Bolehkah Niat Puasa Ramadhan di Siang Hari?

Berikut penjelasan perihal bolehkah niat puasa Ramadhan di siang hari. Salah satu problem yang sering dikeluhkan masyarakat adalah seputar berniat puasa di malam hari bulan Ramadhan. Pasalnya banyak masyarakat yang terkadang lupa berniat di malam hari dan tak sempat juga berniat puasa sebulan penuh sebagai alternatif lain. Lantas bolehkah niat puasa Ramadhan di siang hari, sebagai solusi lain jika lupa berniat puasa di malam hari?

Dalam literatur Islam ulama Madzhab Syafi’i dan jumhur, perihal kapan berniat puasa wajib seperti Ramadhan. Mereka cenderung berpendapat harus melakukan niat di setiap malam bulan Ramadhan. Sehingga jika seseorang lupa maka puasanya tidak dapat dikatakan sah.

Sebagaimana hal ini dijelaskan Syekh Wahbah Zuhaily dalam kitabnya Al Fiqhul Islam Wa Adillatuhu halaman 549 berikut:

تعدد النية بتعدد الأيام: هذا شرط عند الجمهور وليس بشرط عند المالكية فيشترط عند الجمهور النية لكل يوم من رمضان على حدة, لأن صوم كل يوم عبادة على حدة غير متعلقة باليوم الآخر بدليل أن ما يفسد احدهما لا يفسد الآخر, فسشترط لكل يوم نية على حدة.

Artinya: “Jumlah niat ialah sesuai dengan jumlah hari: ini merupakan syarat ulama jumhur, bukan syarat mazhab al-Malikiyah. Maka, ulama jumhur mensyaratkan melaksanakan niat disetiap hari bulan ramadhan. Karena, puasa setiap hari merupakan ibadah yang tidak berkaitan dengan hari yang lain dengan berdalil pada ‘sesuatu yang salah satunya rusak, maka tidak dapat merusak pada yang lain’. Maka disyaratkan harus melakukan niat setiap hari bulan Ramadhan.”

Namun beberapa ulama memberi alternatif untuk berjaga jaga apabila lupa niat di malam hari bulan Ramadhan. Yakni dengan taqlid (ikut pendapat) Imam Maliki yang mengatakan sah berniat puasa satu bulan penuh. Sebagaimana penjelasan berikut:

وَيُنْدَبُ أَنْ يَنْوِيَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ أَوْ صَوْمَ رَمَضَانَ كُلَّهُ لِيَنْفَعَهُ تَقْلِيدُ الْإِمَامِ مَالِكٍ فِي يَوْمٍ نَسِيَ النِّيَّةَ فِيهِ مَثَلًا لِأَنَّهَا عِنْدَهُ تَكْفِي لِجَمِيعِ الشَّهْرِ

Artinya:”Disunnahkan untuk berniat puasa pada malam pertama Ramadhan, baik niat puasa sebulan penuh Ramadhan atau niat puasa Ramadhan secara umum. Hal ini bermanfaat untuk mengikuti pendapat Imam Malik, di mana jika seseorang lupa berniat pada suatu hari, puasanya tetap sah karena niat di awal bulan Ramadhan sudah cukup untuk seluruh bulan.”( Hasyiyah Al-Qulyubi, Juz 2, halaman 66)

Tak bisa dipungkiri, ada sebagian masyarakat muslim yang lupa berniat puasa di malam hari dan juga tidak berniat sebulan penuh mengikuti pendapat Imam Maliki sebagai alternatif. Jika demikian dalam kitab Fatawa Kubra Juz 5 halaman 371, menawarkan solusi bagi mereka yang lupa berniat puasa di malam hari. Yakni dengan mengikuti pendapat Imam Abu Hanifah. Penjelasan lengkapnya sebagai berikut:

وفي المجموع يسنُ لِمَنْ نَسِيَ النيَة فِي رَمَضَانَ أَنْ ينوي أول النهار لِإِجْزائِهِ عِندَ أَبي حَنِيفَة فَيُحْتَاط بالنية فنيته حينَئِذٍ تَقْلِيدٌ لَهُ 

Artinya:”Bagi seseorang yang lupa tidak berniat puasa di malam hari, disunnahkan berniat puasa sebelum Dzuhur dengan mengikuti pendapat Imam Abu Hanifah. Maka hendaknya ia berhati-hati terhadap niatnya dengan demikian ia taqlid kepada Imam Abu Hanifah.

