَا فَارِجَ الْهَمِّ وَيَاكَاشِفَ الْغَمِّ، يَامَنْ لِعِبَادِهِ يَغْفِرُوَيَرْحَمُ، يَادَافِعَ الْبَلَاءِ يَا اَللّٰهُ، وَيَادَافِعَ الْبَلَاءِ يَارَحْمٰنُ وَيَادَافِعَ الْبَلَاءِ يَارَحِيْمُ

Allahumma bihaqqil fatihah, wasirril fatihah, yaa faarijal hamma, wa yaa kasyifal ghomma, yaa man li ibaadihi yaghfiru wa yarham, yaa dafi’al bala-i yaa allah, wa yaa dafi’al bala-i ya rohman, wa yaa dafi’al bala-i yaa rohiim.
Artinya: “Ya Allah, dengan kebenaran Al-Fatihah dan rahasia Al-Fatihah, Wahai sang pembedah kegelisahan. Wahai Sang Penyingkap Kebingungan. Wahai Dzat yang mengampuni dan mengasihi para hamba-Nya, Wahai Sang Penolak Bala, Ya Allah. Tuhan Yang Maha Pengasih. Wahai Sang Penolak Bala, Tuhan Yang Maha Penyayang,”

Ada juga doa tolak bala yang sering kita dengar dibaca usai sholat berjamaah. Doa tersebut berbunyi:

اللَّهُمَّ افْتَحْ لَنَا أَبْوَابَ الخَيْرِ وَأَبْوَابَ البَرَكَةِ وَأَبْوَابَ النِّعْمَةِ وَأَبْوَابَ الرِّزْقِ وَأَبْوَابَ القُوَّةِ وَأَبْوَابَ الصِّحَّةِ وَأَبْوَابَ السَّلَامَةِ وَأَبْوَابَ العَافِيَةِ وَأَبْوَابَ الجَنَّةِ اللَّهُمَّ عَافِنَا مِنْ كُلِّ بَلَاءِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ وَاصْرِفْ عَنَّا بِحَقِّ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَبِيِّكَ الكَرِيْمِ شَرَّ الدُّنْيَاوَعَذَابَ الآخِرَةِ،غَفَرَ اللهُ لَنَا وَلَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ

Allāhummaftah lanā abwābal khair, wa abwābal barakah, wa abwāban ni’mah, wa abwābar rizqi, wa abwābal quwwah, wa abwābas shihhah, wa abwābas salāmah, wa wa abwābal ‘āfiyah, wa abwābal jannah.

Allāhumma ‘āfinā min kulli balā’id duniyā wa ‘adzābil ākhirah, washrif ‘annā bi haqqil Qur’ānil ‘azhīm wa nabiiyikal karīm syarrad duniyā wa ‘adzābal ākhirah. Ghafarallāhu lanā wa lahum bi rahmatika yā arhamar rāhimīn. Subhāna rabbika rabbil ‘izzati ‘an mā yashifūn, wa salāmun ‘alal mursalīn, walhamdulillāhi rabbil ‘ālamīn.

Artinya: “Ya Allah, bukalah bagi kami pintu kebaikan, pintu keberkahan, pintu kenikmatan, pintu rezeki, pintu kekuatan, pintu kesehatan, pintu keselamatan, pintu afiyah, dan pintu surga. Ya Allah, jauhkan kami dari semua ujian dunia dan siksa akhirat. Palingkan kami dari keburukan dunia dan siksa akhirat dengan hak Al Quran yang agung dan derajat nabi-Mu yang pemurah. 

Semoga Allah mengampuni kami dan mereka. Wahai, zat yang maha pengasih. Maha suci Tuhanmu, Tuhan keagungan, dari segala yang mereka sifatkan. Semoga salam tercurah kepada para rasul. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam,”

Demikian penjelasan terkait doa Rasulullah agar terhindar dari marabahaya. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Dosa Khianat

Sifat khianat merupakan lawan (kebalikan) dari sifat amanah. Khianat adalah salah satu bentuk dosa besar sebagaimana firman Allah Ta’ala,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَخُونُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُواْ أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.” (QS Al-Anfal: 27)

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَأَنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي كَيْدَ الْخَائِنِينَ

