3 Cara Allah Kabulkan Doa dari Hamba

“Aku akan menjawab seruan orang yang berdoa ketika berdoa kepadaKu.” (Q.S al-Baqoroh:186)

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa semua doa dari hambaNya pasti dijawab oleh Allah. Karena setiap doa hamba pasti dijawab oleh Allah, maka tidak akan pernah ada ruginya orang yang berdoa.

Jawaban Allah terhadap doa seorang hamba bisa dalam bentuk:

1. Allah segerakan terkabulnya doa.

2. Allah simpan doa itu sebagai perbendaharaan pahala di akhirat

3. Allah halangi suatu keburukan atau marabahaya menimpa dia, sesuai kadar yang setara dengan permintaan yang dimintanya. Artinya, dengan adanya doa tersebut, meski tidak secara langsung terlihat hasil seperti yang diminta, ia terhindar dari suatu keburukan dengan sebab doa itu.

Salah satu dari ketiga hal itu bisa tercapai jika seseorang berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa atau memutuskan silaturrahmi.

“Tidaklah seorang muslim berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa atau memutuskan silaturrahmi kecuali Allah akan beri salah satu dari tiga hal: Bisa saja Allah segerakan terkabulnya doa, atau Allah simpan sebagai perbendaharaan pahala di akhirat, atau Allah palingkan darinya keburukan semisal (yang diminta dalam doa).

“Para Sahabat berkata: Kalau begitu, kami akan memperbanyak (doa). Rasul bersabda: Allah lebih banyak lagi.” (H.R atTirmidzi, Ahmad, dishahihkan oleh al-Hakim dan dinyatakan bahwa sanad-sanadnya jayyid(baik) oleh al-Bushiry).[]

ISLAMPOS

Doa Menyembelih Hewan

Dalam Islam sebelum melaksanakan pemotongan hewan kurban dianjurkan berdoa terlebih dahulu. Berikut doa menyembelih hewan kurban. Simak penjelasan lengkapnya. 

Kurban adalah syariat Allah Swt untuk umat Islam sebagai bentuk rasa syukur kepada-Nya lantaran rezeki yang sudah Allah Swt anugerahkan berupa hewan-hewan ternak. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt di dalam Al-Qur`an surat Al-Hajj ayat 34-35;

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ فَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَلَهٗٓ اَسْلِمُوْاۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَ.( 34) 

الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَالصَّابِرِيْنَ عَلٰى مَآ اَصَابَهُمْ وَالْمُقِيْمِى الصَّلٰوةِۙ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ (35)

Artinya; “Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah) (34).

 yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah hati mereka bergetar, orang yang sabar atas apa yang menimpa mereka, dan orang yang melaksanakan shalat dan orang yang menginfakkan sebagian rezeki yang Kami karuniakan kepada mereka. (35). (QS. Al-Hajj ayat 34-35).

Begitu juga di dalam hadist kita diperintahkan oleh Rasulullah Saw untuk memperbagus kurban yang kita keluarkan. 

“‌استفرهوا ‌ضحاياكم؛ ‌فإنها ‌مطاياكم ‌على ‌الصراط

Artinya; “Perbaguslah hewan- hewan kurban kalian, karena hewan kurban tersebut akan menjadi tunggangan kalian di atas Shirat”.

Makna kata perbagus di atas adalah melakukan hal-hal yang baik untuk penyembelihan kurban. Seprti halnya doa untuk diterimanya kurban yang dikeluarkan.

Bacaan Doa Menyembelih Hewan Kurban

Doa ini diajaran oleh salafus shalih kita ketika hendak melakukan kurban. Doa ini hendaknya dibaca oleh penjagal dan orang yang menyembelih kurban. Doa ini kami kutip dari kitab Fathul Qarib Mujib;

“اللهُمَّ هذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ، فَتَقَبَّلْ نِعْمَةً مِنْكَ عَلَيَّ، وَتَقَرَّبْتُ بِهَا إِلَيكَ، فَتَقَبَّلْهَا مِنِّي”.

Allahumma hadzihi minka wa ilaika fataqabbal nimata minkaalayya, wa taqarrabtu bihā ilaika fataqabbal minnī.

Artinya; “Ya Allah kurban ini dari Mu dan untuk Mu maka kabulkanlah nikmat-Mu atasku, dan dekatkanlah aku kepada-Mu sebab kurban ini. Maka terimalah kurbanku dariku.”

Demikian doa menyembelih hewan kurban. Semoga bermanfaat, Wallahu a`lam.

BINCANG SYARIAH

Terjadi 6.500 Kasus Sengatan Matahari Selama Musim Haji 2023

Suhu mencapai 42 derajat Celsius di lembah Mina dekat kota suci Makkah, Kamis pagi.

Tim medis Arab Saudi telah menangani lebih dari 6.500 kasus panas dan sengatan matahari di antara jamaah haji selama musim haji saat ini. Musim haji 2023 digelar bertepatan dengan kondisi suhu yang membakar.

“Kementerian Kesehatan menangani semua kasus yang mengalami kelelahan akibat panas. Semua sumber daya telah dimanfaatkan untuk melayani para Tamu Allah di tempat-tempat suci,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Saudi Mohammed Al-Abdulaali, dilansir Gulf News, Sabtu (1/7/2023).

Suhu mencapai 42 derajat Celsius di lembah Mina dekat kota suci Makkah pada Kamis pagi (29/6/2023) lalu. Kementerian Kesehatan Saudi menyarankan jamaah untuk melakukan beberapa hal.

Pertama, menghindari paparan sinar matahari langsung. Kedua, memilih waktu yang tepat untuk melakukan ritual rajam setan yang dimulai Rabu. Ketiga, minum cukup air dan cairan lain, dan keempat ialah menggunakan payung untuk melindungi diri dari sinar matahari.

