Ancaman Bagi Mereka yang Memakan Harta Anak Yatim dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya

Dalam ajaran agama Islam, peduli terhadap anak yatim adalah tugas mulia yang sangat ditekankan. Al-Qur’an, kitab suci bagi umat Islam, dengan tegas menggarisbawahi pentingnya melindungi hak-hak anak yatim. Namun, di sisi lain, Al-Qur’an juga memberikan ancaman bagi mereka yang merampok harta anak yatim.

Islam adalah agama rahmat yang mendorong solidaritas dan menentang diskriminasi. Umat Islam diajarkan untuk berbuat baik dan menjauhi tindakan yang merugikan orang lain.

Nabi Muhammad saw adalah contoh teladan yang mendorong kemanfaatan dan kemaslahatan, termasuk dalam menyantuni anak-anak yatim sebagai bentuk kasih dan solidaritas. Beliau bahkan memberikan jaminan kedekatan dengan dirinya bagi mereka yang menyantuni anak yatim.

أَنَا وَكَافِلُ ‌الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هَكَذَا، وَأشَارً بِإِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى

Artinya: “Aku dan orang yang menanggung anak yatim memiliki kedudukan seperti ini,” Nabi Muhammad memberi isyarat dengan dua jarinya (telunjuk dan tengah) yang disatukan. (HR, Bukhari).

Namun, bagaimana dengan mereka yang berperilaku sebaliknya, yaitu yang merampok harta anak-anak yatim?

Islam sangat mengutuk tindakan mereka yang merampok harta anak yatim. Allah bahkan memberikan ancaman bahwa mereka akan masuk neraka dan harta anak yatim yang mereka makan akan menjadi api yang membakar perut mereka.

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَأۡكُلُونَ أَمۡوَٰلَ ٱلۡيَتَٰمَىٰ ظُلۡمًا إِنَّمَا يَأۡكُلُونَ فِي ‌بُطُونِهِمۡ نَارٗاۖ وَسَيَصۡلَوۡنَ سَعِيرٗا

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (Qs. An-Nisa [4]: 10).

Dalam berbagai tafsir, Islam dengan tegas melarang diskriminasi, termasuk dalam masalah harta anak yatim. Ayat-ayat Al-Qur’an, seperti An-Nisa ayat 2 dan ayat 9, melarang diskriminasi terhadap anak yatim, dan ayat di atas menjelaskan ancaman bagi pelaku diskriminasi terhadap mereka.

Imam Fakhruddin Ar-Razi menjelaskan bahwa ancaman tersebut mencerminkan kasih sayang Allah terhadap anak yatim karena kelemahan mereka. Allah memberikan perhatian lebih kepada mereka dan mengancam siapa pun yang melakukan diskriminasi terhadap mereka.

Imam Al-Qurtubi dalam tafsirnya meriwayatkan hadits yang menggambarkan orang-orang yang memakan harta anak yatim akan menghadapi siksaan di akhirat.

Lebih lanjut, Ar-Razi menjelaskan bahwa ancaman tersebut memiliki dua makna potensial:

Pertama, secara harfiah, ancaman tersebut mengindikasikan bahwa setiap pelaku diskriminasi terhadap anak yatim seolah-olah mereka menelan api yang akan menyiksa mereka di akhirat.

Kedua, ancaman tersebut bersifat universal, menunjukkan bahwa Allah mengancam siapa pun yang merampok harta anak yatim dengan sanksi yang serius.

Anak yatim membutuhkan kasih sayang dan perhatian, sama seperti anak-anak lainnya. Nabi SAW menganjurkan untuk mengayomi dan menyantuni mereka, dan memberikan jaminan kedekatan dengan dirinya bagi mereka yang melakukannya.

Demikianlah penjelasan mengenai ancaman bagi mereka yang merampok harta anak yatim dalam Al-Qur’an dan tafsirnya. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Berita Baik! Sekarang Anda Dapat Menginstal Al-Qur’an Kemenag di Ms. Word

Untuk membantu masyarakat dalam memahami dan mengakses Kitab Suci Al-Qur’an dengan lebih mudah, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran (LPMQ) yang merupakan bagian dari Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama telah mengembangkan aplikasi inovatif yang disebut “Al-Qur’an Kemenag in Ms. Word (QKIW)”.

Kepala LPMQ, Muchlis M Hanafi, menjelaskan bahwa pengembangan Mushaf Al-Qur’an ini bertujuan untuk memungkinkan nilai-nilai Al-Qur’an tersebar luas di seluruh Indonesia. LPMQ sangat menghargai kontribusi berbagai pihak dan lembaga yang telah turut serta dalam mewujudkan proyek ini.

“Dalam rangkaian acara peluncuran produk hasil penelitian LPMQ, kami memberikan penghargaan ‘Al-Qur’an Award’ kepada individu dan lembaga yang telah berperan besar dalam mengabdi dan mengembangkan Mushaf Al-Qur’an, sehingga meningkatkan manfaatnya bagi umat Islam,” ujar Muchlis seperti yang dilaporkan di laman resmi Kementerian Agama.

Aplikasi Al-Qur’an In Word, yang dikenal sebagai “Al-Qur’an Kemenag in Ms. Word (QKIW),” dikembangkan oleh Mohamad Taufiq. Teks ayat Al-Qur’an yang ada dalam QKIW berasal dari tulisan tangan H. Isep Misbah, kemudian didigitalisasi oleh tim IT LPMQ menjadi bentuk font. Aplikasi QKIW dapat diunduh secara gratis di https://lajnah.kemenag.go.id/unduhan.

Taufiq berharap bahwa dengan menghadirkan aplikasi ini kepada LPMQ, masyarakat Muslim Indonesia dapat mengutip ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan Mushaf Standar Indonesia. “Aplikasi ini dapat menjadi alat yang berguna bagi mahasiswa Muslim dan kalangan akademisi untuk mengutip Al-Qur’an beserta terjemahannya dengan mudah,” tambahnya.

Selanjutnya, font Al-Qur’an tersebut telah diubah menjadi font Arab yang sesuai dengan standar Unicode, lengkap dengan tanda baca yang sesuai dengan Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia oleh Muhammad Zamroni Ahbab.

Terima kasih atas ide dan kerja keras para pegawai LPMQ di bidang pentashihan, serta anggota tim IT, yang telah berhasil mengkonversi tulisan tangan H. Isep Misbah menjadi sebuah font yang banyak digunakan oleh masyarakat dalam berbagai aplikasi Al-Qur’an, baik dalam bentuk digital, situs web, maupun aplikasi kantor seperti Microsoft Word.

