Niat Puasa Ramadhan Sebulan Penuh

Bolehkah niat puasa Ramadhan sebulan penuh? Inilah di antara pertanyaan yang sering ditanyakan oleh masyarakat. Pasalnya, terkadang ada kesulitan atau lupa berniat setiap malam, sehingga membutuhkan alternatif lain.

Terkait pertanyaan satu kali niat puasa Ramadhan untuk sebulan full, dalam kitab Hasyiyah Al-Qulyubi, Jilid 2, halaman 66 menerangkan bahwa boleh hukumnya berniat puasa Ramadhan sebulan full pada malam pertama Ramadhan.

Hal ini berdasarkan pendapat Imam Malik, yang menyatakan bahwa sejatinya niat puasa satu bulan penuh di awal Ramadhan sudah cukup untuk seluruh bulan, meskipun seseorang lupa berniat pada suatu hari. Berikut penjelasannya;

وَيُنْدَبُ أَنْ يَنْوِيَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ أَوْ صَوْمَ رَمَضَانَ كُلَّهُ لِيَنْفَعَهُ تَقْلِيدُ الْإِمَامِ مَالِكٍ فِي يَوْمٍ نَسِيَ النِّيَّةَ فِيهِ مَثَلًا لِأَنَّهَا عِنْدَهُ تَكْفِي لِجَمِيعِ الشَّهْرِ

Artinya; Dianjurkan untuk berniat puasa pada malam pertama Ramadhan, baik niat puasa sebulan penuh Ramadhan atau niat puasa Ramadhan secara umum. Hal ini bermanfaat untuk mengikuti pendapat Imam Malik, di mana jika seseorang lupa berniat pada suatu hari, puasanya tetap sah karena niat di awal bulan Ramadhan sudah cukup untuk seluruh bulan.

Niat Puasa Ramadhan Sebulan Penuh


Membaca niat untuk sebulan penuh merupakan tindakan preventif. Langkah ini untuk mengantisipasi kemungkinan lupa niat di masa yang akan datang, sehingga puasa akan tetap sah . Ini karena telah memadai dengan membaca niat puasa sepanjang bulan di awal Ramadhan.

Berikut niat puasa sebulan penuh;

نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma jami’i syahri ramadhani hadzihis sanati taqlidan lil imami Malik fardhan lillahi ta’ala

Artinya, “Aku berniat puasa di sepanjang bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti pendapat Imam Malik, wajib karena Allah Ta’ala.”

Lebih lanjut, ulama mengatakan waktu terbaik untuk membaca niat puasa Ramadhan adalah pada malam hari sebelum fajar. Untuk itu, boleh membacanya setelah shalat tarawih atau ketika makan sahur.

Para ulama sepakat bahwa niat puasa adalah syarat sahnya puasa. Oleh karena itu, penting untuk membaca niat puasa sebelum fajar. Jika lupa membaca niat pada malam hari, maka puasanya tidak sah.

BINCANG SYARIAH

NU dan Muhammadiyah Sering Berbeda dalam Penetapan Awal Dan Akhir Ramadan, Kenapa?

Hampir setiap tahun, NU dan Muhammadiyah selalu berbeda dalam menetapkan awal dan akhir Ramadan. Muhammadiyah cenderung lebih awal dari pada NU dalam menetapkan awal atau akhir Ramadlan. Begitu juga pada Ramadlan tahun ini, potensi berbeda kemungkinan terjadi. lebih-lebih NU sudah memprediksi jika awal bulan menurut perspektif NU akan jatuh pada hari Selasa tanggal 12 Maret 2024. Sementara Muhammadiyah kemungkinan pada hari Senin tanggal 11 Maret 2024.

Mengapa bisa berbeda ?

Perbedaan penentuan awal dan akhir Ramadan antara NU dan Muhammadiyah bukan disebabkan fanatisme organisasi atau ada kesengajaan ingin berbeda satu sama lainnya. Tetapi faktor metode penetapan yang melatar belakangi adanya perbedaan. Dalam tulisan ini tidak membahas mana yang lebih benar, tetapi hanya ingin mengurai sebab adanya perbedaan yang sering ditanyakan oleh banyak masyarakat.

Metode NU Dalam Menetapkan Awal Dan Akhir Bulan Ramadlan

NU dalam menetapkan awal atau akhir Ramadan menggunakan dua metode, yaitu; Rukyah dan Ikmal. Rukyah maksudnya melihat hilal Ramadan, Ikmal maksudnya menyempurnakan bulan Sya’ban sebanyak 30 hari.

NU menggunakan dua metode ini karena metode ini yang ditawarkan Rasulullah saw dalam mengawali dan mengakhiri puasa. Dalam salah satu hadits Rasulullah saw bersabda:

صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِينَ

artinya: “Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berhentilah karena melihat hilal. Jika hilal ditutupi mendung, maka sempurnakanlah hitungannya bulan Syaban kepada 30 hari” (HR. Bukhari dan lainnya)

Dari hadits ini, hanya ada dua cara yang ditawarkan Rasulullah saw dalam mengawali puasa Ramadlan yaitu dengan melihat hilal (Rukyah). Ini metode yang pertama yang digunakan NU. Namun jika hilal tidak bisa dilihat karena mendung, maka tawaran dari Rasulullah saw menyempurnakan bulan Sya’ban sebanyak tiga puluh hari. Karena paling banyak satu bulan dalam kalender Hijriyah yaitu 30 hari. Sehingga jika sudah genap 30 hari, maka hari keesokannya pasti sudah bulan Ramadlan. Jadi Ikmal digunakan sebagai alternatif kedua manakala Rukyah tidak bisa terlaksana.

Ini metode yang digunakan NU dalam menetapkan awal dan akhir Ramadan.

Metode Muhammadiyah Dalam Menetapkan Awal Dan Akhir Bulan Ramadlan

Beda halnya dengan NU, Muhammadiyah menetapkan awal Ramadan dengan adanya hilal meskipun tidak terlihat, yang penting ada. Menetapkan dengan adanya hilal ini disebut dengan Wujudul Hilal. Wujudul Hilal dapat diperoleh dengan metode Hisab (menghitung peredaran bulan). Dengan metode ini, maka awal Ramadlan beberapa tahun yang akan datang dapat diprediksi dari sekarang. Begitu juga dengan keberadaan hilal Ramadlan tahun ini sudah bisa diprediksi dari tahun kemaren, kapan akan ada hilal Ramadan.

Dengan metode ini, maka Muhammadiyah tidak perlu menggunakan Rukyah apalagi Ikmal. Sebab menurut Muhammadiyah, metode Rukyah hakikatnya untuk memastikan adanya hilal. Ketika Rukyah tidak bisa dilaksanakan, maka tentu sulit untuk menetapkan awal Ramadlan. Sebab itulah Rasulullah saw menyuruh untuk menyempurnakan bulan Sya’ban sebanyak tida puluh hari.

Namun makanala keberadaan hilal sudah bisa diketahui tanpa harus Rukyah, maka tidak perlu lagi menggunakan Ikmal. Karena Ikmal digunakan ketika sulit mengetahui adanya hilal.

Apa Perbedaan Dari Dua Metode Ini ?

