Tata Cara Buka Puasa Sunnah ala Rasulullah

Berikut ini adalah tata cara buka puasa sesuai sunnah. Puasa, ibadah menahan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar hingga terbenam matahari, tak hanya bernilai pahala di sisi Tuhan, tapi juga menyimpan manfaat kesehatan tersendiri. Namun, cara berbuka puasa yang tepat juga turut menentukan kemantapan dan keberkahan ibadah kita.

  1. Menyegerakan Berbuka

Anjuran ini tak hanya bernilai pahala, tapi juga beralasan secara medis. Menunda berbuka dapat menurunkan gula darah secara drastis, sehingga memicu rasa lemas dan pusing. Karenanya, segeralah berbuka saat azan Magrib berkumandang. Rasulullah bersabda;

وَعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

Artinya; Dari Sahl bin Sa’d, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Manusia akan terus dalam kebaikan selama mereka tidak menunda berbuka.”

  1. Memulai dengan Makanan Ringan

Sistem pencernaan yang terbiasa dengan keadaan kosong selama berpuasa, perlu beradaptasi kembali saat menerima makanan. Hindari langsung menyantap makanan berat.

Awali dengan buah kurma, segelas air putih, atau sup hangat. Kurma, makanan kesukaan Rasulullah SAW saat berbuka, mudah dicerna dan mengandung gula alami yang cepat terserap tubuh.

  1. Perbanyak Minum Air

Selama berpuasa, tubuh mengalami dehidrasi. Karenanya, minum air putih dalam jumlah cukup saat berbuka menjadi sangat penting. Anjurannya adalah dua gelas air putih, dilanjutkan dengan asupan cairan bertahap sepanjang malam hingga sahur. Ini membantu mengembalikan keseimbangan cairan tubuh dan mencegah gangguan ginjal.

  1. Makan Perlahan dan Berhenti Saat Kenyang

Berpuasa melatih kesabaran dan pengendalian diri. Jaga semangat ini saat berbuka. Kunyah makanan secara perlahan dan nikmati setiap suapan. Perhatikan sinyal tubuh dan berhentilah makan saat merasa kenyang, meski hidangan masih tersisa. Makan berlebihan setelah berpuasa dapat mengganggu sistem pencernaan dan memicu kembung.

  1. Menu Sehat dan Berimbang

Isi piring dengan makanan bergizi seimbang. Karbohidrat kompleks seperti nasi merah, roti gandum, atau ubi memberikan energi tahan lama. Protein dari ikan, ayam, atau telur penting untuk perbaikan jaringan tubuh.

Tak lupa, lengkapi dengan sayur dan buah kaya vitamin dan mineral. Hindari makanan berat, berlemak, dan terlalu manis, yang dapat memicu ketidaknyamanan pencernaan.

Demikian penjelasan terkait tata cara buka puasa sunnah ala Rasulullah. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Teks Khotbah Jumat: Kedudukan dan Keutamaan Amalan Hati

Khotbah pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا.

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. 

أَمَّا بَعْدُ: 

فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Ma’asyiral muslimin, jemaah Jumat yang dirahmati dan dimuliakan Allah Taala.

Pertama-tama, marilah senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala dengan sebenar-benarnya takwa. Baik itu dengan menjalankan seluruh perintah-Nya ataupun dengan meninggalkan larangan-larangan-Nya.

Ketahuilah wahai saudaraku, ketakwaan seorang mukmin tidaklah sempurna kecuali dengan hati yang bersih dan lurus. Bersih dari segala macam penyakit yang mengotorinya serta dihiasi dengan amal kebaikan dan ketaatan.

Wahai hamba-hamba Allah sekalian, sesungguhnya amal ibadah hati memiliki kedudukan yang sangat penting melebihi amal ibadah anggota tubuh lainnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَلَا إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ, وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ؛ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ

“Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila segumpal daging itu baik, maka baik pula seluruh tubuh. Namun, apabila segumpal daging itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuh. Perhatikanlah, bahwa segumpal daging itu adalah hati!” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599)

Hati ini laksana komandan dalam pertempuran, sedangkan anggota tubuh lainnya adalah prajurit-prajuritnya yang patuh lagi tunduk kepadanya. Dengan hati yang saleh dan benar, maka seluruh anggota badan pun akan menjadi saleh juga. Sebaliknya, jika hati ini rusak dan kotor, maka tubuh pun akan ikut rusak karena banyaknya maksiat yang dilakukannya. Na’udzubillahi min dzalik.

Jemaah jumat yang semoga senantiasa diberikan hati yang bersih oleh Allah Ta’ala,

Dalam bahasa Arab, hati disebut dengan kalbu. Jika dirunut secara bahasa, berasal dari kata Al-Qalbu. Maknanya adalah perubahan dan pergantian. Hati disebut dengan kalbu karena begitu mudah dan begitu cepatnya ia berubah-rubah dan berganti suasana.