Selain peluncuran produk Al-Qur’an Kemenag In Ms. Word, dalam acara peluncuran produk hasil penelitian LPMQ di Bayt Al-Qur’an, juga diperkenalkan empat produk hasil penelitian LPMQ tahun 2019 yang dirilis oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Keempat produk tersebut meliputi terjemahan Al-Qur’an versi penyempurnaan, Mushaf Al-Qur’an standar Indonesia Rasm Usmani (MSI), jabatan fungsional pentashih mushaf Al-Qur’an, dan pangkalan data Mushaf Al-Qur’an Nusantara.

BINCANG SYARIAH

Teladan Wara’ Imam Abu Hanifah

Rasa takut kepada Allah SWT melahirkan sikap wara’ (hati-hati), tidak saja terhadap perkara-perkara yang haram, juga perkara syubhat, demikian teladan Imam Abu Hanifah 

TAKWA sejatinya melahirkan salah satu sikap mulia, yakni wara’  (selalu bersikap hati-hati karena khawatir terjerumus ke dalam dosa). Terkait sikap wara’  ada kisah menarik.

Beliau menahan diri tidak memakan daging kambing selama beberapa tahun sesuai dengan usia kehidupan kambing pada umumnya hingga diperkirakan kambing itu telah mati (Syu’aib bin Saad al-Harifis, Ar-Rawdh al-Faiq, hlm. 215).

Boleh jadi Imam Abu Hanifah rahimahulLaah bertindak demikian karena beliau khawatir–tanpa sepengetahuannya–kambing itu diperjualbelikan di pasar atau di tengah-tengah masyarakat. Lalu ia tidak sengaja memakan daging kambing curian tersebut.

Begitulah Imam Abu Hanifah rahimahulLaah. Beliau memiliki sikap wara’ yang luar biasa.  Sikap wara’ tentu muncul dari besarnya rasa takut kepada Allah SWT.

Rasa takut kepada Allah SWT akan melahirkan sikap wara’ (hati-hati), tidak saja terhadap perkara-perkara yang haram, tetapi juga terhadap perkara-perkara yang syubhat.  Itulah mengapa, kata Imam Ibnu Rajab rahimahulLaah:

وأفضلُ الأعمالِ خشيةُ الله في السرِّ والعلن – إبن رجب، فتح الباري (٦٣/٤)

Amal yang paling utama adalah senantiasa memiliki rasa takut kepada Allah, baik dalam kesunyian (kesendirian) maupun dalam keramaian. (Ibnu Rajab, Fath al-Bari, 4/36).*/ Arief B. Iskandar, Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor

HIDAYATULLAH

Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” Sangat Islami, Ini Dalilnya

Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan nasional merupakan konsep yang sejatinya bersesuaian dengan nilai-nilai Islam. Tidak percaya?

Bhinneka Tunggal Ika bersalah dari Bahasa Kami atau Bahasa kuno yang digunakan di Jawa. Istilah Bhinneka Tunggal Ika diambil dari “Kakawin Sutasoma,” sebuah karya sastra Jawa Kuno yang ditulis oleh Mpu Tantular pada abad ke-14. Dalam kakawin ini, terdapat baris yang terkenal yang menyatakan, “Bhinneka Tunggal Ika, tan hana dharma mangrwa” yang dapat diterjemahkan sebagai “Berbeda-beda, tetapi tetap satu, tanpa ada yang kuat mengalahkan yang lain.”

Kedalaman makna dari semboyan ini lah yang menjadi cermin dari kehidupan bangs aini. Pada awal kemerdekaan konsep Bhinneka Tunggal Ika diadopsi sebagai moto resmi bangsa Indonesia yang kemudian menjadi bagian dari lambang negara Indonesia.

Secara makna, semboyan ini memiliki kesesuain dengan prinsip al-Quran tentang keragaman. Dalam Surat Al-Hujurat (49:13) dinyatakan : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Ayat ini menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang beragam, baik dari segi etnis, budaya, dan bahasa. Tujuan dari keragaman ini adalah agar manusia dapat saling mengenal dan berinteraksi dengan baik. Ayat ini juga menekankan bahwa keutamaan seseorang tidak ditentukan oleh latar belakang etnis atau suku, tetapi oleh ketakwaannya.

Meskipun berbeda-beda, Nabi Muhammad SAW dalam khutbah perpisahan (khutbah wada’) beliau, menyatakan: “Wahai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu Tuhan dan bapak kalian (Adam) adalah satu, tidak ada kelebihan Arab atas non-Arab atau sebaliknya, atau kulit hitam atas kulit putih atau sebaliknya, kecuali dengan taqwa.”

Berbeda-beda tetapi mempunyai tujuan dan asal yang sama. Manusia seluruh bersaudara dalam kemanusiaan dan keagamaan. Memiliki satu Tuhan dan memiliki leluhur yang sama. Perbedaan memang keniscayaan, tetapi sesungguhnya keragaman itu adalah memiliki sumber yang sama.

Karena kesamaan inilah, tidak ada kelebihan seseorang berdasarkan latar belakang etnis, warna kulit dan suku bangsa. Semuanya menjadi setara. Hanya predikat takwa yang membedakan derajat manusia di sisi Tuhan.

Konsep Bhinneka Tunggal Ika merupakan konsep dan kesadaran yang sejatinya menekankan pada harmoni dalam keragaman. Keragaman bukan penghalang untuk bersatu dan saling kenal dan menghormati.

ISLAMKAFFAH

Hikmah tak Dikabulkannya Doa

Doa untuk mengagungkan Allah.

Dalam mengarungi hidup, tidak diperkenankan bagi manusia untuk berputus asa dari rahmat dan kasih sayang dari Allah SWT. Karena itu menurut Ketua Majelis Taklim dan Dzikir Baitul Muhibbin Habib Abdur Rahman Asad al-Habsyi, berdoa menjadi sesuatu yang sangat penting dilakukan oleh seorang hamba agar mendapatkan pertolongan dari Allah.

Habib Abdur Rahman menjelaskan doa juga merupakan tanda bahwa manusia sangat membutuhkan Allah SWT dalam setiap tarikan nafasnya, sebab Allah dapat dengan mudah mengubah sesuatu sesuai dengan kehendaknya. 

Adakalanya Allah taala tidak memberikan semua apa yang diminta hamba dalam doanya.  Lalu apa hikmahnya?