Kemenkes Saudi juga menyampaikan, sebanyak 111.761 jamaah telah menerima layanan medis di fasilitas kesehatan di kota suci Makkah dan Madinah selama 39 hari terakhir. Sebanyak 172 fasilitas kesehatan di tempat-tempat suci Arab Saudi telah disiapkan untuk melayani jamaah haji tahun ini.

Kementerian mengatakan 32 rumah sakit yang didukung oleh 140 puskesmas dialokasikan untuk memberikan layanan bagi jamaah haji. Kementerian tersebut akan terus menawarkan layanan rumah sakit virtual untuk tahun kedua berturut-turut setelah keberhasilannya pada musim haji tahun lalu.

Lebih banyak klinik virtual diperkenalkan ke tempat-tempat suci tahun ini, tambah kementerian itu. Klinik tersebut menempatkan total tenaga kesehatan profesional yang dikerahkan untuk melayani jamaah lebih dari 32 ribu.

Sekitar 1,8 juta Muslim melakukan haji tahun ini setelah Arab Saudi mencabut pembatasan terkait pandemi, menurut angka resmi. Namun, otoritas keamanan Saudi mengumumkan telah memulangkan sebanyak lebih dari 150 ribu penduduk selama musim haji 2023.

IHRAM

Alhamdulillah, Rangkaian Puncak Haji di Armuzna Telah Selesai

Alhamdulillah, Rangkaian Puncak Haji di Armuzna Telah Selesai

Jamaah haji Indonesia telah melalui rangkaian puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina) berakhir pada 13 Dzulhijjah atau Sabtu 1 Juli 2023. Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) Mina Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Zaenal Muttaqien menyebut secara umum seluruh tahapan Armina berjalan baik.

“Secara keseluruhan alhamdulillah berjalan dengan baik mulai proses pelaksanaan ibadah wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, kemudian mabit selama 3 hari di Mina, secara keseluruhan berjalan dengan baik kalaupun ada hal-hal yang perlu menjadi catatan dan koreksi sebagai evaluasi bagi kita agar ibadah haji lebih baik lagi tahun-tahun berikutnya,” kata Zaenal.

Zaenal mengatakan hal pertama sebagai bahan evakuasi adalah  kapasitas tenda. Adanya penambahan kuota jamaah haji Indonesia mempunyai konsekuensi  dengan kapasitas tenda di Mina. “Kita mungkin sudah mempersiapkannya tenda, tetapi kemudian ada kuota tambahan, ini kita perlu perhatikan secara bersama-sama” kata dia.

Terkait konsumsi kata Zaenal, harus terus berkomunikasi dengan Masyariq atau pengelola Armina agar mempersiapkan lebih awal. “Termasuk juga fasilitas MCK (mandi cuci kakus), terkait dengan air di awal-awal masih ada kendala kemudian kita terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Masyariq alhamdulillah secara berangsur-angsur sudah semakin membaik hingga pada tanggal 12 Dzulhijah,” kata dia.

Zaenal mengatakan persoalan transportasi di Armina sudah diperhitungkan dengan matang oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi. Jika terlalu banyak transportasi akan membuat jalan macet sehingga perlu dipertimbangkan. “Artinya transportasi kurang bisa jadi menghambat, tetapi transportasi yang berlebihan menyebabkan macet , ini harus kita pertimbangkan juga dengan matang,” kata dia.

Dia menjelaskan jamaah haji Indonesia yang sudah meninggalkan Mina pada 12 Dzulhijjah atau dikenal nafar awal sekitar 142.00 dari total 212.000 jamaah haji reguler yang melaksanakan wukuf di Arafah. “Dari keseluruhan, maka hanya sekitar 30% lagi yang akan meninggalkan Mina untuk masuk ke Makkah, mereka mengambil nafar tsani pada 13 Dzulhijjah,” kata Zaenal.

Dia mengatakan sebagian jamaah bahkan sudah ada yang melaksanakan tawaf Ifadah di Masjidil Haram dan tahalul qubra. “Sebagian jamaah sudah tawaf ifadah dan kemudian tahalul qubro, jadi sudah selesai seluruh rangkaian ibadah haji yang dilaksanakan oleh jamaah haji Indonesia, ” kata Zaenal.

Dia mengatakan seluruh petugas Satgas Mina memastikan seluruh tenda-tenda atau maktab kosong tidak ada satu pun jamaah yang tertinggal di Mina. Hal yang sama dilakukan pada 12 Dzulhijjah saat nafar tsani.

“Kita akan melakukan sweeping dan pemeriksaan secara ketat baik di tenda, kamar mandi atau di tempat-tempat yang mungkin bisa jadi ada jemaah Indonesia yang harusnya meninggalkan Mina, tetapi masih berada di Mina,” kata dia. 

IHRAM

5 Bentuk adil dalam Islam

BAGAIMANA bentuk adil dalam Islam?

Allah Ta’ala berfirman

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah Ta’ala, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah Ta’ala, sesungguhnya Allah Ta’ala maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Maidah:8).

“Al-Hujarat [49] ayat 9 disebutkan bahwa Allah Ta’ala mencintai orang-orang yang berbuat adil

“Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah Ta’ala. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah Ta’ala), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah Ta’ala mencintai orang-orang yang berlaku adil.”

Al-Qur’an menjelaskan bahwa untuk mencapai derajat orang-orang yang takwa ada beberapa perkara yang harus diperhatikan. Diantaranya sikap adil dan mampu menegakan keadilan di dalam kehidupan kita.

Islam sangat memperhatikan sikap berlaku adil bahkan tetap memperlakukan antara orang yang zhalim dengan yang  dizhalimi dengan baik.

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang dizalimi. ”Kemudian ada seseorang bertanya tentang bagaimana cara menolong orang yang berbuat zalim?”