Perbedaan ini hakikatnya berangkat dari penafsiran terhadap hadits di atas. Menurut NU, penetapan awal bulan memang harus Rukyah, melihat hilal bukan dengan adanya hilal (wujudul hilal). Oleh karena itu, sekalipun hilal ada berdasarkan suatu metode tertentu, tetapi jika tidak bisa dilihat maka tidak bisa keesokan harinya dikatakan sebagai awal Ramadlan. Karena titik tekannya adalah hilal terlihat.

Sementara Muhammadiyah titik tekannya kepada adanya hilal. Oleh karena itu, sekalipun hilal tidak dilihat, tetapi bisa dipastikan ada berdasarkan peredaran bulan yang disebut dengan metode “Hisab”, maka keesokan harinya sudah dapat ditetapkan sebagai awal Ramadan.

ISLAMKAFFAH

Psikolog: Kebanyakan Medsos Masuk Gangguan Mental

Sebanyak 62,3% populasi dunia menggunakan media sosial. Rata-rata penggunaan harian adalah 2 jam 23 menit (Januari 2024), demikian penelitian Global WebIndex danPew Internet Surveys.

National Institute of Mental Health melaporkan bahwa penggunaan media sosial dapat meningkatkan risiko gangguan mental pada remaja usia 18–25 tahun.

Pakar Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) Atika Dian Ariana MSc MPsi, kecanduan media sosial dapat diklasifikasikan sebagai bagian dari problematic internet use atau problematik penggunaan internet yang berlebihan.

Hal itu ditandai dengan indikator seperti durasi, intensitas, dan frekuensi penggunaan yang melebihi batas wajar. Faktor-faktor lain termasuk obsesi, pengabaian terhadap hal-hal di luar medsos, dan kehilangan kontrol.

“Penggunaan yang melebihi 5 jam sehari dapat dianggap sebagai problematik. Terutama jika seseorang kehilangan kontrol dan terobsesi untuk terus mengakses platform tersebut. Faktor lain yang mencakup kecanduan media sosial adalah pengabaian terhadap aktivitas di dunia nyata, di mana individu lebih memilih untuk terlibat dalam kehidupan maya daripada kehidupan nyata,” ujarnya dosen psikolog Atika Dian Ariana.

Dalam menjelaskan dampaknya, Atika menyoroti bahwa penggunaan internet yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental.

Faktor-faktor seperti terlalu lama terpapar layar, posisi duduk yang tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan masalah fisik seperti gangguan tidur dan kelelahan mata. Secara mental, penggunaan media sosial berlebihan dapat menyebabkan depresi, kecemasan, dan OCD (Obsessive Compulsive Disorder) karena ada ketidakmampuan mengontrol perilaku berulang untuk mengakses medsos dan seterusnya.

Terapi Psikologis

Atika menekankan bahwa terapi psikologis yang umumnya digunakan untuk mengatasi kecanduan, baik itu substance maupun non-substance, lebih berfokus pada modifikasi perilaku.

Ini melibatkan psikoedukasi dan pembentukan pola pikir yang lebih sehat. Terapi juga mencakup identifikasi alasan di balik penggunaan media sosial sebagai koping serta memberikan alternatif coping yang lebih sehat.

“Terapi psikologis yang biasanya digunakan untuk kecanduan, lebih banyak berbasis terapi perilaku. Ada beberapa modifikasi perilaku yang biasanya diberikan kepada individu yang kecanduan, termasuk diiringi dengan psikoedukasi.  Jadi kita percaya bahwa perilaku itu sebenarnya adalah produk dari pola pikir,” jelasnya dikutip laman unair.ac.id.

“Pentingnya memberikan alternatif bagi individu yang cenderung menggunakan media sosial sebagai solusi atas masalah atau stres yang mereka hadapi. Strategi coping yang terus-menerus menggunakan medsos dapat memperburuk masalah kesehatan mental mereka,” tambahnya.*

HIDAYATULLAH

Tadarus Alquran Lebih Mudah Saat Ramadhan dengan Aplikasi Ngaji.ai

Jelang Ramadhan, perusahaan pelopor penerapan teknologi AI dalam pendidikan Bahasa Indonesia, Vokal.ai meluncurkan inovasi terbaru berupa aplikasi belajar mengaji dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), yakni Ngaji.ai.

Teknologi AI yang dikembangkan Vokal.ai membuat aplikasi ini mampu mendeteksi akurasi pelafalan huruf Hijaiyah melalui teknologi Automatic Speech Recognition agar proses belajar mengaji dapat dilakukan mandiri. Mulai dikembangkan sejak 2020 dan dirilis pada November 2022, Ngaji.ai dikembangkan bersama ahli di bidang data collection, materi pembelajaran mengaji, IT, dan machine learning asal Indonesia dan Belanda.

 Co-founder Ngaji.ai Prof Sutarto Hadi mengatakan aplikasi ini bisa digunakan oleh dari anak-anak hingga orang dewasa yang ingin belajar Alquran. Di dalam aplikasi ini ada fitur belajar yang terdiri dari tiga level, yakni level dasar, menengah, dan mahir.

Dalam proses belajarnya, terdapat 15 materi. Materi paling dasar adalah mengenal huruf-huruf hijaiyah dan bagaimana bunyi huruf tersebut. Kemudian akan naik tingkatan menjadi belajar huruf bersambung.

“Di situ ada 15 pembelajaran, mulai dasar mengenal huruf hijaiyah , merangkai huruf, karena huruf arabkan ketika disambung maka bentuknya akan berbeda ya. Sedangkan huruf latin kan tidak. Nah di dalam aplikasi ada (pembelajarannya), mengenal huruf dan tulisannya juga dan bagaimana bacanya dalam bentuk kalimat-kalimat yang panjang, sampai tadarus,” kata Prof Sutarto.

Menurut Prof Sutarto, saat ini sudah ada 15 ribu pengguna aktif aplikasi Ngaji.ai dari sekitar 20 ribu akun yang terdaftar. Prof Sutarto berharap, di tahun ini, aplikasi Ngaji.ai dapat menyasar hingga satu juta pengguna.

Selain fitur belajar mengaji dan fitur tadarus yang juga sudah dilengkapi dengan Arab latin beserta terjemahnya, untuk menyambut Ramadhan nanti, Ngaji.ai juga sudah dilengkapi dengan arah kiblat, waktu sholat, jadwal buka puasa dan jadwal imsak. Selain itu akan ada rekomendasi ayat-ayat pilihan setiap harinya.

Kedepannya, aplikasi ini pun akan dilengkapi dengan fitur Manasik Haji sebagaimana permintaan resmi dari Kementerian Agama, kemudian fitur hadits, dan juga cerita-cerita Nabi. Akan tetap kapan tepatnya fitur-fitur tersebut akan mulai diluncurkan, Prof Sutarto belum memberikan kepastian. Namun dia berharap khusus untuk fitur manasik haji sudah siap sebelum musim haji tahun ini.

“Saya berharap sebelum musim haji ini sudah ada ya. Jadi orang bisa memanfaatkannya segara secara luas,” ujar Sutarto.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno menyambut baik kehadiran aplikasi Ngaji.ai. Sandi berharap, aplikasi ini bisa membantu masyarakat Indonesia yang ingin belajar mengaji ataupun yang ingin memperlancar bacaannya.

“Ngaji.ai telah mengonfirmasi sikap Kemenparekraf kehadiran AI tidak akan merugikan sektor kreatif tapi justru pengaplikasian yang tepat bisa memberikan dampak positif. Kecerdasan buatan yang didukung oleh kecerdasan manusia yang baik bisa menghasilkan produk yang mendukung pembelajaran,” ujar Sandiaga dalam sambutannya, Selasa (5/3/2024).