“Saat kita berdoa, lantas yang terwujud 50 persen saja, bukan berarti doa kita terkabul separuh, boleh jadi, Allah sedang menguji rasa cukup kita. Apakah kita merasa cukup terhadap yang apa yang diberikan. Untuk itulah mengapa perlu diselipkan husnuddzhon (sangka baik), kepada Allah SWT,” kata Habib Abdur Rahman kepada Republika.co.id Jumat (1/09/2023).

Rasulullah SAW bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ، وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ، إِلَّا أَعْطَاهُ اللهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا.

“Tidaklah seorang muslim memanjatkan doa yang di dalamnya tidak ada unsur dosa dan memutus silaturahim melainkan Allah akan memberinya salah satu dari 3 perkara; 1) adakalanya segera dikabulkan doanya, 2) adakalanya doa itu disimpan untuknya di akhirat, 3) adakalanya ia dihindarkan dari keburukan yang semisal dengan apa yang ia minta”. (HR Ahmad)

“Doa itu bukan untuk mengingatkan Allah tentang masalah yang sedang kamu hadapi, tetapi doa adalah mengingatkanmu akan ke-Agungan Sang Pencipta. Berdoalah dengan yakin saudaraku,” katanya.

IHRAM

Aktivitas Nabi Muhammad dan Sahabat Setelah Sholat Jumat

Ada sejumlah aktivitas Nabi Muhammad dan sahabat usai Sholat Jumat.

Setelah mengerjakan sholat Jumat hendaknya mengisi waktu dengan aktivitas yang bermanfaat. Di antara beberapa aktivitas yang biasa dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabatnya setelah melaksanakan sholat Jumat adalah sebagai berikut:

1). Melaksanakan sholat sunah dua rakaat di rumah

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي قَبْلَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ وَبَعْدَهَا رَكْعَتَيْنِ وَبَعْدَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ فِي بَيْتِهِ وَبَعْدَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ وَكَانَ لَا يُصَلِّي بَعْدَ الْجُمُعَةِ حَتَّى يَنْصَرِفَ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Nafi’ dari ‘Abdullah bin ‘Umar, bahwa Rasulullah ﷺ biasa melaksanakan dua rakaat sebelum Zuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat setelah Magrib di rumahnya, dan dua rakaat sesudah Isya. Dan beliau tidak mengerjakan sholat setelah Jumat hingga beliau pulang, lalu solat dua rakaat.” (HR. Bukhari)

2). Bersilaturahmi dan menerima suguhan tuan rumah

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ كَانَتْ فِينَا امْرَأَةٌ تَجْعَلُ عَلَى أَرْبِعَاءَ فِي مَزْرَعَةٍ لَهَا سِلْقًا فَكَانَتْ إِذَا كَانَ يَوْمُ جُمُعَةٍ تَنْزِعُ أُصُولَ السِّلْقِ فَتَجْعَلُهُ فِي قِدْرٍ ثُمَّ تَجْعَلُ عَلَيْهِ قَبْضَةً مِنْ شَعِيرٍ تَطْحَنُهَا فَتَكُونُ أُصُولُ السِّلْقِ عَرْقَهُ وَكُنَّا نَنْصَرِفُ مِنْ صَلَاةِ الْجُمُعَةِ فَنُسَلِّمُ عَلَيْهَا فَتُقَرِّبُ ذَلِكَ الطَّعَامَ إِلَيْنَا فَنَلْعَقُهُ وَكُنَّا نَتَمَنَّى يَوْمَ الْجُمُعَةِ لِطَعَامِهَا ذَلِكَ

Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Abu Maryam berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Ghassan berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Hazim dari Sahl bin Sa’d berkata, “Di tempat kami ada seorang wanita yang menanam ubi di sela-sela selokan kebunnya. Jika hari Jumat tiba, dia mencabut pohon ubinya lalu direbusnya dalam periuk yang dicampur dengan segenggam gandum. Rebusan ubi dijadikan sebagai makanan pengganti sepotong daging. Setelah kami selesai melaksanakan salat Jumat, kami datang ke rumah wanita itu. Kami masuk mengucapkan salam lalu dia menyuguhkan makanan ubinya itu kepada kami, maka kami pun memakannya. Kami selalu mengharapkan kehadiran hari Jumat karena ada makanan yang disuguhkannya itu.” (HR. Bukhari)

3). Tidur atau makan siang

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ سَهْلٍ بِهَذَا وَقَالَ مَا كُنَّا نَقِيلُ وَلَا نَتَغَدَّى إِلَّا بَعْدَ الْجُمُعَةِ

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Hazim dari Bapaknya dari Sahl dengan riwayat seperti di atas, lalu dia berkata, “Kami tidaklah beristirahat siang maupun makan siang kecuali setelah salat Jumat. (HR. Bukhari)

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُقْبَةَ الشَّيْبَانِيُّ الْكُوفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ الْفَزَارِيُّ عَنْ حُمَيْدٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا يَقُولُ كُنَّا نُبَكِّرُ إِلَى الْجُمُعَةِ ثُمَّ نَقِيلُ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Uqbah ‘Asy Syaibani Al Kufi berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq Al Fazari dari Humaid berkata, Aku mendengar Anas berkata, “Kami lebih awal mendatangi salat Jumat lalu beristirahat siang (qailulah) setelahnya.” (HR. Bukhari).

ISLAMDIGEST

Agungnya Nikmat Keamanan

Khotbah pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا.

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. 

أَمَّا بَعْدُ: 

فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Ma’asyiral muslimin, jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Pertama-tama, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala, baik itu dengan menaati seluruh perintah-Nya dan dengan meninggalkan seluruh kemaksiatan kepada-Nya. Karena dengan ketakwaan inilah, Allah Ta’ala menghapus kesalahan-kesalahan kita. Dengannya pula, pahala kebaikan kita akan dilipatgandakan. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّاٰتِهٖ وَيُعْظِمْ لَهٗٓ اَجْرًا

“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya.(QS. At-Talaq: 5)

Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Pada kesempatan kali ini, marilah kita mengingat kembali salah satu nikmat terbesar dan paling agung yang telah Allah Ta’ala berikan kepada kita semua. Nikmat yang menjadi dambaan setiap bangsa dan negara. Demi menggapainya, semua tentara dikerahkan. Harta benda dikeluarkan dan peperangan-peperangan datang silih berganti.

Jemaah Jumat yang berbahagia.