“Dan bahwasanya Allah tidak meridai tipu daya orang-orang yang berkhianat.” (QS. Yusuf: 52)

Adapun dalil dari hadis adalah sabda Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam,

لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ، وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ

Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki sifat amanah. Dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janji.“ (HR. Ahmad 3: 135, hadis hasan)

Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Tanda orang munafik itu ada tiga: (1) Jika berbicara, dia berdusta; (2) Jika berjanji, dia tidak menepati; dan (3) Jika diberi amanah, dia berkhianat.” (HR. Bukhari no. 33 dan Muslim no. 59)

Hal ini juga dikuatkan oleh hadis yang diriwayatkan dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ

Terdapat empat perkara yang jika semuanya ada pada diri seseorang, maka jadilah dia orang munafik tulen (maksudnya, akan mengantarkan kepada nifaq akbar atau nifaq i’tiqadi, pen.). Dan jika ada pada dirinya salah satunya, maka dia memiliki sifat kemunafikan, sampai dia meninggalkannya, (yaitu): (1) Jika diberi amanat, dia berkhianat; (2) Jika berbicara, dia berdusta; (3) Jika membuat perjanjian, dia melanggarnya; dan (4) Jika bertengkar (berdebat), dia melampaui batas.” (HR. Bukhari no. 34 dan Muslim no. 59, lafaz hadis ini milik Bukhari)

Sifat khianat dapat terjadi dalam banyak perkara. Meskipun demikian, keburukan sifat khianat ini bertingkat-tingkat. Maksudnya, sebagian bentuk khianat itu lebih buruk daripada bentuk khianat yang lain. Berikut ini adalah di antara contoh dari bentuk-bentuk sifat khianat.

Pertama, seseorang yang dititipi suatu barang, tetapi barang tersebut justru digunakan untuk kepentingan pribadi dan menyebabkan terjadinya kerusakan. Padahal, perjanjian antara dia dengan pemilik barang hanyalah sekedar menitipkan barang tersebut dan tidak terdapat izin untuk memakainya.

Kedua, seseorang yang diberi amanah untuk menyimpan (menutupi) suatu cerita rahasia agar tidak tersebar. Akan tetapi, rahasia tersebut justru diumumkan dan disebarluaskan ke orang lain sehingga diketahui oleh banyak orang. Apalagi jika rahasia tersebut berkaitan dengan aib seorang muslim.

Ketiga, seseorang diberi amanah untuk mengurus harta anak yatim. Akan tetapi, mereka justru melalaikan perintah Allah Ta’ala untuk membelanjakan harta anak yatim tersebut dengan cara yang lebih baik. Bahkan, boleh jadi dia menggunakan harta anak yatim untuk kepentingan pribadinya, meskipun dengan maksud berutang. Apalagi dia tidak mengetahui secara pasti apakah bisa melunasi utang tersebut ataukah tidak.

Keempat, istri dan anak merupakan amanah bagi para suami. Seorang suami dapat dikatakan mengkhianati amanah apabila dia tidak menunaikan kewajiban untuk mendidik anak dan istri. Padahal, Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)

Kelima, seseorang yang diangkat menjadi imam tetap sebuah masjid, namun dirinya tidak melakukan kewajibannya. Terkadang dirinya menjadi imam salat wajib lima waktu, namun terkadang berada di saf belakang sebagai makmum tanpa ada alasan yang bisa dibenarkan. Ketika menjadi imam terkadang tidak tumakninah dan tidak mempedulikan kondisi makmum di belakangnya.

Ringkasnya, sifat khianat terhadap amanah terdapat dalam banyak perkara, baik dalam masalah muamalah, akhlak, dan dalam bidang yang lainnya. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik kepada kita semua untuk menjauhi sifat tersebut.

***

@Rumah Kasongan, 22 Dzulhijjah 1444/ 11 Juli 2023

Penulis: M. Saifudin Hakim

Catatan kaki:

Disarikan dari penjelasan Ustaz Dr. Aris Munandar, SS., MPI., ketika membaca kitab Al-Kabair, karya Adz-Dzahabi rahimahullah (dosa ketiga puluh empat).

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/86289-dosa-khianat.html