Dengan adanya pengaruh kecil saja, suasana hati dapat berubah 180 derajat. Begitu mudahnya hati ini berubah-ubah sampai-sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membiasakan diri untuk berdoa kepada Allah Ta’ala, meminta agar diberikan keteguhan hati. Ummu Salamah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan,

كانَ أَكْثرُ دعائِهِ يا مقلِّبَ القلوبِ ثبِّت قلبي علَى دينِكَ قالَت فقُلتُ يا رسولَ اللَّهِ ما أَكْثرَ دعاءِكَ يا مقلِّبَ القلوبِ ثبِّت قَلبي علَى دينِكَ قال يا أمَّ سلمةَ إنَّهُ لَيسَ آدميٌّ إلَّا وقلبُهُ بينَ أصبُعَيْنِ من أصابعِ اللَّهِ فمَن شاءَ أقامَ ومن شاءَ أزاغَ

“Doa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang paling sering adalah, ‘Wahai Zat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu!’ Ummu Salamah berkata, ‘Wahai Rasulullah, betapa sering anda berdoa, ‘Wahai Zat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.’” Beliau bersabda, ‘Wahai Ummu Salamah, sesungguhnya tidak ada seorang manusia pun, melainkan hatinya berada di antara dua jari di antara jari-jari Allah. Barangsiapa yang Allah kehendaki, maka Dia akan meluruskannya. Dan barangsiapa yang Allah kehendaki, maka Dia akan membelokkannya.” (HR. Tirmidzi no. 3522 dan Ahmad no. 26679)

Salah satu perawi hadis ini, Muadz bin Muadz, setelah membacakan hadis ini, beliau membaca firman Allah Ta’ala,

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

“Ya Tuhan, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu. Sungguh hanya Engkaulah Yang Maha Pemberi karunia.” (QS. Ali ‘Imran: 8).

Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala, sesungguhnya hati kita menjadi patokan baik atau buruknya diri kita di hadapan Allah Ta’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إنَّ اللَّهَ لا يَنْظُرُ إلى صُوَرِكُمْ وأَمْوالِكُمْ، ولَكِنْ يَنْظُرُ إلى قُلُوبِكُمْ وأَعْمالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa-rupa kalian dan harta-harta kalian, akan tetapi Allah melihat pada hati-hati kalian dan amalan-amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564)

Allah Ta’ala juga mengabarkan bahwa hati yang selamat dan bersih akan menyelamatkan seseorang di akhirat nanti. Ia berfirman,

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ ۙ اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ ۗ

“(Yaitu), pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’ara: 88-89)

Apa yang ada di dalam hati memiliki pengaruh besar terhadap pahala dari sebuah amal saleh. Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan,

فإن الأعمال تتفاضل بتفاضل ما في القلوب من الإيمان والإخلاص، وإن الرجلين ليكون مقامهما في الصف واحدا، وبين صلاتيهما كما بين السماء والأرض، أولئك أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم كانوا أفضل هذه الأمة، وأبرها قلوبًا

“Karena sesungguhnya amalan-amalan itu bertingkat-tingkat sesuai dengan kadar keimanan dan keikhlasan yang ada di hati. Sesungguhnya ada dua orang yang berdiri dalam satu saf salat, akan tetapi pahala salat mereka jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya seperti jauhnya jarak antara langit dan bumi.” (Minhajus Sunnah, 6: 222)

Semoga Allah Taala senantiasa menjadikan hati kita bersih dari kesyirikan, memberikan kita hati yang senantiasa takut kepada-Nya, hati yang diliputi perasaan muraqabah, kesadaran bahwa Allah Ta’ala senantiasa mengawasi kita, di mana pun dan kapan pun kita berada.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khotbah kedua

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.

Jemaah Jumat yang semoga senantiasa diberikan hati yang hanif dan lurus,

Keutamaan amal ibadah hati ini juga disebutkan di dalam hadis yang masyhur. Hadis tentang tujuh golongan yang mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat nanti. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ في ظِلِّهِ، يَومَ لا ظِلَّ إلَّا ظِلُّهُ: الإمَامُ العَادِلُ، وشَابٌّ نَشَأَ في عِبَادَةِ رَبِّهِ، ورَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ في المَسَاجِدِ، ورَجُلَانِ تَحَابَّا في اللَّهِ اجْتَمعا عليه وتَفَرَّقَا عليه، ورَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وجَمَالٍ، فَقَالَ: إنِّي أخَافُ اللَّهَ، ورَجُلٌ تَصَدَّقَ، أخْفَى حتَّى لا تَعْلَمَ شِمَالُهُ ما تُنْفِقُ يَمِينُهُ، ورَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

“Ada tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan, kecuali naungan-Nya, (yaitu): imam yang adil; seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah; seorang yang hatinya bergantung ke masjid; dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya; seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah.’; dan seseorang yang bersedekah dengan satu sedekah, lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya; serta seseorang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR. Bukhari no. 6806 dan Muslim no. 1031)

Di tengah panasnya dan teriknya matahari, pada hari di mana Allah dekatkan matahari kepada kita, sehingga sebagian manusia ada yang keringatnya menenggelamkannya, Allah selamatkan sebagian golongan dengan memberikan naungan dan perlindungan-Nya kepada mereka. Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya apa yang mereka dapatkan tersebut merupakan hasil dari amal ibadah hati yang mereka lakukan.