Ketahuilah, nikmat tersebut adalah nikmat rasa aman. Begitu agungnya nikmat ini, sampai-sampai Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berdoa memintakan nikmat ini untuk penduduk Makkah. Beliau ‘alaihis salam berdoa,

رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini sebagai negeri yang aman sentosa. Dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman kepada Allah dan hari akhir di antara mereka.” (QS. Al-Baqarah: 126)

Beliau dahulukan doa meminta keamanan tersebut sebelum meminta rezeki lainnya. Karena rasa aman sejatinya merupakan kebutuhan mutlak. Seluruh manusia yang hidup di dunia ini tidak dapat menikmati rezeki yang ada di hadapannya jika rasa takut masih menyelimuti hatinya. Selezat apapun makanan yang kita makan, seenak apapun buah yang kita makan, tidak akan bisa kita nikmati dengan maksimal, kecuali dengan adanya rasa aman dan ketenangan di dalam jiwanya.

Wahai kaum muslimin sekalian.

Nikmat aman adalah karunia dan pemberian dari Allah Ta’ala. Dengannya seorang hamba akan diuji. Akankah ia termasuk hamba-hamba-Nya yang bersyukur ketika mendapatkan nikmat rasa aman ini, serta bersabar ketika kehilangannya, ataukah ia termasuk orang-orang yang mengingkari nikmat aman ini dan tidak bisa bersabar ketika dicabut dari dirinya. Allah Ta’ala di dalam banyak ayat Al-Qur’an mengingatkan para manusia akan agungnya nikmat aman ini. Di antaranya, Allah Ta’ala berfirman,

وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah. Karena itu, Allah membuat mereka merasakan pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. An-Nahl: 112)

Tatkala menceritakan kaum Saba’, Allah Ta’ala mengingatkan mereka tentang nikmat aman yang membuat mereka dapat berjalan dengan bebas dan aman baik di siang hari maupun di malam hari. Allah Ta’ala berfirman,

وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ ٱلْقُرَى ٱلَّتِى بَٰرَكْنَا فِيهَا قُرًى ظَٰهِرَةً وَقَدَّرْنَا فِيهَا ٱلسَّيْرَ ۖ سِيرُوا۟ فِيهَا لَيَالِىَ وَأَيَّامًا ءَامِنِينَ

”Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman.” (QS. Saba’: 18)

Allah Ta’ala juga mengingatkan kaum Quraisy perihal nikmat rasa aman ini. Allah Ta’ala berfirman,

ٱلَّذِىٓ أَطْعَمَهُم مِّن جُوعٍ وَءَامَنَهُم مِّنْ خَوْفٍۭ

“Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (QS. Quraisy: 4)

Jemaah yang dirahmati Allah Ta’ala.

Agungnya nikmat rasa aman ini sampai-sampai Allah jadikan rasa aman sebagai salah satu keutamaan dan kekhususan kota Madinah di kala Dajjal mendatangkan kepanikan dan rasa takut di kota-kota lainnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لا يَدْخُلُ المَدِينَةَ رُعْبُ المَسِيحِ الدَّجَّالِ، لَهَا يَوْمَئِذٍ سَبْعَةُ أَبْوَابٍ، عَلَى كُلِّ بَابٍ مَلَكَانِ

“Al-Masih Ad-Dajjal yang ditakuti tidak akan dapat memasuki kota Madinah. Pada hari itu, Madinah memiliki tujuh pintu yang setiap pintunya akan ada dua malaikat (yang menjaganya).” (HR. Bukhari no. 1879)

Lihatlah juga bagaimana luasnya hati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tatkala memberikan dan menawarkan rasa aman kepada penduduk Makkah tatkala beliau menaklukkannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ دَخَلَ دَارَ أَبِي سُفْيَانَ فَهُوَ آمِنٌ، وَمَنْ أَلْقَى السِّلَاحَ فَهُوَ آمِنٌ

“Barangsiapa masuk ke rumah Abu Sufyan, maka dia aman. Barangsiapa meletakkan senjatanya, maka dia aman.” (HR. Muslim no. 1780)

Ma’asyiral mukminin, saudaraku yang dirahmati Allah Ta’ala.

Begitu pentingnya rasa aman ini, sampai-sampai Allah Ta’ala janjikan kepada kaum mukminin rasa aman dan ketenangan sebagai ganti dari rasa takut jika mereka mau menyembah Allah Ta’ala satu-satu-Nya serta beristikamah di dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55)

Nikmat keamanan juga merupakan salah satu nikmat yang Allah janjikan kepada penghuni surga. Tidak ada rasa takut, panik, dan rasa kehilangan bagi mereka. Allah Ta’ala berfirman,

اُدْخُلُوْهَا بِسَلٰمٍ اٰمِنِيْنَ

“Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera dan aman.” (QS. Al-Hijr: 46)

Di ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman,

وَهُمْ فِى ٱلْغُرُفَٰتِ ءَامِنُونَ

“Dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).” (QS. Saba’: 37)

أقُولُ قَوْلي هَذَا وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لي وَلَكُمْ، فَاسْتغْفِرُوهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ، وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ.

Khotbah kedua

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.

Ma’asyiral mukminin yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Seorang mukmin dituntut untuk mencari dan mewujudkan keamanan bagi dirinya, keluarganya, dan negaranya. Berikut ini adalah sebab-sebab yang akan membantu kita mewujudkannya:

Yang pertama: Beriman dan mengesakan Allah Ta’ala serta menegakkan syiar-syiar ajaran Islam yang mulia ini. Allah Ta’ala berfirman,

وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka. Dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55)

Kedua: Mensyukuri semua nikmat yang telah Allah Ta’ala berikan, tak terkecuali nikmat keamanan yang sudah kita peroleh ini. Dengan rasa syukurlah sebuah nikmat akan bertahan dan bertambah. Allah Ta’ala berfirman,

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7)

Sebaliknya, mengingkari sebuah kenikmatan, maka akan memusnahkan kenikmatan tersebut dan menggantinya dengan hukuman berupa rasa takut dan azab. Di ayat yang selanjutnya Allah Ta’ala mengingatkan,

وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

“Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 6)

Ketiga: Mengamalkan kebaikan dan menjauhkan diri dari keburukan. Karena dosa dan maksiat menandakan kesialan dan mendatangkan keburukan, menghilangkan rasa aman, dan menggantinya dengan rasa takut. Adapun beramal saleh dan beribadah, maka akan menimbulkan rasa aman dari segala ketakutan dan kekhawatiran di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ خَيْرٌ مِّنْهَاۚ وَهُمْ مِّنْ فَزَعٍ يَّوْمَىِٕذٍ اٰمِنُوْنَ

“Barangsiapa membawa kebaikan, maka dia memperoleh (balasan) yang lebih baik daripadanya, sedang mereka merasa aman dari kejutan (yang dahsyat) pada hari itu.” (QS. An-Naml: 89)

Yang keempat dan yang terakhir: Senantiasa berdoa dan meminta kepada Allah Ta’ala agar diberikan stabilitas keamanan dan ketenangan. Di awal khotbah tadi sudah kita dengarkan bersama bagaimana doa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,

رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا

“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa.” (QS. Al-Baqarah: 126)

Saudaraku, marilah kita berdoa bersama-sama untuk negeri kita, keluarga kita, rumah-rumah kita, hati kita, dan jiwa kita. Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan ketenangan dan keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan. Karena sungguh hal-hal tersebut merupakan kunci untuk kebahagiaan-kebahagiaan lainnya.