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam mazhab Syafi’i tidak sah berniat puasa Ramadhan di siang hari. Sementara itu, dalam mazhab Abu Hanifah diperbolehkan berniat di siang hari. Akan tetapi sebagai bentuk kehati-hatian, bisa membaca niat sekali untuk puasa sebulan mengikuti mazhab Maliki.

Demikian penjelasan bolehkah niat puasa Ramadhan di siang hari semoga bermanfaat Wallahu a’lam bishawab.

BINCANG SYARIAH

5 Tips Sehat Berpuasa di Bulan Ramadhan

Berpuasa selama bulan Ramadan dapat menjadi pengalaman yang menantang namun juga memuaskan secara spiritual. Untuk memaksimalkannya dan memastikan kesehatan Anda tidak terganggu, simak tips sederhana sehat berpuasa berikut ini.

Jangan melewatkan sahur

Meskipun tidur di jam-jam sebelum fajar mungkin tampak menggoda, makan makanan bergizi sebelum berpuasa membantu mempertahankan tingkat energi Anda sepanjang hari. Melewatkan waktu makan ini dapat menyebabkan dehidrasi dan kelelahan di siang hari, serta makan berlebihan saat berbuka puasa.

Hindari makan berlebihan saat berbuka puasa

Meskipun berbuka puasa adalah momen perayaan, namun penting untuk tidak makan berlebihan. Makan berlebihan, terutama makanan berlemak dan bergula, dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan kenaikan berat badan. Sebagai gantinya, pilihlah makanan yang seimbang yang mencakup berbagai kelompok makanan.

Otoritas Makanan dan Obat-obatan Arab Saudi (SFDA) melalui panduannya mengajak masyarakat untuk melakukan kebiasaan makan yang seimbang dan bervariasi selama Ramadhan.

Panduan tersebut menyoroti pentingnya menyertakan biji-bijian seperti gandum dan oat, produk susu rendah lemak, dan minimal lima porsi berbagai buah dan sayuran dalam makanan sehari-hari.

SFDA juga menyarankan pentingnya memasukkan kacang-kacangan, ikan, telur, dan daging tanpa lemak ke dalam menu makanan untuk memastikan asupan protein yang cukup.

Hindari makanan yang digoreng, asin, dan bergula tinggi

Meskipun sangat menggoda untuk menikmati hidangan yang kaya rasa, makanan tersebut dapat membuat puasa menjadi lebih sulit keesokan harinya. Pilihlah makanan yang kaya serat dan nutrisi, seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian, agar Anda tetap merasa kenyang dan berenergi.

SFDA menyarankan untuk membatasi asupan lemak, merekomendasikan minyak tak jenuh dalam jumlah kecil dan menyarankan untuk menghindari makanan berlemak tinggi, bergaram tinggi, atau bergula tinggi.

Tetap terhidrasi

Minumlah banyak cairan antara waktu berbuka puasa dan sahur agar tetap terhidrasi dengan baik. Untuk menghindari dehidrasi selama berpuasa, cobalah untuk mengonsumsi setidaknya delapan gelas air putih sepanjang malam dan pagi hari. Berhati-hatilah dengan minuman berkafein, karena dapat menyebabkan kehilangan cairan.