Beliau menjawab, “Kamu cegah dia dari berbuat zalim, maka sesungguhnya engkau telah menolongnya.” (HR. Bukhari, no. 6952; Muslim, no. 2584)

Adil menurut bahasa adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya.

Adil juga bisa berarti tidak berat sebelah, tidak memihak, atau menyamakan yang satu dengan yang lain.
Bukan berarti menyetarakan atau menyamakan seluruhnya tanpa aturan dan perhitungan. Sebagaimana yang dipahami oleh orang yang berideologi sosialis dengan jargonnya sama rasa sama rata. Semua harus memiliki hak yang sama sementara kondisi dan kebutuhan setiap orang tentu tidak sama.

Atau seperti yang dipahami oleh sebagian orang tentang kesataraan gender. Mereka menyamakan kedudukan lelaki dengan wanita. Padahal Al-Qur’an yang mulia dengan tegas mengatakan, “Dan tidaklah laki-laki sama sebagaimana wanita.” (QS. Ali Imran: 36)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan tentang hakikat keadilan. Beliau menerangkan bahwa makna adil adalah menunaikan hak kepada setiap pemiliknya. Atau bisa juga diartikan dengan mendudukkan setiap pemilik kedudukan pada tempat yang semestinya (silakan lihat Huquuq Da’at Ilaihal Fithrah wa Qararat Haa Asy Syari’ah, hal. 9)

BENTUK-BENTUK KEADILAN

1 Bentuk adil dalam Islam: Keadilan Allah Ta’alaa kepada hambaNya

Dalam Al-Quran disebutkan Al-Ahkam atau Al-Hakim yang artinya Hakim Yang Paling Adil (QS.95,8).
Karena keadilan-Nya, Allah Ta’alaa disebut juga oleh dengan sebutan Al- ‘Adl (Tuhan Yang Maha Adil). Adil karena memberikan kepada makhluk hak mereka serta ditempatkan-Nya masing-masing makhluk-Nya itu pada posisi yang sesuai dengan tabiat mereka.

Allah Ta’ala juga tidak pernah membebankan suatu taklif yang tidak sesuai dengan kemampuan manusia  seperti firman-Nya yang artinya,

“Allah Ta’ala tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, la mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS.2,286).

Keadilan Allah Ta’ala amat luas, banyak yang tak terkira oleh manusia. Ada suatu hal yang dipandang buruk oleh manusia, tetapi justru di dalamnya tersimpan keadilan. Sebaliknya, ada pula sesuatu hal yang dipandang baik dan adil oleh manusia, tetapi justru di dalamnya terdapat ketidakadilan.

Atas dasar keadilan itulah Allah Ta’ala memperlakukan sama segenap makhluk-Nya. Setiap orang, laki-laki dan perempuan mendapat perlakuan yang sama di sisi Allah Ta’ala.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki- laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun.” (QS.4,124).

2 Bentuk adil dalam Islam: Keadilan manusia  terhadap Allah Ta’ala

Artinya menempatkan hak Allah Ta’ala pada tempatnya. Yakni menjadikan Allah Ta’ala sebagai ilah dan tidak menyekutukanNya. Dan ini adalah keadilan paling agung.

Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

“Allah Ta’ala memberitakan bahwa Dia mengutus para Rasul-Nya, menurunkan kitab-kitab-Nya supaya manusia menegakkan al qisth yaitu keadilan. Salah satu di antara bentuk keadilan yang paling agung adalah tauhid. Ia adalah pokok terbesar keadilan dan pilar penegaknya. Sedangkan syirik adalah kezaliman yang sangat besar. Sehingga syirik merupakan kezaliman yang paling zalim, sedangkan tauhid merupakan keadilan yang paling adil…” (Ad Daa’ wad Dawaa’, hal. 145)

3 Bentuk adil dalam Islam: Keadilan terhadap diri sendiri

yaitu menempatkan hak diri pada tempatnya. Hak tubuh (fisik) atau pun hak batin.  Seperti menjaga kesehatan, menjaga makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh atau pun menjaga diri dari perkara yang dilarang atau berbahaya untuk dirinya baik untuk dunianya ataupun akhirat.

4 Bentuk adil dalam Islam: Keadilan terhadap orang lain

Yakni menempatkan hak orang lain pada tempatnya. Berbuat baik dan memperlakukan dengan semestinya sebagaimana yang Allah Ta’ala atur dalam Al-Qur’an dan sunnah. Seperti  pemenuhan hak rakyat oleh seorang pemimpin. Jika tidak adil maka pemimpin tersebut dicap oleh Allah Ta’ala sebagai pemimpin yang zhalim.

Maka sungguh Allah Ta’ala telah memberikan imbalan yang luar biasa kepada pemimpin yang adil kelak di hari kiamat yakni mendapatkan naungan Allah Ta’ala saat tidak ada naungan lain selain naunganNya.

5 Bentuk adil dalam Islam:  Keadilan terhadap makhluk lain

Artinya dapat menempatkan hak makhluk lain pada tempatnya. Seperti tidak menyakiti binatang atau pun tidak mencelakakannya.

Wallahu a’lam bi showab. []

ISLAMPOS

Sunnah Ketika Menyembelih Hewan Kurban

Berikut ini adalah sunnah ketika menyembelih hewan kurban. Seyogianya, kurban adalah syariat Allah Swt untuk umat Islam sebagai bentuk rasa syukur kepada-Nya lantaran rezeki yang sudah Allah Swt anugerahkan berupa hewan-hewan ternak. 

Hal ini sebagaimana firman Allah Swt di dalam Al-Qur`an surat Al-Hajj ayat 34-35;

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ فَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَلَهٗٓ اَسْلِمُوْاۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَ.( 34) 

الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَالصَّابِرِيْنَ عَلٰى مَآ اَصَابَهُمْ وَالْمُقِيْمِى الصَّلٰوةِۙ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ (35).