Amin Ya Rabbal ‘alamin.

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/87431-agungnya-nikmat-keamanan.html

Bagaimana Memilih Guru yang Tepat?

Menuntut ilmu adalah ibadah yang agung di dalam Islam. Seorang hamba dapat beribadah dengan tenang tanpa disertai kekhawatiran akan keabsahannya ketika ia membangun ibadahnya dengan ilmu. Terlebih lagi bahwa Allah ‘Azza Wajalla mengganjar surga bagi mereka yang menuntut ilmu merupakan motivasi utama yang hendaknya dimiliki oleh setiap muslim.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,

وَمَن سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ له به طَرِيقًا إلى الجَنَّةِ

Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju surga-Nya.” (HR Muslim no. 2699)

Syekh Ibn Baz rahimahullahu mengomentari hadis ini dengan mengatakan,

فهذا يبين أن طلب العلم من أسباب دخول الجنة والنجاة من النار

Hadis ini menjelaskan bahwa belajar atau menuntut ilmu adalah di antara faktor yang memasukkan seseorang ke surga dan menyelamatkan dari api neraka.”[1]

Allah ‘Azza Wajalla berfirman tentang keutamaan orang-orang yang memiliki ilmu, yaitu dengan diangkatnya derajatnya di sisi-Nya,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, ‘Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis!’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, ‘Berdirilah!’, maka (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah: 11)

Berapa derajat? Tergantung seberapa teguh keimanannya dan seberapa meresap ilmu dalam amalnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh As-Sa’diy rahimahullahu,

والله تعالى يرفع أهل العلم والإيمان درجات بحسب ما خصهم الله به، من العلم والإيمان

Allah Ta’ala mengangkat derajat orang-orang berilmu dan beriman beberapa derajat sesuai dengan karunia Allah pada diri mereka, berupa ilmu dan iman.” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 846)

Namun, tentu saja ketika mempelajari agama Islam harus di bawah bimbingan seorang yang memiliki kepakaran, yaitu para ulama. Sebagaimana firman Allah ‘Azza Wajalla,

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوْحِيْٓ اِلَيْهِمْ فَسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَۙ

Kami tidak mengutus sebelum engkau (Nabi Muhammad), melainkan laki-laki yang Kami beri wahyu kepadanya. Maka, bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)

Syekh As-Sa’diy rahimahullahu menjelaskan,

وعموم هذه الآية فيها مدح أهل العلم، وأن أعلى أنواعه العلم بكتاب الله المنزل. فإن الله أمر من لا يعلم بالرجوع إليهم في جميع الحوادث

Secara umum, ayat ini menjelaskan tentang pujian kepada para ulama. Seutama ilmu adalah ilmu tentang kitabullah. Sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang yang tidak paham untuk merujuk kepada ulama dalam setiap perkara.” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 441)

Dan barangsiapa yang mencukupkan diri dengan buku tanpa penjelasan para ulama yang kredibel, maka ia akan mudah sekali tersesat. Sebagaimana masyhur kita dengar dari perkataan para ulama,

من كان شيخه كتابه فخطؤه أكثر من صوابه

Barangsiapa yang hanya mencukupkan diri dengan belajar dari buku, maka ia akan lebih banyak salah paham dibandingkan benarnya.”

Kenapa demikian bisa terjadi? Syekh Ibn Baz rahimahullahu mengatakan,

أن من لم يدرس على أهل العلم ولم يأخذ عنهم ولا عرف الطرق التي سلكوها في طلب العلم، فإنه يخطئ كثيرا، ويلتبس عليه الحق بالباطل لعدم معرفته بالأدلة الشرعية والأحوال المرعية التي درج عليها أهل العلم وحققوها وعملوا بها.

Siapa saja yang tidak belajar di bawah bimbingan ahli ilmu dan tidak tahu bagaimana metode belajar mereka, maka orang seperti ini akan banyak salah. Mereka akan sulit memilah mana yang benar dan mana yang salah, karena tidak pahamnya mereka dengan dalil-dalil syar’i dan metodologi yang ditempuh para ulama dalam belajar.[2]

Yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah

Bagaimana kriteria yang disebut sebagai guru?

Secara umum, sifat-sifat kebaikan yang hendaknya dimiliki seorang mukmin juga harus ada di dalam diri seorang guru. Secara khusus Syekh Az-Zarnuji rahimahullahu menyebutkan tiga kriteria guru ideal:

Pertama: Pilihlah seorang guru yang paling alim.

Kedua: Pilihlah seorang guru yang paling wara’.

Ketiga: Pilihlah seorang guru yang lebih tua dari sisi umur.

Yang dimaksud dengan alim adalah memiliki kredibilitas dalam masalah hukum-hukum syar’i. Tidaklah seorang dijadikan seorang guru, melainkan ia telah mengetahui hal yang akan diajarkannya terlebih yang berkaitan dengan hukum Allah yang seseorang diharamkan berkata tanpa ilmu.