Tidur yang cukup

Tidur yang konsisten sangat penting selama bulan Ramadan untuk menjaga kesehatan. Ikuti jadwal tidur yang teratur, hindari makanan berat dan layar sebelum tidur, serta batasi tidur siang untuk memastikan istirahat yang berkualitas. Hal ini akan membantu Anda bangun dengan kondisi segar saat sahur dan tetap berenergi sepanjang hari.*

HIDAYATULLAH

Indonesia Impor Kurma dari 4 Negara, tapi Tidak Ada ‘Israel’

Pemerintah Indonesia hari Jumat membantah bahwa mereka telah mengimpor kurma dari ‘Israel’. Pemerintah mengatakan,  mereka sebagian besar mengimpor buah tersebut antara lain dari Tunisia dan Mesir, bukan dari ‘Israel’.

Boikot terhadap produk ‘Israel’ meningkat di seluruh dunia, termasuk Indonesia, sejak konflik Gaza meningkat. Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru-baru ini mengimbau masyarakat untuk tidak membeli kurma ‘Israel’ — buah manis yang biasa dikonsumsi umat Islam saat berbuka puasa selama Ramadhan.

“Tidak ada impor kurma dari ‘Israel’. Tidak ada. … Data BPS [Badan Pusat Statistik] menunjukkan bahwa kurma yang kami impor sebagian besar berasal dari Tunisia, Mesir, Iran, dan Arab Saudi,” Amalia Adininggar Widyasanti, penjabat kepala BPS, mengatakan pada konferensi pers hybrid pada hari Jumat (15/3/2024).

Menurut Amalia, Indonesia mengimpor kurma senilai $17,18 juta pada Februari 2024, naik 25,77 persen dari $13,66 juta pada Januari. Artinya, impor kurma Indonesia berjumlah $30,84 juta dalam dua bulan pertama tahun 2023.

Sekitar 58 persen impor kurma pada Januari-Februari berasal dari Tunisia dan Mesir. Indonesia membeli kurma senilai $9,15 juta dari Tunisia selama periode tersebut, sementara impor buah kurma dari Mesir berjumlah $8,74 juta.

Selain itu, mereka juga membeli kurma dari Iran senilai $2,87 juta dan dari Arab Saudi ($2,66 juta) pada periode yang sama. Kurma senilai sekitar $7,42 juta – setara dengan 24,07 persen – berasal dari negara lain.

Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan ‘Israel’, meski data Kementerian Perdagangan menunjukkan mereka masih saling berdagang.

Kementerian melaporkan bahwa perdagangan ‘Israel’-Indonesia berjumlah $187,7 juta pada tahun 2023. Pada bulan Januari 2024 saja, perdagangan bilateral mencapai $20,2 juta.

Indonesia mengimpor lebih sedikit kurma secara keseluruhan tahun ini. Sebagai perbandingan, Indonesia membeli kurma dari luar negeri senilai $19,34 miliar pada Februari 2023.

Pemerintah Indonesia tahun ini menetapkan 12 Maret sebagai hari pertama Ramadhan. Bulan puasa tahun lalu juga dimulai pada bulan Maret.*

HIDAYATULLAH

Mengapa Niat Puasa dalam Madzhab Syafi’i Harus Disebutkan Secara Detail?

Wajibnya ta’yin niat puasa Ramadhan karena puasa ibadah yang bersandar pada waktu, maka wajib ditentukan niatnya, sebagaimana sholat 5 waktu  

DALAM Madzhab Syafi’I, niat puasa Ramadhan wajib dita’yinkan. Yaitu diharuskannya seseorang meniatkan puasa Ramadhan di setiap malamnya dengan detail bahwasanya ia berniat puasa besok. 

At-Ta’yin berasal dari kata bahasa Arab ayyana-yuayyinnu yang artinya menentukan, yaitu menjadikan suatu hal menjadi tertentu. Bisa juga diartikan dengan pengkhususan. Adapun penyebutannya dalam fikih Syafi’i, kata Ta’yin dimaksudkan untuk menentukan niat tatkala hendak beramal.     

Dalam kitab panduan utama Madzhab Syafi’i, Minhaj ath-Thalibin, Imam Nawawi menyebutkan tentang wajibnya Ta’yin pada ibadah wajib. 