Artinya; “Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah) (34).

 (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah hati mereka bergetar, orang yang sabar atas apa yang menimpa mereka, dan orang yang melaksanakan shalat dan orang yang menginfakkan sebagian rezeki yang Kami karuniakan kepada mereka. (35). (QS. Al-Hajj ayat 34-35).

Dan tepat saat prosesi penyembelihan kurban ada beberapa kesunnahan yang seyogyanya dilakukan saat penyembelihan kurban. Berikut ini penjelasannya.

Sunnah Ketika Menyembelih Hewan Kurban

Banyak di dalam literatur kitab fikih yang menyebutkan beberapa kesunnahan yang seyogyanya dilakukan ketika penyembelihan kurban. Sebagaimana yang termaktub dalam kitab Fathul Qarib;

(ويستحب عند الذبح خمسة أشياء): أحدها (التسمية) فيقول الذابح «بسم الله». والأكمل «بسم الله الرحمن الرحيم»؛ ‌فلو ‌لم ‌يسم ‌  حل المذبوح (و) الثاني (الصلاة على النبي) ويكره أن يجمع بين اسم الله واسم رسوله. (و) الثالث (استقبال القبلة) بالذبيحة أي يوجه الذابح مذبحها للقبلة، ويتوجه هو أيضا, (و) الرابع (التكبير) أي قبل التسمية أو بعدها ثلاثا – كما قال الماوردي. (و) الخامس (الدعاء بالقبول)؛ فيقول الذابح: “اللهُمَّ هذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ، فَتَقَبَّلْ – أي هذه الأُضحِية – نِعْمَةً مِنْكَ عَلَيَّ، وَتَقَرَّبْتُ بِهَا إِلَيكَ، فَتَقَبَّلْهَا مِنِّي”.

Artinya; “Lima hal yang disunnahkan ketika menyembelih kurban; pertama, membaca basmalah minimal membaca bismillah yang sempurna adalah bismillahirrahmanirrahim, seandainya tidak membaca maka tetap halal daging hewannya, yang kedua, membaca shalawat nabi dan dimakruhkan menggabungkan nama Allah dan nama Rasulullah. 

Ketiga, orang yang menyembelih dan hewan yang disembelih sama-sama menghadap kiblat. Yang keempat, membaca takbir sebanyak tiga kali baik sebelum membaca basmalah atau setelahnya, sebagaimana yang dikatakan imam Mawardi. 

Kelima, membaca doa dengan kerelaan, maka penyembelih membaca doa “Allahumma hadzihi minka wa ilaika fataqabbal nimata minkaalayya, wa taqarrabtu bihā ilaika fataqabbal minnī.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sunnah ketika menyembelih kurban ada lima.

Pertama, membaca Basmalah

Kedua, Membaca shalawat Nabi

Ketiga, Menghadap kiblat bagi penyembelih dan hewan kurban

Keempat, Membaca takbir sebanyak tiga kali

Kelima, Membaca doa berikut ini;

“اللهُمَّ هذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ، فَتَقَبَّلْ – نِعْمَةً مِنْكَ عَلَيَّ، وَتَقَرَّبْتُ بِهَا إِلَيكَ، فَتَقَبَّلْهَا مِنِّي”.

Allahumma hadzihi minka wa ilaika fataqabbal nimata minkaalayya, wa taqarrabtu bihā ilaika fataqabbal minnī.

Artinya; “Ya Allah kurban ini dari-Mu dan untuk-Mu maka kabulkanlah nikmat-Mu atasku, dan dekatkanlah aku kepada-Mu sebab kurban ini. Maka terimalah kurbanku dariku.”

Demikian penjelasan mengenai sunnah-sunnah saat penyembelihan kurban. Semoga bermanfaat, Wallahu a`lam.

BINCANG SYARIAH

Tafsir Mimpi Melakukan Maksiat di Mekkah

Mimpi buruk adalah mimpi yang menyebabkan seseorang merasa cemas atau takut. Mimpi buruk sering kali membuat penderitanya terbangun dari tidur. Banyak orang terutama umat muslim yang ingin pergi ke Mekkah atau seseorang yang sedang menunaikan Ibadah mengalami mimpi buruk, seperti bermimpi melakukan keburukan di Mekkah. Lantas, bagaimanakah tafsir mimpi melakukan maksiat di Mekkah menurut ulama?

Tafsir Mimpi Melakukan Maksiat di Mekkah

Dalam literatur kitab klasik, dijumpai beberapa keterangan mengenai pertanda datangnya kebaikan bagi seseorang yang melakukan kebaikan atau ibadah di kota mekkah. Kebaikan-kebaikan itu seperti pertanda akan diberi rezeki untuk berangkat haji, pertanda akan sembuh dari penyakit, pertanda akan masuk surga, dan pertanda kebaikan lainnya. 

Sebagaimana dijelaskan dalam keterangan kitab Tafsirul Ahlam berikut,

من رأى أنه في مكة أو في طريقها فإنه يرزق الحج إن شاء الله تعالى وإن كان  مريضا فإنه يطول مرضه وربما مات منه ودخل الجنة إن شاء الله تعالى 

ومن رأى أنه نزل بمكة دل على إقبال الدنيا وكذا الناس أو على أن يحج في سرور كامل وسلامة ومن رأى  أنه في حرم مكة فإنه أمن من آفات الدنيا ومن رأى أنه دخل البيت فإنه يأمن  مما يخاف وإن كان عزبا تزوج أو كافرا أسلم أو عاقا لوالديه أبرهما أو يرجى  له الزهد والعبادة وقيل يدل على أنه ملازم للصلاة وقيل يعمر مسجدا

Artinya : “Barang siapa yang bermimpi ada di Mekkah atau di jalan menuju Mekkah, maka dia akan diberi rezeki untuk dapat pergi haji. Apabila dia dalam kondisi sakit, maka pertanda akan lama penyakitnya dan terkadang pertanda dia akan mati dan masuk surga…………

Barang siapa bermimpi turun di Mekkah, maka itu pertanda dia akan mendapatkan dunia atau akan melaksanakan haji dengan bahagia, sempurna, dan selamat. Barang siapa bermimpi dia berada di tanah haram Mekkah, maka itu pertanda dia akan selamat dari penyakit-penyakit dunia.  