Allah ‘Azza Wajalla berfirman,

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِه عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kau ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra: 36)

Syekh As-Sa’diy rahimahullahu menjelaskan,

ولا تتبع ما ليس لك به علم، بل تثبت في كل ما تقوله وتفعله

Hendaknya engkau tidak mengikuti sesuatu yang engkau tidak ada ilmu tentangnya. Akan tetapi, pastikan terlebih dahulu apa yang kau ucapkan dan perbuat.” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 457)

Yang dimaksud dengan memiliki sikap wara’ adalah meninggalkan hal-hal yang diharamkan Allah ‘Azza Wajalla dan perkara yang berpotensi menjadikan seseorang terjatuh ke dalam keharaman. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bersabda,

إنَّ من حُسْنِ إسلامِ المرءِ تَركَهُ ما لا يَعْنِيهِ

Di antara indikasi kebaikan agama seseorang adalah kala ia mampu meninggalkan hal yang tidak bermanfaat untuknya.” (HR. At-Tirmidzi 2318 dan dilemahkan oleh sebagian ulama)

Juga dalam sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama,

دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ؛ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ، وَالْكَذِبَ رِيبَةٌ

Tinggalkan apa yang meragukanmu dan kerjakan apa yang engkau yakin. Kejujuran akan melahirkan ketenangan dan kedustaan akan melahirkan keraguan.” (HR. At-Tirmidzi no. 2518)

Al-Khattabi rahimahullahu mengatakan,

كل ما شككت فيه فالورع اجتنابه

Jika ada hal yang meragukanku, maka aku segera meninggalkannya.

Bagaimana memilih guru yang tepat?

Lantas setelah mengetahui kriteria guru yang baik, bagaimana cara memilihnya? Ada beberapa cara, di antaranya:

Pertama: Rekomendasi dari sesama ahli ilmu.

Karena yang mengetahui kadar keilmuan seseorang adalah mereka yang juga berada pada tingkatan yang sama.

Kedua: Pengamatan selama beberapa waktu.

Di antara kebiasaan para salaf kita dulu ketika hendak mengambil ilmu dari seorang guru, maka mereka berdiam di daerah yang sama selama beberapa waktu untuk mengamati bagaimana keilmuan dan akhlak guru yang ingin mereka belajar dengannya.

‘Ala kulli hal, semoga Allah karuniakan taufik kepada kita untuk mendapatkan guru yang berilmu dan berakhlak mulia. Karena tidak ada kenikmatan yang lebih baik dalam proses belajar melebihi mendapatkan guru yang bertakwa kepada Allah, berilmu, dan berperangai mulia.

***

Penulis: Muhammad Nur Faqih, S.Ag.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/87702-bagaimana-memilih-guru-yang-tepat.html

Mengapa Doa Kita Belum Dikabulkan?

Mengapa doa kita belum dikabulkan? Jangan berputus asa, jika telah sungguh-sungguh berdoa namun belum dikabulkan, karena Allah menjamin doa kita  

MUNGKIN ada dari kita yang pernah bertanya-tanya dalam hati, mengapa doa yang kita panjatkan belum juga dikabulkan Allah? Atau mengapa pertolongan Allah belum datang juga, untuk mengatasi kesulitan yang sedang kita alami, padahal kita telah sungguh-sungguh berdoa.

Ada beberapa sebab mengapa doa tidak segera dikabulkan dan ada hikmah yang terkandung di dalamnya:

Allah SWT berfirman: 

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS: Al Baqarah [2] : 186).

Dalam firman Allah  SWT diatas, jelas sekali disebutkan, bahwa Aku mengabulkan permohonan oran gyang berdoa kepada-Ku, maka hendaklah ia memenuhi (segala perintah-Ku)….. Perhatikan ayat ini dengan seksama, dan tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri, sudahkan kita memenuhi segala perintah-Nya? Atau kita hanya berdoa dan mendatanginya saat kita sedang mengalami kesusahan saja?

Tanyakan juga dengan jujur pada diri sendiri, kapankah kita terakhir kali berdoa dengan penuh kekhusu’an dan benar-benar mendekatkan diri pada-Nya?

Tanyakan dengan jujur pada diri sendiri, apakah saat kita dalam keadaan senang dan saat kita tidak ada masalah/kesulitan, kita berdoa dan menghadap pada-Nya, sebaik dan sesering saat kita ditimpa kesulitan?

Tanyakan dengan jujur pada diri kita, seberapa banyak kita mengingat-Nya disaat kita berada dalam kelapangan/kemudahan? Sudahkah kita mengutamakan-Nya, diatas urusan dunia kita, baikd alam keadaan kita lapang atau sempit?

Tertundanya pengabulan doa kita adalah karena kita belum memenuhi syarat-syarat diterimanya doa. Mungkin kurang khusyu’ dalam berdoa, atau dalam berdoa,  kita kurang merendahkan diri dan sikap pasrah secara total kepada Allah dan mungkin waktu kita berdoa bukan waktu dikabulkannya doa atau kita

Mungkin karena kita belum bertobat, bertobat yang sungguh-sungguh tobat (nasuha). Atau mungkin ada makanan kita mengandung syubhat atau ada hak milik orang lain pada diri kita dan kita belum mengembalikannya.

Karena itu, kita harus bertobat dengan taubat nasuha, dengan melengkapi syrat-syaratnya dan mengembalikan hak orang lain yang mungkin masih ada pada kita.

Perhatikan Sabda Rasulullah ﷺ berikut ini: 

يَا سَعد، أَطِبْ مَطعَمَكَ، تَكُنْ مُسْتَجَابَ الدَّ عوَة

Artinya,“Wahai Sa’ad, perbaiki makananmu (pilihlah yang halal), niscaya doamu mustajab (dikabulkan).”
Dalam hadits sahih lainnya disebutkan:  

 ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ياَ رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ .

“Kemudian beliau (Rasulullah) menyebutkan ada seseorang yang melakukan perjalanan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berseru ‘Ya Rabbi ya Rabbi (Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku’), padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan.” (HR: Muslim, Tirmizi dan Ahmad).

Penyebab lainnya mungkin Allah SWT sengaja menyimpan pahala dan balasan doa kita di akhirat kelak atau Allah menghilangkan keburukan dari kita. Telah ada ketetapan dari Abu Said Al-Khudri radhiallahu ‘anhu sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda:

 مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ ، وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ ، إِلَّا أَعْطَاهُ اللهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا . قَالُوا: إذا   نكثر. قال :  الله أكثر.

“Tidaklah seorang muslim berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa dan tidak memutus persaudaraan melainkan Allah akan berikan salah satu dari tiga hal, (Allah) akan kabulkan doanya atau disimpan baginya di hari akhirat atau dipalingkan dari kejelekan semisal darinya. (Para shahabat) mengatakan, “Kalau begitu kita perbanyak (doa). Nabi menjawab, “Allah (akan memberikan) lebih banyak lagi.” (HR: Ahmad, di Musnad, (17/213)).

Allah SWT tidak segera mengabulkan doa kita, untuk kebaikan kita sendiri. Adakalanya jika seseorang dikabulkan doanya dengan segera, mungkin dia akan lupa diri sehingga Allah menunda terkabulnya doa.