Menurut Sandi, di dalam aplikasi Ngaji.ai terdapat fitur-fitur yang bisa mendukung ibadah kita di bulan Ramadhan. Salah satunya kata Sandi, terdapat fitur tadarus yang merupakan fitur terbaru yang dilaunching oleh Ngaji.ai untuk program Ramadhan 2024 ini.

“Banyak sekali fitur-fitur di Ngaji.ai yang membuat belajar mengaji dan ibadah di bulan Ramadhan nanti jadi lebih menyenangkan. Aplikasi ini juga bisa digunakan segala usia yang ingin belajar ngaji dan melancarkan mengaji. Semoga Ngaji.ai dapat mendukung pembelajaran mengaji di seluruh Indonesia,” ujar Sandi.

RAMADHAN

3 Hadits Puasa Ramadhan

Sejatinya banya sekali hadits tentang puasa Ramadhan. Sebab, puasa Ramadan merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang diwajibkan bagi umat Muslim dewasa dan berakal sehat. Selama Ramadan, umat Muslim diwajibkan untuk menahan diri dari makan, minum, dan aktivitas yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Makna puasa Ramadan tidak hanya sebatas menahan lapar dan haus, tetapi lebih dalam dari itu. Puasa Ramadan merupakan bentuk ibadah yang mengajarkan kesabaran, pengendalian diri, kedisiplinan, dan empati terhadap orang-orang yang kurang beruntung.

Selain itu, puasa Ramadan juga merupakan kesempatan untuk membersihkan jiwa dan memperbaiki hubungan dengan Allah SWT serta sesama manusia. [Baca juga: Niat Puasa Ramadhan Sebulan Penuh]

Ramadan adalah bulan suci dalam agama Islam, yang ditandai dengan puasa wajib bagi umat Muslim di seluruh dunia. Ramadan dijelaskan dalam banyak hadis Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah beberapa hadis yang berkaitan dengan Ramadan.

Hadits Puasa Ramadhan

Pertama, dalam hadis dijelaskan bahwa Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain menjadi bulan di mana umat Islam berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam sebagai bagian dari kewajiban agama, Ramadhan juga dianggap sebagai bulan penuh berkah, ampunan, dan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Karena keistimewaan ini, umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, amal shaleh, doa, dan memperbanyak membaca Al-Qur’an selama bulan Ramadhan. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat memperoleh ampunan Allah SWT, mendapatkan pahala yang berlipat ganda, dan mendekatkan diri kepada-Nya.

قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ

Artinya: Telah datang bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu. Saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan (HR Ahmad)

Hadits kedua yang bersumber dari riwayat Imam Bukhari dan Muslim dijelaskan bahwa bagi mereka yang berpuasa selama bulan Ramadhan dengan penuh keikhlasan dan harapan akan mendapatkan pahala dari Allah, dosa-dosanya yang telah dilakukan di masa lalu akan diampuni.

Dengan kata lain, berpuasa dengan keimanan dan niat yang tulus di bulan Ramadhan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengampunan dosa-dosa yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini menunjukkan pentingnya kegiatan ibadah puasa dalam Islam serta pengaruhnya dalam membersihkan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah.

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya; Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Ketiga, hadits selanjutnya bersumber dari Abu Hurairah, yang menunjukkan tentang keutamaan puasa dan mendorong umat Islam untuk menunaikannya. Imam An-Nawawi Al-Bantani dalam Kitab Tanqihul Qaul Al-Hatsits Syarah Lubbabul Hadits mengatakan bahwa puasa adalah ibadah yang paling dicintai Allah SWT.

Puasa merupakan salah satu dari lima rukun Islam dan memiliki banyak keutamaan dalam ajaran agama Islam. Dalam hadis-hadis yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW, disebutkan bahwa Allah SWT sangat menyukai amalan puasa karena puasa adalah ibadah yang khusus di antara hamba dan Tuhannya, di mana seorang mukmin menahan diri dari makan, minum, dan nafsu syahwat semata-mata karena Allah SWT.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِي وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ حِينَ يُفْطِرُ وَفَرْحَةٌ حِينَ يَلْقَى رَبَّهُ وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

Artinya; Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya. Dia meninggalkan syahwatnya, makanannya dan minumnya karena-Ku.

Puasa itu adalah perisai dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan, kebahagiaan ketika dia berbuka puasa dan kebahagiaan ketika dia bertemu Rabbnya. Dan bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau misk.”

Demikian penjelasan terkait 3 hadits puasa Ramadhan. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Setelah Istikharah Lalu Menunggu Pertanda?

Pertanyaan : 

Saya bermaksud untuk menikahi seorang akhwat. Kami sudah saling bertemu orang tua dan sudah saling cocok dan menurut saya akhwat tersebut adalah akhwat yang shalihah. Dan saya pun sudah shalat istikharah untuk meminta petunjuk Allah dalam pernikahan ini. Namun suatu hari, ketika saya dan orang tua akan berangkat lamaran ke rumah sang akhwat, qadarullah saya mengalami kecelakaan di jalan. Apakah ini adalah jawaban istikharah saya sehingga saya harus meninggalkan akhwat tersebut?

Jawaban:

Alhamdulillah hamdan katsiran thayyiban mubarakan fihi, ash-shalatu wassalamu ‘ala alihi wa shahbihi. Amma ba’du.

Pertama

Tidak benar anggapan bahwa setelah melakukan shalat istikharah kemudian menunggu pertanda-pertanda seperti mimpi atau pertanda yang lainnya. Ini keyakinan yang tidak ada asalnya dalam syariat. 

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah ketika ditanya, “Saya mendengar bahwa orang yang melakukan shalat istikharah untuk suatu tujuan tertentu, kemudian ia akan mengalami mimpi jika memang pilihannya sudah tepat. Apakah ini benar?”. Beliau menjawab:

لا أعرف لهذا صحة من جهة الرؤيا

“Saya tidak mengetahui landasan yang shahih mengenai keyakinan ini” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, rekaman no. 816 pertanyaan ke-2).

Kedua

Islam mengajarkan kita untuk memutuskan suatu perkara berdasarkan ilmu, bukan prasangka dan pertanda-pertanda. Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya” (QS. Al-Isra: 36).

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan:

أن الله تعالى نهى عن القول بلا علم بل بالظن الذي هو التوهم والخيال

“Allah ta’ala melarang untuk bicara agama tanpa ilmu, yaitu bicara dengan sekedar sangkaan yang merupakan kerancuan dan khayalan” (Tafsir Ibnu Katsir, 9/9).

Dari Abu Mas’ud Al-Badri radhiyallahu’anhu, ia mendengar Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

بِئسَ مَطيَّةُ الرَّجُلِ: زَعَموا

“Seburuk-buruk landasan tindakan seseorang adalah sekedar ucapan: katanya… “ (HR. Abu Daud no.4972, dishahihkan Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no.866).