Barang siapa bermimpi masuk ke Baitullah, maka dia akan aman dari apa yang ditakutkan, apabila dia jomblo maka pertanda akan menikah, apabila non muslim maka pertanda akan masuk islam atau dalam keadaan durhaka maka pertanda dia akan menjadi orang yang berbakti atau akan akan melaksanakan ibadah. Menurut sebagian pendapat menunjukan bahwa dia senantiasa melaksanakan shalat. Menurut pendapat yang lain menunjukan dia akan membangun masjid. ”

Namun demikian, apabila seseorang bermimpi melakukan keburukan di kota mekkah, maka hal itu merupakan pertanda datangnya keburukan. Keburukan ini dapat berarti kebalikan dari pertanda kebaikan yang telah disebutkan diatas. 

Sebagaimana dijelaskan dalam keterangan kitab Tafsirul Ahlam berikut

ومن رأى  أنه في مكة وهو مشتغل بالزهد والصلاح والعبادة يحصل له خير ومنفعة في دينه  ودنياه وإن رأى أنه مشتغل بالشر والفساد فضد ذلك

Artinya : “Apabila dia bermimpi melakukan ibadah di Mekkah, maka dia akan mendapatkan kebaikan dan manfaat dalam agama dan dunianya. Apabila dia bermimpi melakukan keburukan di Mekkah, maka itu pertanda sebaliknya.”

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa seseorang bermimpi melakukan keburukan di kota mekkah, maka hal itu merupakan pertanda datangnya keburukan. Keburukan ini dapat berarti kebalikan dari pertanda kebaikan yang telah disebutkan diatas. 

Demikian penjelasan mengenai tafsir mimpi melakukan maksiat di Mekkah menurut ulama. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

Tafsir Mimpi Masuk Ka’bah Menurut Ulama

Pada zaman dahulu, Ka’bah dibuka bagi semua orang. Siapa saja boleh masuk ke dalam Ka’bah, namun sekarang Ka’bah tertutup dan hanya bisa dimasuki oleh Raja Saudi, Perdana Menteri dan Presiden di berbagai negara.Terkadang banyak orang yang berharap sesuatu atau menginginkan sesuatu, membuatnya terbawa mimpi. Lantas, bagaimanakah tafsir mimpi masuk ka’bah menurut ulama?

Dalam literatur kitab klasik, dijumpai beberapa keterangan mengenai tafsir mimpi masuk ka’bah menurut ulama. Orang yang bermimpi masuk ke ka’bah merupakan pertanda dia akan aman dari apa yang ditakutkan. Apabila dia jomblo maka pertanda akan menikah, apabila non muslim maka pertanda akan masuk Islam. Apabila dalam keadaan durhaka, maka pertanda akan menjadi orang yang berbakti. 

Sebagaimana dijelaskan dalam keterangan kitab Tafsirul Ahlam berikut,

ومن رأى أنه دخل البيت فإنه يأمن  مما يخاف وإن كان عزبا تزوج أو كافرا أسلم أو عاقا لوالديه أبرهما أو يرجى  له الزهد والعبادة 

Artinya : “Barang siapa bermimpi masuk ke ka’bah, maka dia akan aman dari apa yang ditakutkan, apabila dia jomblo maka pertanda akan menikah, apabila non muslim maka pertanda akan masuk islam atau dalam keadaan durhaka maka pertanda dia akan menjadi orang yang berbakti atau akan akan melaksanakan ibadah.”

Selain itu. menurut sebagian pendapat menunjukan bahwa dia senantiasa melaksanakan sholat. Menurut pendapat yang lain menunjukan dia akan membangun masjid. Sebagaimana dijelaskan dalam keterangan kitab Tafsirul Ahlam berikut,

وقيل يدل على أنه ملازم للصلاة وقيل يعمر مسجدا

Artinya : “Menurut sebagian pendapat menunjukan bahwa dia senantiasa melaksanakan sholat. Menurut pendapat yang lain menunjukan dia akan membangun masjid. ”

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa orang yang bermimpi masuk ke ka’bah merupakan pertanda dia akan aman dari apa yang ditakutkan. Apabila dia jomblo maka pertanda akan menikah, apabila non muslim maka pertanda akan masuk islam. Apabila dalam keadaan durhaka, maka pertanda akan menjadi orang yang berbakti.

Selain itu, menurut sebagian pendapat menunjukan bahwa dia senantiasa melaksanakan sholat. Menurut pendapat yang lain menunjukan dia akan membangun masjid.

Demikian penjelasan mengenai tafsir mimpi masuk ka’bah menurut ulama. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

Wahai Hamba, Malulah kepada Allah!