Tidak sedikit orang yang di saat miskin ia seorang hamba yang takwa kepada Allah, rajin ibadahnya, namun setelah kaya ia lupa Allah dan jauh dari Allah. Ingatlah, Allah Maha mengetahui, sedangkan kita tidak. Dan Pilihan Allah untuk kita adalah pilihan yang terbaik.

Berikut Beberapa Firman Allah SWT yang terdapat dalam Al-Quran tentang Doa:

ٱدْعُوا۟ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُعْتَدِينَ

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS: Al-A’raf [7] :55).

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari  menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS: Al Mu’min [40] : 60).

قُلِ ٱدْعُوا۟ ٱللَّهَ أَوِ ٱدْعُوا۟ ٱلرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَّا تَدْعُوا۟ فَلَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَٱبْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا

“Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al-Asmaaul Husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu (doamu) dan janganlah pula merendahkannya. Dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS: Al-Isra’ [17] :110).

فَٱسْتَجَبْنَا لَهُۥ وَوَهَبْنَا لَهُۥ يَحْيَىٰ وَأَصْلَحْنَا لَهُۥ زَوْجَهُۥٓ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ يُسَٰرِعُونَ فِى ٱلْخَيْرَٰتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا۟ لَنَا خَٰشِعِينَ

“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS: Al-Anbiya [21] :90).

Berikut Hadits Rasulullah ﷺ tentang Doa :

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah ﷺ bersabda: 

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan do’a dari hati yang lalai.” (HR: Tirmidzi no. 3479.

Rasulullah ﷺ  mengajarkan dan mengingatkan orang-orang beriman, apa-apa yang mesti mereka perhatikan dalam pelaksanaan ibadah, baik berupa ketaatan maupun sikap ikhlas, juga bersimpuh hanya kepada-Nya dengan doa.

Doa yang mengantarkan mereka pada petunjuk dan jalan kebaikan. Ini menunjukkan betapa pentingnya ibadah doa.

Bahkan ada tiga kelompok yang doanya tidak akan tertolak. Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda.

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَتُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ

“Tiga doa yang tidak ditolak ; doa orang tua terhadap anaknya ; doa orang yang sedang berpuasa dan doa seorang musafir.” (Sunan Baihaqi, kitab Shalat Istisqa bab Istihbab Siyam Lil Istisqa’ 3/345).

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda.

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ

“Tiga orang yang doanya pasti terkabulkan ; doa orang yang teraniyaya; doa seorang musafir dan doa orang tua terhadap anaknya.“ (Sunan Abu Daud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, dan Musnad Ahmad).

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu menerangkan bahwa Baginda Nabi ﷺ pernah bersabda,

لا يزَالُ يُسْتَجَابُ لِلعَبْدِ مَا لَم يدعُ بإِثمٍ، أَوْ قَطِيعةِ رَحِمٍ، مَا لَمْ يَسْتعْجِلْ قِيلَ: يَا رسُولَ اللَّهِ مَا الاسْتِعْجَالُ؟ قَالَ: يَقُولُ: قَدْ دعَوْتُ، وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَم أَرَ يَسْتَجِيبُ لي، فَيَسْتَحْسِرُ عِنْد ذَلِكَ، ويَدَعُ الدُّعَاءَ

“Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim, selama dia tidak terburu-buru. Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud terburu-buru dalam berdoa?” Beliau bersabda, “Orang yang berdoa ini berkata, ‘Saya telah berdoa, Saya telah berdoa, dan belum pernah dikabulkan’. Akhirnya dia putus asa dan meninggalkan doa.” (HR: Muslim, no. 2735).

Jangan berputus asa, apabila kita telah sungguh-sungguh berdoa namun belum dikabulkan juga, karena Allah telah menjamin menerima dan mengabulkan doa yang kita mohonkan sesuai dengan pilihan-Nya, bukan menurut keinginan/pilihan kita, dan mengabulkan doa pada saat/waktu yang Dia kehendaki/ tentukan, bukan pada waktu/saat yang kita kehendaki/tentukan. (Kitab Al Hikam, Ibn Athaillah)

Mudah-mudahan sekarang ini kita bisa mengetahui dan memperkirakan apa penyebab doa kita tidak segera dikabulkan oleh Allah SWT. Cari tahu penyebabnya, dan apabila ada yang salah, segera perbaiki disertai dengan keyakinan, tetap baiksangka kepada Allah SWT dan tawakal.*

HIDAYATULLAH

11 Amalan Hari Jumat yang Menambah Keberkahan & Kecintaan Terhadap Rasulullah

Amalan hari Jumat apa yang seringkali sahabat lakukan? Semoga amalan-amalan kebaikan dari Rasulullah sudah diterapkan oleh sahabat. Sayang sekali jika sahabat melewatkan sunnah Rasulullah di hari Jumat yang banyak sekali keberkahannya. Allah SWT pun menjadikan hari Jumat sebagai hari yang penuh keberkahan dan perintah shalat Jumat menunjukkan luar biasanya hari Jumat. Agar sahabat semakin mendalami amalan-amalan hari Jumat, yuk simak ulasan artikel berikut ini: 

Amalan Hari Jumat yang Perlu Umat Islam Terapkan

1. Amalan hari Jumat dengan melaksanakan mandi sebelum shalat Jumat 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘’Jika salah seorang di antara kalian menghadiri shalat Jumat, maka hendaklah ia mandi’’ (HR. Bukhari)

Amalan hari Jumat yang dianjurkan Rasulullah yaitu mandi sebelum melaksanakan shalat Jumat. Hal ini menjadi ciri khas dari Rasulullah yang selalu menjaga kebersihan. Sehingga, alangkah baiknya kita mencontoh amalan dari Rasulullah tersebut.

2. Memperbanyak memakai wewangian 

Amalan hari jumat yang dilakukan oleh Rasulullah adalah memakai minyak wangi dan siwak, serta menjaga kebersihannya saat hendak shalat Jumat. Hal ini perlu dijadikan catatan agar kita senantiasa memakai parfum yang sewajarnya dan tidak berlebihan. 

“Hari ini (Jumat) adalah hari raya yang dijadikan Allah SWT untuk umat Islam. Bagi siapa yang ingin melaksanakan shalat Jumat, hendaklah mandi, memakai wangi-wangian kalau ada, dan menggosok gigi (siwak)’’ (HR. Ibnu Majah).