Al-Baghawi rahimahullah menjelaskan:

فشبه النبي صلى الله عليه وسلم ما يقدمه الرجل أمام كلامه ليتوصل به إلى حاجته من قولهم: زعموا، بالمطية التي يتوصل بها الرجل إلى مقصده الذي يؤمه فأمر النبي صلى الله عليه وسلم بالتثبت فيما يحكيه والاحتياط فيما يرويه

“Maka orang yang mendasari perbuatannya dalam rangka menggapai apa yang ia inginkan dengan sekedar “katanya begini… katanya begitu...” dianalogikan oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dengan hewan tunggangan yang ia tunggangi untuk menuju ke tempat tujuan. Kemudian Nabi shallallahu’alaihi wa sallam memerintahkan untuk cek dan ricek setiap kabar yang dinukil dan berhati-hati dalam menyampaikan kabar” (Syarhus Sunnah Al-Baghawi, 3/413).

Maka hadis ini mengajarkan kita untuk tidak mendasari tindakan kita pada perkara yang tidak jelas kebenarannya, hanya sekedar katanya atau sekedar prasangka, tanpa didasari ilmu dan data.

Oleh karena itu untuk memutuskan calon pasangan yang ingin dinikahi, hendaknya tidak dengan prasangka atau pertanda-pertanda. 

Ketiga

Cara yang benar dalam mengamalkan shalat istikharah adalah membarenginya dengan istisyarah (konsultasi). Yang dimaksud dengan istisyarah yaitu bertanya serta meminta bimbingan kepada orang-orang yang dianggap berilmu, bijaksana, dan kompeten tentang perkara yang sedang dihadapi. Tentunya setelah mengumpulkan data dan fakta yang valid tentang perkara tersebut. 

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah mengatakan:

ثم بعد ذلك يستشير من يرى من أهل الخير من أقربائه، وأصدقائه، يستشيرهم، فإذا انشرح صدره لأحد الأمرين يمضي، فإن استمر معه التردد أعاد الاستخارة ثانيًا، وثالثًا، وهكذا حتى يطمئن قلبه، وينشرح صدره لأحد الأمرين من الفعل، أو الترك

“Kemudian setelah istikharah, hendaknya ia istisyarah kepada orang-orang baik dari kalangan kerabatnya, atau teman-temannya, atau sahabat-sahabatnya. Berkonsultasi dengan mereka. Jika setelah itu didapatkan pilihan yang membuat dada lapang, hendaknya ia ambil pilihan tersebut. Namun jika ia masih bingung dan ragu, maka ia ulangi istikharah yang kedua kali, atau yang ketiga kali, dan seterusnya hingga tenang hatinya. Dan lapang dadanya untuk memilih di antara dua pilihan, yaitu melanjutkan atau tidak melanjutkan” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, rekaman no. 816 pertanyaan ke-2).

Semisal untuk perkara memilih calon pasangan hidup. Maka seseorang hendaknya melaksanakan istikharah, kemudian setelah itu ia kumpulkan data tentang calon yang akan ia nikahi. Bagaimana agamanya, dari mana asalnya, bagaimana keluarganya, bagaimana sifatnya, apa saja kekurangannya, dan lainnya. Setelah itu, ia berkonsultasi dengan orang tua, karib kerabat, teman-teman dekat, para ahli ilmu, dan semisalnya. Jika hasil dari semua itu adalah bahwa si calon adalah orang yang cocok dan layak diperjuangkan, maka perjuangkanlah. Jika ternyata si calon tidak layak untuk diperjuangkan, atau sulit diperjuangkan, maka carilah calon yang lain. 

Demikianlah caranya, bukan dengan menunggu mimpi atau pertanda-pertanda. 

Wallahu a’lam, semoga Allah ta’ala memberi taufik.

Washallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam.

Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom. 

KONSULTASI SYARIAH

Awal Ramadhan Mungkin Beda, PBNU Dorong Sikap Saling Menghormati

Pemerintah melalusi Kementerian Agama (Kemenag) menyebut ada kemungkinan perbedaan penetapan awal bulan Ramadhan 1445 H atau 2024 M.

Melalui Surat Edaran (SE) Agama RI Nomor 1 Tahun 2024 tentang Panduan Penyelenggaraan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1445 H atau 20224 M yang ditandatangani Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas itu mengimbau umat Islam untuk tetap menjaga ukhuwah islamiyah dan toleransi dalam menyikapi perbedaan penetapan 1 Ramadhan 1445 H atau 2024 M.

Terkait potensi beda awal Ramadhan 1445 H, Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), KH Sirril Wafa, menekankan pentingnya saling menghormati dalam perbedaan pelaksanaan ibadah, khususnya selama bulan suci Ramadhan.

Menurut Sirril, setiap tahunnya masyarakat Muslim Indonesia menghadapi adanya potensi perbedaan dalam pelaksanaan ibadah, utamanya terkait dengan waktu awal dan akhir Ramadhan.

Perbedaan tersebut seringkali menjadi titik rawan yang dapat memicu saling menyalahkan di antara umat Islam.

“Pengalaman yang telah berpuluh-puluh tahun bagi masyarakat Muslim Indonesia mestinya cukup menjadi pelajaran bahwa perbedaan dalam masalah furu’iyah (masalah cabang) bukan prinsip akidah keimanan (ushuliyah) itu sangat dimungkinkan. Maka, upaya saling memahami harus ditingkatkan,” ujar Kiai Sirril kepada NU Online, Senin (4/3/2024).

Menurutnya, bagi yang memulai puasa lebih awal, tidak perlu menyalahkan. “Misalnya, sudah bagian dari Ramadhan kok masih tidak puasa, haram itu. Sebaliknya, yang mulai puasanya belakangan tidak pantas untuk mencemooh misal dengan ungkapan, hari ini masih yaum al-syak, dilarang berpuasa,” terang Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah dikutip laman nu.or.id.

Data perhitungan falak LF PBNU diketahui, hilal 29 Sya’ban 1445 H bertepatan dengan Ahad Legi, 10 Maret 2024 M, menunjukan tinggi hilal 0 derajat 11 menit 25 detik.

Sementara ijtima atau konjungsi terjadi pada Ahad Legi, 10 Maret 2024 M pukul 16:00: 50 WIB. Titik markaz Jakarta ini berlokasi di Gedung PBNU Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat dengan koordinat koordinat 6º 11’ 25” LS 106º 50’ 50” BT.

Sementara itu, letak matahari terbenam berada pada posisi 3 derajat 55 menit 36 detik selatan titik barat, sedangkan letak hilal pada posisi 5 derajat 7 menit 23 detik selatan titik barat.

Adapun kedudukan hilal berada pada 1 derajat 11 menit 27 detik selatan matahari dalam keadaan miring ke selatan dengan elongasi 2 derajat 30 menit 25 detik.

Ketetapan Muhammadiyah

Sementara itu, PP Muhammadiyah menetapkan awal atau 1 Ramadhan 1445 Hijriah pada 11 Maret 2024. Penetapan tersebut berdasarkan pada hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Tarjih dan Tajdid.

“Di wilayah Indonesia, tanggal 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada hari Senin Pahing, 11 Maret 2024 M,” bunyi surat Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga menetapkan tanggal penting lainnya, yaitu Idul Fitri (1 Syawal 1445 H) jatuh pada Rabu, 10 April 2024. Ijtimak jelang Syawal 1445 H terjadi pada 9 April 2024, pukul 01.23.10 WIB, yang berarti bulan akan terlihat.

Kementerian Agama (Kemenag) menyampaikan dalam SE mengimbau agar seluruh Umat Islam tetap menjaga tali persaudaraan antar umat muslim (ukhuwah islamiyah) dan toleransi.