Keutamaan sifat malu

Banyak dalil yang memotivasi untuk memiliki sifat malu serta menjelaskan agung dan mulianya sifat ini. Begitu pula, terdapat banyak penjelasan tentang buah manis dari sifat malu ini yang akan dirasakan pemiliknya di dunia dan akhirat. Di antara yang menunjukkan hal ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwasanya beliau pernah melewati seseorang yang menasihati saudaranya berkenaan dengan sifat malu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada orang tersebut,

دَعْهُ فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنْ الْإِيمَانِ

“Biarkanlah dia, karena rasa malu itu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis yang lain, diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda,

الْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ

“Malu adalah bagian dari cabang keimanan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis lainnya, diriwayatkan dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ

“Rasa malu itu hanya akan mendatangkan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ ، أَوْ قَالَ الْحَيَاءُ كُلُّهُ خَيْرٌ

“Rasa malu itu adalah kebaikan seluruhnya.” Atau beliau bersabda, “Rasa malu itu seluruhnya adalah kebaikan.” (HR. Muslim)

Hadis yang semakna dengan ini sangatlah banyak. Terdapat pula penjelasan lainnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyebutkan bahwasanya rasa malu itu adalah akhlak yang mulia dan dicintai oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala sebagaimana dalam hadis Asyaj bin ‘Abdil Qais bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ ؛ الْحِلْمَ وَالْحَيَاءَ

“Sesungguhnya pada dirimu ada dua sifat yang Allah cintai, yaitu ketenangan dan rasa malu.” (HR. Bukhari)

Malu yang paling utama

Sifat malu yang paling tinggi dan mulia kedudukannya, serta yang paling utama untuk kita perhatikan adalah sifat malu kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala, sifat malu kepada Sang Pencipta alam semesta, sifat malu kepada Zat yang melihat kita di mana pun kita berada dan tidak ada yang tersembunyi dari-Nya segala yang kita lakukan. Allah Ta’ala berfirman,

أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى

“Bukankah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?” (QS. Al-Alaq: 14)

إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

“Sesungguhnya Allah mengawasi kalian.” (QS. An-Nisa: 1)

وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Dan Allah Maha Melihat terhadap apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 265)

Malulah kepada Allah yang mengetahui baik ketika seseorang bersama dengan banyak orang ataupun sendirian. Malulah kepada-Nya, baik ketika dilihat orang ataupun tersembunyi, karena tidak ada satu pun yang tersembunyi dari-Nya.

Kiat menumbuhkan sifat malu kepada Allah

Rasa malu kepada Allah Ta’ala  adalah akhak mulia dan sifat luhur yang bisa diperoleh dengan tiga cara berikut:

Pertama: Memperhatikan betapa banyak nikmat dan karunia Allah yang telah diberikan kepada kita.

Kedua: Melihat kekurangan yang ada pada kita dalam memenuhi hak-Nya dan melaksanakan hal-hal yang diwajibkan-Nya kepada kita, baik berupa pelaksanaan perintah-Nya ataupun menjauhi larangan-Nya.

Ketiga: Kita mengetahui dan berusaha memunculkan kesadaran bahwa Allah melihat setiap keadaan kita, setiap saat dan di mana pun berada. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya.

Apabila ketiga hal ini telah terkumpul dalam hati seorang hamba, ia akan merasakan rasa malu yang begitu besar kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala. Dari sifat malu inilah, akan muncul banyak kebaikan dan keutamaan lainnya. Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ

“Rasa malu itu hanya akan mendatangkan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Apabila di dalam hati terdapat rasa malu kepada Allah Jalla wa ‘Ala, niscaya diri kita akan terhindar dari akhlak yang rendah, muamalah yang  buruk, dan perbuatan yang haram. Jiwa akan termotivasi dalam melakukan kewajiban, perhatian terhadap akhlak yang mulia dan adab yang  baik.

Bukti malu kepada Allah

Rasa malu kepada Allah bukan hanya keluar dari lisan seorang hamba. Akan tetapi, hakikatnya adalah berada di hati hamba, yang diikuti melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan yang jelek dalam setiap keadaan dan dalam waktu kapan pun juga. Renungkanlah sebuah hadis yang mulia yang menjelaskan kepada kita hakikat dan maksud dari rasa malu kepada Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اسْتَحْيُوا مِنْ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ ، قَالَ قُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَسْتَحْيِي وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ، قَالَ لَيْسَ ذَاكَ وَلَكِنَّ الِاسْتِحْيَاءَ مِنْ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ أَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ وَمَا وَعَى ، وَالْبَطْنَ وَمَا حَوَى ، وَلْتَذْكُرْ الْمَوْتَ وَالْبِلَى ، وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ تَرَكَ زِينَةَ الدُّنْيَا ، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ اسْتَحْيَا مِنْ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ

“Hendaklah kalian malu kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sifat malu yang sebenarnya.” Perawi mengatakan, “Kami menjawab, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami malu (walhamdulillah).’” Rasulullah bersabda, “Bukan seperti itu. Tetapi malu kepada Allah dengan sebenarnya adalah hendaklah dia menjaga kepala dan apa yang ada di dalamnya, hendaklah dia menjaga perut dan apa yang dikandungnya, dan hendaklah dia selalu ingat kematian dan busuknya jasad. Barangsiapa yang menginginkan kehidupan akhirat, hendaklah dia meninggalkan perhiasan dunia. Dan barangsiapa yang mengerjakan yang demikian, maka sungguh dia telah malu kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sifat malu yang sebenarnya.” (HR. Tirmidzi, hasan)

Dalam sabda Nabi (أَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ وَمَا وَعَى), maksudnya dalam kepala terdapat pendengaran, penglihatan, penciuman, dan lisan. Di dalam kepala juga terdapat ambisi dan keinginan. Apabila seseorang malu kepada Allah, maka dia akan menjaga hasrat dan keinginan apa yang ada di dalam kepalanya. Dia akan menjaga pendengarannya sehingga dia tidak akan mendengar apa yang Allah murkai karena malu kepada-Nya. Dia akan menjaga penglihatannya sehingga dia tidak akan memandang perkara yang membuat Allah marah karena malu kepada-Nya. Dia juga akan menjaga lisannya sehingga tidak akan berbicara yang dibenci Allah karena malu kepada-Nya.