3. Menerapkan amalan hari Jumat dengan bersiwak 

Dari Abu Hurairah R.A, Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya tidak memberatkan atas umatku atau tidak memberatkan manusia, aku pasti memerintahkan mereka untuk bersiwak bersamaan dengan setiap kali shalat.” (HR. Bukhari, no. 887)

Rasulullah sangat menganjurkan untuk bersiwak. Senantiasa kita mencontoh amalan hari Jumat ini dengan konsisten yaitu bersiwak sebelum melakukan ibadah.

4. Menggunakan pakaian yang sewajarnya 

“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-Araf:31)

Selain Rasulullah mengajarkan amalan untuk membersihkan diri dengan mandi, bersiwak, dan menggunakan wangi-wangian, Rasul juga senantiasa menggunakan pakaian yang sewajarnya dan tidak berlebihan. Hal ini selaras dengan Surah Al-Araf ayat 31 yang menegaskan juga bahwa Allah SWT menyukai hamba-Nya yang tidak berlebih-lebihan. 

5. Bergegas berangkat shalat Jumat 

‘’Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.’’ (QS. Al-Jumuah: 9)

Allah telah berfirman agar kita melaksanakan shalat Jumat dan bergegas melaksanakannya. Sebagaimana Rasulullah yang seringkali mencontohkan agar bergegas lebih awal mendatangi masjid sebelum shalat Jumat. Semoga kita senantiasa konsisten menerapkan amalan hari Jumat ini.

6. Meninggalkan atau menunda jual beli terlebih dahulu

Rasulullah SAW mengajarkan agar umat Muslim menjauhi segala jenis aktivitas dunia yang sifatnya mengganggu dan menghalangi ibadah pada hari Jumat. Oleh karena itu, dianjurkan untuk meninggalkan pekerjaan atau urusan dunia sejenak agar fokus melaksanakan ibadah shalat Jumat. Hal ini sudah dijelaskan oleh Allah SWT  pada surah Al-Jumuah ayat 9 sebagai pengingat kita agar lebih fokus beribadah. 

7. Memperbanyak membaca shalawat di hari Jumat

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab: 56)

Allah SWT menganjurkan umat-Nya agar bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai hamba yang taat kepada Allah, senantiasa kita menjalankan perintah dari Allah SWT agar terus membaca shalawat kepada Rasulullah. 

Sebagaimana hadits yang menjelaskan pentingnya bershalawat di hari Jumat: “Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku pada setiap hari Jumat, karena shalawat umatku disampaikan kepadaku setiap hari Jumat. Barang siapa dari kalian paling banyak membaca shalawat kepadaku, ia adalah orang yang dekat kedudukannya denganku.”

8. Amalan hari jumat dengan melakukan shalat sunnah ba’diyah Jumat

Rasulullah seringkali melaksanakan shalat sunnah dua rakaat setelah shalat Jumat. Sahabat muslim bisa menerapkannya agar senantiasa mengikuti sunnah dari Rasul dan mendapatkan keberkahan. 

Dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah SAW biasa melaksanakan dua rakaat sebelum Zuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat setelah Maghrib di rumahnya, dan dua rakaat sesudah Isya. Dan beliau tidak mengerjakan sholat setelah pelaksanaan shalat Jumat hingga beliau pulang, lalu shalat dua rakaat.”  

9. Amalan hari Jumat dengan membaca surah Al-Kahfi 

“Barang siapa yang membaca surah Al-Kahfi pada hari Jumat, akan dibentangkan baginya cahaya mulai dari bawah telapak kakinya sampai ke langit. Cahaya itu akan memancarkan sinar baginya pada hari kiamat. Dan ia akan mendapatkan ampunan dari Allah di antara dua Jumat.” (HR. Abu Bakr bin Mardawaih).

Membaca surah Al-Kahfi merupakan amalan hari Jumat yang seringkali kita dengar sebagai sunnah Rasulullah. Sahabat muslim bisa mengamalkannya di hari Jumat. Selain itu, membaca Surah Al-Kahfi jika dimaknai mendalam bisa menjadi reminder untuk mengingat betapa dahsyatnya hari kiamat yang akan menimpa manusia (QS. Al-Kahfi: 7). Sehingga, membaca Surah Al-Kahfi akan bermanfaat sebagai perenungan diri dan semakin mencontoh suri tauladan Rasul yang senantiasa membacanya. 

10. Membaca doa dan dzikir 

Rasulullah adalah sosok yang seringkali berdoa dan berdzikir. Amalan hari Jumat yang dilakukan oleh Rasulullah sudah pasti adalah menyibukkan diri dengan berdoa dan berdzikir. Kita sebagai manusia hendaknya senantiasa meminta ampun kepada Allah SWT, meminta perlindungan, dan mohon diberikan petunjuk kebenaran oleh Allah SWT. 

11. Bersedekah di hari Jumat

Artinya, “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah:261)

Rasulullah senantiasa bersedekah di hari Jumat dan mengajarkan umatnya agar senantiasa ringan tangan. Selain memperoleh pahala di sisi Allah SWT, bersedekah akan membantu fakir miskin dan membuat ketakwaan kita semakin meningkat. Kita juga akan senantiasa diberikan kelapangan dada ketika bersedekah dan menerapkan apa itu keikhlasan. Banyaknya keutamaan bersedekah sebagaimana disebutkan di atas membuat kita tidak heran jika Rasulullah gemar bersedekah.

Amalan Hari Jumat yang Tidak Boleh Dilewatkan

Berbagai amalan hari Jumat benar-benar memberikan contoh kepada kita agar mengikuti suri tauladan Rasul. Agar hidup kita senantiasa dilimpahi keberkahan, salah satu amalan hari Jumat yang sayang jika dilewatkan adalah bersedekah. Bahkan Allah SWT senantiasa akan melipatgandakan pahala jika kita bersedekah. 

‘’Dan sedekah pada hari itu (Jumat) lebih mulia dibanding hari-hari selainnya’’ 

(H.R. Ibnu Huzaimah). 

Bismillah, semoga kita senantiasa menyalurkan sedekah kita kepada orang-orang yang membutuhkan dan menyalurkannya kepada lembaga yang terpercaya seperti Dompet Dhuafa. Sahabat tidak perlu ragu untuk berdonasi sedekah Jumat melalui Dompet Dhuafa yang sudah bertahun-tahun menyalurkan dana secara amanah dan terpercaya. Klik di bawah ini untuk menyalurkan sedekah. 

sumber: DOMPET DHUAFA