“Umat Islam diimbau untuk tetap menjaga ukhuwah islamiyah dan toleransi dalam menyikapi potensi perbedaan penetapan 1 Ramadan 1445 Hijriah/2024 Masehi,” tulis Yaqut dalam edarannya, dikutip Senin (4/3/2024).

Selain itu, dalam melaksanakan ibadah Ramadan dan Hari Raya Idulfitri 2024 umat Islam juga diimbau untuk tetap berpatok pada syariat islam dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi.*

HIDAYATULLAH

Rahasia Surat Yasin

Surat yasin memiliki banyak keistimewaan.

Surat Yasin sering dibaca untuk mendapatkan berkah, perlindungan, dan pahala dari Allah SWT. Keutamaan Surat Yasin didasarkan pada hadis-hadis yang menyebutkan tentang keutamaannya, seperti mendatangkan rahmat, ampumam, dan pertolongan dari Allah SWT bagi yang membacanya dengan baik dan ikhlas.

Karena itu, orang-orang yang mau meninggal atau sudah meninggalkan pun kerap dibacakan surat Yasin, seperti dalam acara Yasinan atau Tahlilan yang banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. 

Lalu apa saja rahasia yang ada di balik jantungnya Alquran ini? 

Surah Yasin adalah inti dari kitab suci Alquran. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik Ra, Nabi Muhammad SAW bersabda:

إِنَّ لِكُلِّ شَىْءٍ قَلْبًا وَقَلْبُ الْقُرْآنِ يس َمَنْ قَرَأَ يس كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِقِرَاءَتِهَا قِرَاءَةَ الْقُرْآنِ عَشْرَ مَرَّاتٍ

Artinya: “Setiap sesuatu ada jantungnya (qalbu). Jantungnya Alquran adalah surat Yasin. Siapa yang membaca surat Yasin, Allah menulis baginya pahala seolah-olah ia telah mengkhatamkan sepuluh kali Alquran.” (HR Darimi dan Tirmidzi).

Jantung adalah bagian penting dari tubuh manusia. Organ ini melakukan pekerjaan yang sangat penting. Persamaan ini menunjukkan betapa pentingnya Surat Yasin. Dengan mengingat hal ini, kita dapat dengan mudah berasumsi seberapa besar manfaat Surat Yasin sebagai inti dari Alquran. 

Terdiri dari 83 ayat, surat Yasin diturunkan di Makkah. Surat Yasin mempunyai manfaat yang berbeda-beda, khususnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Berikut 7 keutamaan atau rahasia surat Yasin sebagai jantungnya Alquran:

1. Pengampunan Dosa

Di dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang membaca (surat) Yasin pada malam hari dengan mengharap keridaan Allah maka diampuni dosa-dosanya,” (HR At Thabrani dan Al-Baihaqi).

Dalam hadits lain juga dijelaskan,

عن أبي هريرة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (من قرأ سورة يس في ليلة ابتغاء وجه الله غُفر له في تلك الليلة).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa pun yang membaca Surat Yasin pada waktu malam untuk mengharap wajah Allah (ridha Allah), maka mendapat ampunan di malam tersebut.” (HR. Ad Darimi)

Seorang muslim, baik perempuan maupun laki-laki, pasti pernah melakukan kesalahan sepanjang hidupnya. Meskipun menyadari kesalahan masa lalu, dia akan kembali membuat kesalahan. Namun, Allah SWT merupakan Maha Pengampun. Dia akan mengampuni dosa-dosa hambanya yang melakukan tobat yang tulus.  

Surah Yasin adalah surat terbaik dalam Alquran, yang memberikan jaminan pengampunan atas dosa-dosa yang dilakukan. Pembacanya harus beriman kepada rahmat Allah dan Dia akan melimpahkan nikmat-Nya.

2. Pahala yang Melimpah

Dari Anas, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Yasin, maka ia seakan-akan telah membaca Alquran sebanyak sepuluh kali” (HR Tirmidzi).

Dalam hadis ini sudah jelas isyarat pahala yang melimpah. Siapapun yang membaca surat Yasin akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengkhatamkan Alquran. Inilah rahasia yang dimiliki Surat Yasin. Karena itu, umat Islam hendaknya menghafal Surat Yasin untuk dibaca berkali-kali dalam sehari kapan pun kita punya waktu luang.

3. Kemudahan Saat Sakaratul Maut

Surah Yasin akan membawa kenyamanan saat detik-detik kematian. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jika seseorang sedang sekarat, hendaknya membacakan Surat Yasin untuknya.”

Merupakan fakta yang tidak terbantahkan bahwa Alquran memberi kita petunjuk dalam segala hal kehidupan. Surat Yasin ini bisa menyelamatkan kita dari api neraka. Secara kolektif, surat Yasin adalah kombinasi kesuksesan dunia dan akhirat. Ini memberikan kelegaan bagi jiwa yang akan menempuh perjalanan terakhir mereka di dunia.   

4. Memenuhi Kebutuhan

Ata bin Abi Ribbah meriwayatkan, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa membacakan Surat Yasin di pagi hari, Allah SWT akan memenuhi semua kebutuhannya.”

Kita menghadapi berbagai jenis kebutuhan sepanjang hidup kita. Terkadang kebutuhan tersebut dipenuhi dengan mudah, namun terkadang sulit bagi kita untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Hanya saja, kita tidak boleh berkecil hati. Kita harus melanjutkan perjuangan kita untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu harus tetap berharap kepada Allah SWT bahwa Dia akan mengatasi masalah kita.

Sebagian ulama juga berpendapat bahwa membaca Surat Yasin sebanyak 41 kali akan bermanfaat bagi terkabulnya hajat. Menurut para ulama ini, kita akan menerima pertolongan Allah dalam berbagai urusan di dunia. 

5. Melunasi Hutang

Sebagian ulama mengatakan bahwa membaca Surah Yasin tujuh kali setiap malam setelah shalat Isya membantu kita melunasi hutang kita. Dalam bisnis dan bidang lain, kita membutuhkan lebih banyak uang daripada yang kita miliki. Kita perlu meminjam uang ini dari seseorang. Sayangnya nanti jika kita mengalami kecelakaan dan kita tidak mampu membayar hutang kita.

Para ulama menyarankan agar kita mengamalkan Yasin. Membaca Surat Yasin setiap malam sebanyak tujuh kali akan mengubah hari-hari hidup kita. 

6. Mengabulkan Hajat

Jika dibaca secara istiqamah, surat Yasin juga dapat mengabulkan hajatnya seseorant. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Abu Daud sebagai berikut: 

من قرأ سورة يس والصافات ليلة الجمعة أعطاه الله سؤله

Artinya: “Barangsiapa membaca surat Yasin dan al-Shaffat di malam Jumat, Allah mengabulkan permintaannya.” (HR Abu Daud dari al-Habr)

7. Surat Yasin untuk Pernikahan

Memang diakui bahwa Surat Yasin bermanfaat untuk mendapatkan pertolongan Allah dalam masalah perkawinan. Surat ini dapat membantu kita memecahkan berbagai masalah sehari-hari.

Misalnya, jika Anda mempunyai kekhawatiran atau keraguan mengenai pernikahan atau pasangan Anda. Surat ini akan membantu Anda untuk memudahkan ujian pada pasangan Anda. Surat Yasin pasti akan membantu Anda untuk menemukan sifat calon istri Anda. 