Dalam sabda Nabi (وَالْبَطْنَ وَمَا حَوَى), maksudnya termasuk hakikat rasa malu adalah menjaga perut dan apa yang dikandungnya. Yang paling penting berada di dalam perut adalah hati, yang harus dijaga agar senantiasa memiliki rasa malu kepada Allah. Bahkan, hati merupakan tempat asal muasal rasa malu. Apabila telah terwujud rasa malu kepada Allah di dalam hati, maka niscaya anggota badan yang lain akan menjadi baik sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَلَا إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging. Apabila dia baik, maka baiklah anggota badan yang lain. Apabila dia rusak, maka rusaklah anggota badan yang lain. Segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Di antara perwujudan realisasi rasa malu seorang hamba kepada Allah adalah hendaknya dia tidak disibukkan dengan fitnah dunia. Bahkan, dia harus ingat bahwa dia akan kembali kepada Allah dan meninggalkan kehidupan dunia ini dan dimasukkan di hari-hari kesendirian di dalam kubur. Tidak ada yang menemaninya, kecuali amal salehnya. Nabi bersabda (وَلْتَذْكُرْ الْمَوْتَ وَالْبِلَى). Jika engkau sadar bahwa akan mati dan berdiri menghadap Allah, dan kemudian Allah akan bertanya tentang apa yang telah kita perbuat di kehidupan dunia, niscaya hal ini akan membantu dan memotivasi untuk mewujudkan rasa malu kepada Allah.

Di antara perkara yang membantu untuk mewujudkan rasa takut kepada Allah adalah senantiasa menjadikan pandangan kita ke negeri akhirat dan apa yang Allah sediakan di sana berupa nikmat dan azab. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, (وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ تَرَكَ زِينَةَ الدُّنْيَا), maksudnya hendaknya engkau menginginkan dengan amalmu berharap wajah Allah dan negeri akhirat. Dengan demikian, maka segala aktifitas amal saleh dan ketaatan serta akhlak yang baik akan senantiasa mengisi kehidupan dunia ini. Allah Ta’ala befirman,

وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا

“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (QS. Al-Isra’: 19)

Apabila rasa malu telah hilang

Ketika rasa malu telah dicabut dari diri hamba, maka jangan tanya tentang kebinasaan dan berbagai keburukan yang akan terjadi pada orang tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa di antara wasiat yang diwarisi sejak zaman dahulu, yang disampaikan oleh para Nabi adalah tentang sifat malu. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الْأُولَى إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ

“Sesungguhnya perkataan yang diwarisi oleh orang-orang dari perkataan nabi-nabi terdahulu adalah, ‘Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu.’” (HR. Tirmidzi)

Hadis yang agung ini menunjukkan secara jelas bahwa barangsiapa yang dicabut darinya rasa malu, maka dia tidak lagi peduli dengan kejelekan dan dosa serta maksiat yang terjadi. Hal ini karena telah hilang rasa malu kepada Allah dari dalam hatinya. Dia tidak lagi malu kepada Allah dan tidak peduli dengan dosa dan maksiat. Maka, jiwanya menjadi rendah dan hatinya sakit karena tidak ada lagi rasa malu kepada Allah. Hingga akhirnya, dia pun bertemu Allah dan berdiri di hadapan-Nya dengan dosa dan kejelekan yang membinasakannya.

Maka, wajib bagi kita untuk introspeksi selama kita masih hidup dan berada di dunia tempat kita beramal. Kita lihat diri kita tentang rasa malu kita kepada Allah yang telah menciptakan kita dan mengaruniakan kepada kita banyak nikmat, sementara kita senantiasa kurang dalam menunaikan kewajiban. Padahal kita tahu bahwa Allah melihat kita dan mengawasi kita dan tidak ada yang tersembunyi dari-Nya.

***

Penulis : Adika Mianoki

Referensi :

Khotbah Syekh ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr hafidzahullah dengan judul (الحياء من الله تعالى) dalam buku beliau Al-Jami’ lil Muallifat wa Ar-Rasail Jilid 19 hal 61-64

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/85422-malu-kepada-allah.html

Potensi Jamaah Tersesat Masih Tinggi

Jamaah harus menempuh jarak sejauh empat kilometer pergi pulang ke Jamarat

Oleh AGUNG SASONGKO dan FUJI EP dari MAKKAH, ARAB SAUDI

MAKKAH — Jamaah haji sudah memasuki prosesi lontar jumrah kedua di Jamarat, Mina, Arab Saudi, pada 11 Dzulhijjah atau Kamis (29/6/2023) WAS. Meski tingkat kepadatan sedikit mereda ketimbang hari pertama saat jamaah melakukan prosesi lontar jumrah Aqabah, masih banyak jamaah yang tidak mengetahui dimana arah tenda.

Berkurangnya kepadatan jamaah ini dikonfirmasi oleh Kepala Seksi Layanan Lansia Daker Madinah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Arief Nurawi. Menurut dia, prosesi lempar jumrah pada hari tasrik sudah longgar.

Kepadatan seperti saat jamaah melakukan jumrah aqabah sehari sebelumnya sudah berkurang. “Iya sudah longgar, puncaknya memang pas jumrah aqabah,” ucap dia di Mina, Kamis (29/6/2023).

Menurut Arief, hal itu terjadi karena banyak jamaah yang langsung melakukan tawaf ifadah di Masjidil Haram setelah melaksanakan jumrah aqabah. Mereka melakukan prosesi sai kemudian tahalul dan kembali ke hotel masing-masing untuk beristirahat.

Selain itu, ada jamaah yang memang masih kelelahan setelah mengikuti rangkaian puncak ibadah haji.

Kepala Satuan Operasi (Kasatops) Arafah Muzdalifah Mina (Armina) Kolonel (Laut) Harun Ar Rasyid mengatakan, banyak jamaah yang berangkat maupun kembali dari arah jamarat tidak tahu arah tenda. Dia mengatakan PPIH Arab Saudi berupaya membantu segala permasalahan yang dialami jamaah untuk memberikan solusi.