Yang pertama, seorang pemimpin yang adil timbul karena adanya perasaan muraqabah di dalam hatinya, merasa diawasi oleh Allah Ta’ala. Ketika seorang pemimpin memiliki hal tersebut di dalam hatinya, maka ia akan lebih bertanggungjawab terhadap amanah kepemimpinannya dan lebih mengedepankan kepentingan rakyatnya. Dan inilah yang menjadi penyebab dirinya mendapatkan naungan Allah Ta’ala.

Yang kedua, pemuda yang tumbuh dan berkembang di dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala. Hatinya tidak kalah dari nafsu syahwat dan godaan setan, serta dipenuhi dengan rasa takut kepada Allah Ta’ala.

Yang ketiga, lelaki yang hatinya tertambat begitu kuat dengan masjid dan ia pun jatuh cinta kepadanya. Tatkala waktu salat itu datang, ia segera bergegas berjalan ke arahnya. Tidak ada tempat yang lebih ia cintai di dalam hatinya melebihi cintanya kepada masjid-masjid Allah Ta’ala.

Yang keempat, dua orang manusia yang saling mencintai karena Allah Ta’ala. Tidaklah mereka berkumpul, kecuali pasti di dalamnya selalu mengingat Allah Ta’ala. Dan tidaklah mereka berpisah, kecuali karena Allah Ta’ala.

Yang kelima, seorang lelaki yang memiliki rasa takut kepada Allah di dalam hatinya. Maka, ia menolak ajakan seorang wanita yang memiliki kedudukan lagi cantik untuk melakukan perbuatan yang Allah Ta’ala haramkan.

Yang keeenam, seseorang yang bersedekah dan memberi manusia tanpa mengharapkan ucapan terima kasih ataupun balasan dari mereka. Hatinya hanyalah mengharapkan pahala dan balasan dari Allah Ta’ala. Sedekah tersebut ia lakukan atas dasar keikhlasan yang selalu menghiasi hatinya, keikhlasan yang jauh dari riya’ ataupun sum’ah.

Yang ketujuh, seseorang yang hatinya dipenuhi pengagungan akan kebesaran Allah Ta’ala. Ia sadar bahwa Allah Mahaagung. Allah Ta’ala sangatlah luas rahmat-Nya. Kemudian, ia menyendiri untuk berzikir dan mengingat Allah Ta’ala hingga air mata pun menetes dari kedua matanya.

Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala,

Perasaan muraqabah, keistikamahan, kecintaan kepada kebaikan dan rumah-rumah Allah Ta’ala, rasa takut kepada Allah Ta’ala, keikhlasan dalam beramal, serta pengagungan kepada Allah Ta’ala adalah contoh amal ibadah hati. Sebagaimana disebutkan di dalam hadis, kesemuanya itu menjadi sebab seorang hamba mendapatkan perlindungan dan naungan Allah di hari akhir nanti.

Di dalam sebuah hadis yang sahih disebutkan.

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ قَالَ كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ قَالُوا صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ قَالَ هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ لَا إِثْمَ فِيهِ وَلَا بَغْيَ وَلَا غِلَّ وَلَا حَسَدَ

Ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Manusia bagaimanakah yang paling mulia?” Beliau menjawab, “Semua (orang) yang hatinya bersedih dan lisan (ucapannya) benar.” Mereka berkata, “Perkataannya yang benar telah kami ketahui, lantas apakah maksud dari hati yang bersedih?” Beliau bersabda, “Hati yang bertakwa dan bersih, tidak ada kedurhakaan, kezaliman padanya, kedengkian, dan hasad.” (HR. Ibnu Majah no. 4216 dan disahihkan oleh Syekh Albani dalam kitabnya Silsilah As-Shahihah)

Mereka yang memiliki hati yang bersih dan senantiasa dalam ketakwaan merupakan manusia-manusia yang paling mulia. Karena seseorang yang hatinya bersih, maka telah selamat dari kesyirikan dan kedengkian.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan hati kita keistikamahan dalam beramal.

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

“Ya Allah, Zat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu!”

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ انصر إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْن الْمُسْتَضْعَفِيْنَِ فِيْ فِلِسْطِيْنَ ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُمْ وَأَخْرِجْهُمْ مِنَ الضِّيْقِ وَالْحِصَارِ ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْهُمُ الشُّهَدَاءَ وَاشْفِ مِنْهُمُ الْمَرْضَى وَالْجَرْحَى ، اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ وَلاَ تَكُنْ عَلَيْهِمْ فَإِنَّهُ لاَ حَوْلَ لَهُمْ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

Sumber: https://muslim.or.id/91015-kedudukan-dan-keutamaan-amalan-hati.html
Copyright © 2024 muslim.or.id