Dengan membaca surat Yasin Anda akan mendapatkan kejernihan pikiran. Alhasil, setelah menemukan pasangan terbaik, Anda akan memulai fase kehidupan baru. Ini adalah Surat terbaik untuk masalah pernikahan yang telah digunakan sejak lama. Diakui, hal itu akan menjadi penyebab rahmat Allah dalam hidup Anda.

IHRAM

Doa Setelah Sholat Fardhu

Sholat fardlu lima waktu merupakan kewajiban bagi umat Muslim, tetapi setelah menunaikannya, kita juga diajarkan untuk memanjatkan doa atau berdoa kepada Allah. Artikel ini akan menjelaskan tentang bacaan doa setelah sholat fardhu.

Doa adalah salah satu cara untuk mempererat hubungan spiritual dengan Sang Pencipta, karena dalam doa kita berkomunikasi langsung dengan-Nya. Selain itu, doa juga merupakan sarana untuk menyampaikan segala hajat dan keinginan kita kepada Allah Swt.

Doa memiliki kekuatan yang besar dalam membuka pintu-pintu rahmat dan berkah dari Allah. Dengan berdoa, kita menunjukkan ketergantungan dan kepatuhan kita kepada-Nya, serta mengakui bahwa hanya Allah yang mampu memenuhi segala kebutuhan kita.

Oleh karena itu, doa setelah sholat fardhu lima waktu tersebut adalah momentum yang tepat untuk menyampaikan doa-doa kita kepada Allah, memohon petunjuk, perlindungan, dan karunia-Nya.

Melalui doa, kita juga dapat menenangkan hati dan jiwa serta memperkuat iman dan ketabahan dalam menghadapi segala ujian dan cobaan hidup. Doa membawa kekuatan spiritual yang dapat memberikan ketenangan pikiran dan memberi semangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, doa bukan hanya sebagai rutinitas setelah sholat, tetapi juga sebagai bagian hubungan antara seorang hamba dengan Allah. [Baca juga: Sahkah Shalat Lupa Membaca Surah?].

Doa Setelah Sholat Fardhu

الحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَمْداً يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَا رَبَّنَا لَكَ الحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الْأَهْوَالِ وَالْاٰفَاتِ وَتَقْضِيْ لَنَا بِهَا جَمِيعَ الْحَاجَاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَيِّئَاتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَى الدَّرَجَاتِ وَتُبَلِّغُنَا بِهَـــا أَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِى الْحَيَاةِ وَبَعْدَ الْمَمَـــاتِ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوْبِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيْرًا وَلِجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالخَيْرَاتِ، رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ سًبْحَانَ رَبَّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ.

اَللهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَصِحَّةً فِى الْبَدَنِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ اَللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِىْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْئَلُكَ التَوْبَةَ وَدَوَامَهَا وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ المَعْصِيَةِ وَأَسْبَابِهَا وَذَكِّرْنَا بِالخَوْفِ مِنْكَ قَبْلَ هُجُومِ خَطَرَاتِهَا، وَاحْمِلْهُ عَلَى النَّجَاةِ مِنْهَا وَمِنْ التَّفَكُّرِ فِي طَرَائِقِهَا وَامْحُ مِنْ قُلُوبِنَا حَلَاوَةَ مَا اجْتَبَيْنَاهُ مِنْهَا، وَاسْتَبْدِلْهَا بِالكَرَاهَةِ لَهَا وَالطَّمَعِ لِمَا هُوَ بِضِدِّهَا.
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذَا الْيَوْمَ فَتْحَهُ وَنَصْرَهُ وَنُوْرَهُ وَبَرَكَتَهُ وَهُدَاهُ. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذَا الْيَوْمَ وَخَيْرَ مَا فِيْهِ وَخَيْرَ مَا قَبْلَهُ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ. وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا فِيْهِ وَشَرِّ مَا قَبْلَهُ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Alhamdulillahillahi rabbil ‘alamin. Hamdan yuwafi ni’amahu wa yukāfi’u mazidah. Ya Rabbanā lakal hamdu wa lakasy syukru kamā yanbaghi lijallāli wajhika wa ‘azhīmi sulṭānik.

Allāhumma shalli ‘alā sayyidina Muhammadin ṣalātan tunjīnā bihā min jamī’il aḥwāli wal āfāti wa taqdī lanā bihā jamī’al ḥājāti wa tuṭahhirūnā bihā min jamī’is sayyi’āti wa tarfa’unā bihā ‘indaka a’lā ddarajāti wa tuballighūnā bihā aqsā al-ghāyāti min jamī’il khairāti fil ḥayāti wa ba’da al-mamāt.

Allahummaghfir lī dzunūbī wa liwālidayya warhamhumā kamā rabbayānī ṣaghīrā wa lijamī’il mu’minīna wa al-mu’mināt wa al-muslimīna wa al-muslimāti al-aḥyā’i minhum wa al-amwāti wa tābi’ baynanā wa baynahum bil-khairāt, rabbi ghfir warham wa anta khairur rāḥimīn wa lā ḥawla wa lā quwwata illā billāhil ‘aliyyil ‘azhīm wa ṣallā Allāhu ‘alā khayri khalqihi sayyidinā Muḥammadin wa ālihi wa ṣaḥbihi wa sallam. Subḥāna rabbika rabbi al-‘izzati ‘ammā yaṣifūn, wa salāmun ‘ala al-mursalīn, wa al-ḥamdu lillāhi rabbi al-‘ālamīn.

Allahumma innā nas’aluka at-tawbata wa dawāmaha wa na’ūdhu bika min al-ma’siyati wa asbābiha wa dhakkirnā bi-l-khawfi minka qabla hujūmi khatārātiha, wa ahmilhu ‘alā an-najāti minhā wa min at-tafakkuri fī ṭarā’iqiha wa amḥul min qulūbinā ḥalāwata mā ijtabaynāhu minhā, wa astabdilhu bi-l-karāhah lihā waṭ-ṭamai limā huwa bi-ḍiddiha.

Allahumma innī as’aluka khayra hādhā al-yawma fatḥahu wa naṣrahu wa nūrahu wa barakatahu wa hudāhu. Allahumma innī as’aluka khayra hādhā al-yawma wa khayra mā fīhi wa khayra mā qablahu wa khayra mā ba’dahu. Wa a’ūdhu bika min sharri hādhā al-yawmi wa sharri mā fīhi wa sharri mā qablahu wa sharri mā ba’dahu.

Rabbana ātinā fī ad-dunyā ḥasanatan wa fī al-ākhirati ḥasanatan wa qinā ‘adhāba an-nār. Wa shallallāhu ‘alā sayyidinā Muḥammad wa ‘alā ālihi wa ṣaḥbihi wa sallam wa al-ḥamdu lillāhi rabbi al-‘ālamīn.

Artinya; Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Puji-pujian yang sepadan dengan nikmat-Nya dan yang membalas limpahan karunia-Nya. Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji dan syukur sebagaimana sepatutnya bagi keagungan wajah-Mu dan kebesaran kekuasaan-Mu.

Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, rahmat yang menyelamatkan kami dari segala macam ketakutan dan bencana, dan penuhilah dengan rahmat itu segala kebutuhan kami. Sucikanlah kami dari segala dosa dan angkatlah derajat kami di sisi-Mu setinggi-tinggi derajat. Sampaikanlah kami dengan rahmat itu kepada tujuan yang paling tinggi dari segala kebaikan di dunia dan di akhirat.

Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan dosa kedua orang tuaku. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil. Ampunilah pula dosa seluruh mukmin dan mukminat, muslim dan muslimah, yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Pertemukanlah kami dengan mereka dalam kebaikan.

Ya Tuhan, ampunilah dan sayangilah kami, Engkaulah sebaik-baiknya penyayang. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung. Dan semoga Allah melimpahkan rahmat dan salam kepada sebaik-baik makhluk-Nya, junjungan kami Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.

Mahasuci Tuhanmu, Tuhan Yang Maha Perkasa, dari apa yang mereka sifatkan. Dan keselamatan semoga dilimpahkan kepada para rasul. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Ya Allah, kami mohon kepada-Mu keselamatan dalam agama, dunia dan akhirat. Kami mohon kesehatan jasmani dan rohani, pertambahan ilmu pengetahuan, keberkahan dalam rezeki, tobat sebelum kematian, rahmat saat kematian, dan ampunan setelah kematian. Ya Allah, mudahkanlah kami dalam sakaratul maut, selamatkanlah kami dari api neraka, dan ampunilah kami saat perhitungan amal.

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau memberi kami petunjuk. Dan karuniakanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi.

Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan dosa kedua orang tuaku. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil.

Ya Allah, kami mohon kepada-Mu tobat yang terus-menerus. Kami berlindung kepada-Mu dari dosa dan penyebabnya. Ingatkanlah kami dengan rasa takut kepada-Mu sebelum datangnya bahaya-bahayanya. Doronglah kami untuk selamat darinya dan dari memikirkan cara-caranya. Hapuslah dari hati kami kenikmatan dosa yang telah kami pilih. Dan gantikanlah dengan kebencian terhadapnya dan kerinduan terhadap kebalikannya.

Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kebaikan hari ini, kemenangannya, cahayanya, keberkahannya, dan petunjuknya. Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kebaikan hari ini dan kebaikan apa yang ada di dalamnya, kebaikan yang sebelumnya, dan kebaikan yang sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan hari ini, keburukan apa yang ada di dalamnya, keburukan yang sebelumnya, dan keburukan yang sesudahnya.

Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka. Dan semoga Allah melimpahkan rahmat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Demikian penjelasan terkait doa setelah sholat fardhu. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Untaian 23 Faedah Seputar Tauhid dan Akidah (Bag. 7)

Faedah 17. Membaca sejarah munculnya syirik

Syekh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan dalam kitabnya I’anatul Mustafid bahwa tauhid merupakan asal keadaan umat manusia. Adapun syirik merupakan perkara yang baru dan menodainya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ’anhuma“Adalah jarak antara Adam dan Nuh selama 10 kurun/abad. Mereka semua berada di atas tauhid.”

Syirik yang pertama kali muncul adalah di tengah kaum Nuh ‘alaihis salam ketika mereka bersikap berlebih-lebihan/ghuluw terhadap orang-orang saleh dan membuat gambar atau patung untuk mengenangnya. Sampai pada akhirnya, mereka pun menyembah patung dan gambar itu. Maka, Allah pun mengutus Nabi Nuh ‘alaihis salam untuk melarang perbuatan syirik dan memerintahkan ibadah untuk Allah semata. Begitu pula, para rasul datang sesudahnya dengan membawa misi yang sama. (lihat I’anatul Mustafid, 1: 5)

Al-Baghawi rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya tentang makna firman Allah,

كَانَ ٱلنَّاسُ أُمَّةࣰ وَ ٰ⁠حِدَةࣰ

“Adalah manusia itu dahulu umat yang satu…” (QS. Al-Baqarah: 213).

Beliau menafsirkan, yaitu di atas agama yang satu/sama. (lihat Ma’alim At-Tanzil, hlm. 118)

Ibnu Katsir rahimahullah juga memberikan penafsiran serupa, dengan membawakan riwayat dari Ibnu Jarir dengan sanadnya dari Ibnu Abbas. Beliau berkata, “Adalah jarak antara Nuh dengan Adam sepuluh kurun. Mereka semua berada di atas syariat kebenaran, lalu mereka pun berselisih. Allah pun mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.” (lihat Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, 1: 327, cet. At-Taufiqiyah)

Penafsiran serupa, yang menjelaskan bahwa syirik pertama kali di muka bumi ini terjadi di tengah kaum Nabi Nuh, juga diriwayatkan dari para ulama salaf yang lain semacam Qatadah dan Ikrimah. Ikrimah berkata, “Adalah jarak antara Adam dan Nuh sepuluh kurun. Mereka semua berada di atas Islam.” (lihat dalam kitab Asy-Syirk fil Qadim wal Hadits, 1: 209)

Demikian pula, penafsiran yang disampaikan oleh Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah bahwa dahulu umat manusia sejak zaman Nabi Adam merupakan umat yang satu, yaitu berada di atas tauhid dan di atas agama yang sama, yaitu Islam. (lihat Al-Qaul Al-Mufid, 1: 235, cet. Maktabah Al-’Ilmu, lihat pula Ahkam minal Qur’an Al-Karim, 2: 84,87)

Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah menjelaskan dalam Kitab Tauhid-nya bahwa sebab kekafiran anak Adam dan faktor yang menyebabkan mereka meninggalkan agama mereka (yaitu tauhid) adalah karena bersikap berlebih-lebihan terhadap orang-orang saleh. Hal ini menunjukkan bahwa syirik yang pertama kali muncul di muka bumi ini adalah gara-gara syubhat kecintaan kepada orang-orang saleh. (lihat Ibthal At-Tandid, hlm. 112)

Sikap berlebih-lebihan kepada orang saleh ini timbul akibat pencampuran kebenaran dengan kebatilan. Yang dimaksud kebenaran di sini adalah kecintaan kepada orang saleh. Dan yang dimaksud kebatilan adalah perbuatan mengada-ada (bid’ah) yang dicetuskan oleh sebagian ahli ilmu atau ahli agama dengan niat baik mereka kemudian disalahpahami oleh generasi sesudahnya. Pelajaran yang bisa diambil darinya adalah ‘barangsiapa yang ingin memperkuat agamanya dengan suatu perbuatan bid’ah, maka bahayanya justru lebih banyak daripada manfaatnya’. (lihat keterangan Syekh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah dalam Al-Qaul Al-Mufid, 1: 235)

Demikianlah, akar kesyirikan yang tumbuh berkembang di masa lalu, bahkan juga menjalar di tengah ahlul kitab. Ummul mu’minin, ‘Aisyah radhiyallahu ’anha menceritakan bahwa suatu hari, Ummu Salamah radhyiallahu ’anha mengisahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika itu beliau sedang sakit mendekati wafatnya, tentang sebuah gereja yang dilihatnya di negeri Habasyah beserta gambar/lukisan-lukisan yang ada di dalamnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda, “Orang-orang itu, apabila ada orang saleh atau hamba yang saleh meninggal di antara mereka, mereka membuat bangunan masjid/tempat ibadah di atas kuburnya. Dan mereka pun membuat gambar-gambar semacam itu. Mereka itulah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “Semoga Allah melaknat Yahudi dan Nasrani karena mereka telah menjadikan kubur-kubur nabi mereka sebagai masjid/tempat ibadah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari sinilah, dapat kita ketahui bahwa penghambaan kepada Allah semata atau tauhid adalah asal keadaan umat manusia sejak manusia pertama, yaitu Nabi Adam ‘alahis salam. Setelah terjadinya syirik di tengah kaum Nabi Nuh ‘alaihis salam, maka Allah pun mengutus beliau dan kemudian diikuti dengan diutusnya para rasul setelahnya dengan menyerukan dakwah tauhid kepada manusia. Agar mereka kembali kepada jalan yang lurus, yaitu tauhid.