“Apalagi saat ini begitu datang jamaah dari Arafah kemudian Muzdalifah lalu datang ke Mina. Ketika kembali dari Jamarat para petugas akan membantu mencarikan jalan ke arah tenda,” kata dia.

Ketika kembali dari Jamarat para petugas akan membantu mencarikan jalan ke arah tenda

HARUN ARRASYID Kasatops Armina 

Harun mengatakan, jamaah haji di Mina harus menempuh perjalanan panjang saat lempar jumrah ke jamarat. Dari tenda pemondokan ke mulut terowongan jaraknya bervariasi yakni dari 500 meter hingga 1,5 kilometer. Sementara, panjang terowongan sekitar dua kilometer. Untuk pergi pulang, jamaah harus menempuh jarak sejauh empat kilometer.

Kepala Bidang Perlindungan Jamaah (Linjam) PPIH Arab Saudi Harun Al Rasyid mengatakan, untuk memberikan rasa aman dan memitigasi risiko yang menimpa jamaah, pihaknya membentuk 5 Pos MCR. “Di terowongan di jamarat, Ula, Wustha, Aqabah, kita siapkan pos MCR,” kata dia, Kamis (29/6/2023).

photo

Menurut Arief, hal itu terjadi karena banyak jamaah yang langsung melakukan tawaf ifadah di Masjidil Haram setelah melaksanakan jumrah aqabah. Mereka melakukan prosesi sai kemudian tahalul dan kembali ke hotel masing-masing untuk beristirahat. Selain itu, ada jamaah yang memang masih kelelahan setelah mengikuti rangkaian puncak ibadah haji. Kepala Satuan Operasi (Kasatops) Arafah Muzdalifah Mina (Armina) Kolonel (Laut) Harun Ar Rasyid mengatakan, banyak jamaah yang berangkat maupun kembali dari arah jamarat tidak tahu arah tenda. Dia mengatakan PPIH Arab Saudi berupaya membantu segala permasalahan yang dialami jamaah untuk memberikan solusi. “Apalagi saat ini begitu datang jamaah dari Arafah kemudian Muzdalifah lalu datang ke Mina. Ketika kembali dari Jamarat para petugas akan membantu mencarikan jalan ke arah tenda,” kata dia.

 
Ketika kembali dari Jamarat para petugas akan membantu mencarikan jalan ke arah tenda
HARUN ARRASYID Kasatops Armina 
 

Harun mengatakan, jamaah haji di Mina harus menempuh perjalanan panjang saat lempar jumrah ke jamarat. Dari tenda pemondokan ke mulut terowongan jaraknya bervariasi yakni dari 500 meter hingga 1,5 kilometer. Sementara, panjang terowongan sekitar dua kilometer. Untuk pergi pulang, jamaah harus menempuh jarak sejauh empat kilometer. Kepala Bidang Perlindungan Jamaah (Linjam) PPIH Arab Saudi Harun Al Rasyid mengatakan, untuk memberikan rasa aman dan memitigasi risiko yang menimpa jamaah, pihaknya membentuk 5 Pos MCR. “Di terowongan di jamarat, Ula, Wustha, Aqabah, kita siapkan pos MCR,” kata dia, Kamis (29/6/2023).

photo

Di setiap pos, ada petugas gabungan dari berbagai unsur seperti kesehatan, Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (PKP3JH), Emergency Medical Team (EMT), Linjam, dan pelayanan lansia yang sama-sama memperhatikan jamaah saat melakukan lontar jumrah. “Dengan adanya petugas jamaah akan merasa aman karena ada hubungan emosional dan motivasi,” katanya. Dia menyebut pos MCR tersebut berada di Jamarat lantai atas dan di lantai dasar atau bawah. Pos MCR ini bersinggungan dengan petugas yang berjaga di rute pos Jamarat. “Jadi 5 pos MCR ada di lantai atas dan 5 pos di lantai dasar. Jadi selain kita buat rute pos Jamarat 1 sampai 8 di situ juga ada MCR 1-5. Itulah pos yang berasiran yang bisa memberikan pelayanan juga bisa memantau jamaah terutama yang lansia,” kata dia. Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Mina Zaenal Muttaqin mengatakan, 5 Pos MCR dibentuk untuk memantau pergerakan jamaah saat di Jamarat. Pos-pos tersebut bertujuan untuk melayani jamaah haji yang menjalankan lempar jumrah pada tanggal 10, 11, 12 Dzulhijah untuk nafar awal dan tambahan 13 Dzulhijjah untuk nafar tsani. “Termasuk saat pendorongan jamaah ke Makkah,” ujar dia. Dari pantauan Republika, situasi di terowongan jamarat tidak padat seperti sebelumnya saat lempar jumrah aqobah. “Alhamdulillah, jamarat sekarang sudah lebih sepi, enggak kaya kemarin yang padat,” ujar Mahyudin (83) pada Kamis (29/6/2023).

 
Alhamdulillah, jamarat sekarang sudah lebih sepi, enggak kaya kemarin yang padat
MAHYUDIN Jamaah asal Aceh 
 

Jamaah haji asal Aceh yang mendatangi Jamarat bersama rekannya ini mengaku, bersyukur bisa melaksanakan lempar jumrah yang merupakan wajib haji dengan lancar tanpa ada halangan. “Saya semangat terus, semoga dikasih kesehatan sama Allah jadi bisa laksanain ibadah haji sampai selesai,” ucapnya. Seperti diketahui, lempar jamarat adalah bagian dari rangkaian prosesi ibadah haji sebagai perlawanan terhadap setan. Hal ini merupakan tindakan yang mencontoh Nabi Ibrahim ketika dia dan putranya, Nabi Ismail, mendapatkan godaan setan. Lontar jumrah dilakukan dengan melempari batu ke tiang-tiang jamarat. Penjagaan dan pengawasan terus dilakukan oleh tim petugas haji di berbagai pos Mina.