Allah berfirman,

وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِی كُلِّ أُمَّةࣲ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَۖ

“Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan, ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.’” (QS. An-Nahl: 36)

Allah juga berfirman,

وَمَاۤ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِیۤ إِلَیۡهِ أَنَّهُۥ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّاۤ أَنَا۠ فَٱعۡبُدُونِ

“Dan tidaklah Kami utus sebelum kamu, Muhammad, seorang rasul pun, melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwa tidak ada ilah/sesembahan, yang benar, selain Aku, maka sembahlah Aku saja.’” (QS. Al-Anbiya’: 25)

Allah berfirman pula,

وَلَقَدۡ أُوحِیَ إِلَیۡكَ وَإِلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِكَ لَىِٕنۡ أَشۡرَكۡتَ لَیَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِینَ

“Dan sungguh telah Kami wahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelum kamu, ‘Jika kamu berbuat syirik, pasti akan lenyap seluruh amalmu, dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang yang merugi.’” (QS. Az-Zumar: 65)

Pada masa jahiliyah, sebelum diutusnya Nabi shallallahu ‘alahi wasallam, kesyirikan merajalela di tengah manusia dalam bentuk peribadatan kepada pohon, batu, kuburan, bintang-bintang, berhala, jin, orang saleh, malaikat, dan sebagainya. Mereka membuat patung-patungnya dan mereka puja-puja. Mereka pun iktikaf di sekitarnya dengan mengharap keberkahan darinya. Pada saat itulah, Allah mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah dan melarang syirik. (lihat Al-Mufid ‘ala Kitab At-Tauhid, hlm. 7)

Allah berfirman,

قُلۡ إِنَّمَاۤ أَنَا۠ بَشَرࣱ مِّثۡلُكُمۡ یُوحَىٰۤ إِلَیَّ أَنَّمَاۤ إِلَـٰهُكُمۡ إِلَـٰهࣱ وَ ٰ⁠حِدࣱۖ فَمَن كَانَ یَرۡجُوا۟ لِقَاۤءَ رَبِّهِۦ فَلۡیَعۡمَلۡ عَمَلࣰا صَـٰلِحࣰا وَلَا یُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦۤ أَحَدَۢا

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku ini adalah manusia seperti kalian yang diberikan wahyu kepadaku, bahwa sesembahan kalian, yang benar, hanyalah satu sesembahan Yang Maha Esa. Maka, barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal saleh dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apa pun.” (QS. Al-Kahfi: 110)

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus oleh Allah untuk seluruh manusia, bukan bangsa Arab saja. Allah berfirman,

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعاً

“Katakanlah, ‘Wahai manusia, sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah kepada kalian semuanya.’” (QS. Al-A’raf: 158)

Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman,

وَمَاۤ أَرۡسَلۡنَـٰكَ إِلَّا كَاۤفَّةࣰ لِّلنَّاسِ

“Dan tidaklah Kami utus engkau, Muhammad, kecuali untuk seluruh manusia.” (QS. Saba’: 28)

Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa dakwah tauhid dan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah petunjuk Allah bagi seluruh manusia dan penutup semua nabi dan rasul. Inilah prinsip mendasar yang digerogoti oleh orang-orang yang menyerukan adanya dialog antara agama di masa kini. Karena mereka, umat-umat yang lain, menolak ditutupnya risalah dengan kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan mereka tidak setuju dengan ke-universal-an dan keumuman risalah yang beliau bawa. (lihat At-Taudhihat Al-Kasyifat ‘ala Kasyfi Asy-Syubuhat karya Syekh Muhammad Al-Habdan hafizhahullah, hlm. 62)

Islam mengajak manusia menghamba kepada Allah saja dan meninggalkan sesembahan selain-Nya. Dan inilah kunci keselamatan umat manusia. Maka, sungguh aneh apabila manusia menolak ajakan menuju negeri kebahagiaan dan justru mengelu-elukan syirik dan pemberhalaan!

Faidah 18. Pengikut ajaran Nabi Ibrahim

Allah berfirman,

ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Kemudian Kami wahyukan kepadamu, ‘Hendaklah kamu mengikuti millah/ajaran Ibrahim yang hanif, dan sama sekali dia bukan termasuk golongan orang musyrik.” (QS. An-Nahl: 123)

Di dalam ayat yang agung ini, Allah memerintahkan kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengikuti millah/ajaran yang dibawa oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, yaitu ajaran tauhid dan keikhlasan beribadah kepada Allah semata serta meninggalkan sesembahan selain-Nya.

Ajaran Nabi Ibrahim tidak lain adalah agama Islam yang dibawa oleh setiap nabi dan rasul. Setiap rasul mengajak umatnya untuk beribadah kepada Allah dan menjauhi thaghut/sesembahan selain Allah.

Allah berfirman,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Sungguh, Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan, ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.’” (QS. An-Nahl: 36)

Allah menyebut ajaran Nabi Ibrahim sebagai ajaran yang hanif. Para ulama juga menyebut ajaran tauhid ini dengan istilah Al-Hanifiyyah. Inilah hakikat dari millah/ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan juga para rasul yang lain. Yang demikian itu karena Nabi Ibrahim ‘alaihis salam adalah seorang yang hanif, yaitu yang ikhlas beribadah kepada Allah.

Syekh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan,

والحنيف هو: المقبل على الله المعرض عما سواه، هذا هو الحنيف: المقبل على الله بقلبه وأعماله ونياته ومقاصده كلها لله، المعرِض عما سواه

Orang yang hanif adalah orang yang menghadapkan dirinya kepada Allah dan berpaling dari segala sesembahan selain-Nya. Inilah hakikat orang yang hanif. Yang menghadapkan diri kepada Allah dengan hati, amal, niat, dan kehendaknya itu seluruhnya dipersembahkan kepada Allah, dan dia berpaling dari selain-Nya.” (lihat Syarh Al-Qawa’id Al-Arba oleh Syekh Shalih Al-Fauzan)

Allah berfirman,

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Bukanlah Ibrahim itu orang yang beragama Yahudi atau Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang hanif lagi muslim, dan dia bukanlah termasuk golongan orang-orang musyrik.” (QS. Ali Imran: 67)

Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas dan tegas membantah klaim Yahudi dan Nasrani yang mengaku sebagai pengikut ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Bahkan, tidaklah berada di atas ajaran dan agama yang diwariskan oleh Nabi Ibrahim, di antara umat akhir zaman ini, kecuali Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para pengikutnya yang setia. Sehingga, pengakuan kaum Yahudi atau Nasrani bahwa mereka berada di atas agama Nabi Ibrahim adalah dusta belaka! Silahkan baca keterangan Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah di dalam tafsirnya (Tafsir Surah Ali Imran ayat 67).

Demikian sedikit kumpulan catatan. Semoga berfaedah.

[Bersambung]

***

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

Sumber: https://muslim.or.id/91665-untaian-23-faedah-seputar-tauhid-dan-akidah-bag-7.html
Copyright © 2024 muslim.or.id