ويجب التعيين في الفرض

“Dan wajib hukumnya Ta’yin (penentuan niat) dalam ibadah fardhu.” (Minhaj ath-Thalibin: 75)

Dalam kitabnya yang lain, Raudhah ath-Thalibin, Imam Nawawi menambahkan bahwa yang dimaksudkan ta’yin adalah penentuan niat pada puasa wajib, termasuk di dalamnya puasa Ramadhan. 

وَيَجِبُ تَعْيِينُ النِّيَّةِ فِي صَوْمِ الْفَرْضِ، سَوَاءٌ فِيهِ صَوْمُ رَمَضَانَ، وَالنَّذْرُ، وَالْكَفَّارَةُ، وَغَيْرُهَا.

“Dan diwajibkan Ta’yin (penentuan) niat pada puasa fardlu, baik itu puasa Ramadhan, puasa nadzar, puasa kafarat, dan lainnya.” (Raudhah ath-Thalibin: 2/350).

Lalu mengapa ta’yin niat puasa itu wajib dalam Madzhab Syafi’i?

Mengenai pertanyaan tersebut, Imam Khatib Asy Syirbini dalam Mughni al-Muhtaj, menjawab dengan argumen bahwa wajibnya ta’yin niat puasa itu dikarenakan puasa adalah ibadah yang bersandar pada waktu, maka wajib ditentukan niatnya, sebagaimana sholat 5 waktu yang bersandar pada waktu wajib juga ditentukan niatnya. 

(ويجب) في النية (التعيين في الفرض) بأن ينوي كل ليلة أنه صائم غدا من رمضان أو عن نذر أو عن كفارة لأنه عبادة مضافة إلى وقت فوجب التعيين في نيتها كالصلوات الخمس.

“Dalam dalam niat diwajibkan Ta’yin pada ibadah yang besifat wajib. Yaitu dengan berniat seseorang setiap malamnya bahwa ia akan berpuasa Ramadhan besok, atau puasa nadzar, atau puasa kafarat. Kerena ia (puasa) adalah ibadah yang bersandar pada waktu. Maka wajib dita’yin dalam niatnya sebagaimana sholat 5 waktu”. (Mughni al-Muhtaj: 1/424).

Dari referensi di atas dapat dijabarkan bahwa puasa Ramadhan sebagaimana yang diketahui dilakukan di waktu tertentu dan bulan tertentu.

Artinya puasa Ramadhan adalah ibadah wajib yang bersandar pada waktu. Dan setiap ibadah wajib yang bersandar pada waktu itu bermacam-macam, seperti: puasa nadzar, kafarah, qadha.

Memaksudkan Niat Puasa secara Jelas

Disebutkan dalam kitab Hasyiyah Bājūrī Imam Ibrāhim Bājūrī bahwa paling minimalnya niat puasa itu sebagai berikut.

نَوَيْتُ صَوْمَ رَمَضَانَ

Nawaitu shauma Ramadhāna

Artinya, “Aku berniat puasa bulan Ramadhan.” (Hasyiyah Bājūrī: 1/633).

Lalu dalam Fathul Qarīb Syarah Ghāyah wa Taqrīb  Imam Ibnu Qasim menerangkan tentang niat puasa Ramadhan secara lengkap.

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāni hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā

“Saya berniat puasa besok, yang mana ia (merupakan bagian) dari kewajiban Ramadhan pada tahun ini karena Allah ta’ala.” (Fathul Qarīb: 194).

Adapun Imam Baramāwi yang dikutip dalam I’ānah Thõlibīn, ia menganjurkan untuk membaca beberapa kalimat pengganti lafadz “lillahi ta’ala”.

وقوله : (لله تعالى) : ويسن أن يقول إيمانا واحتسابا لوجه الله الكريم

“Dan pada lafadz ‘lillahi ta’ala’ disunnahkan untuk mengucapakan ucapan ‘imānan wa ihtisāban li wajhillāhi al-karīm’.” ( I’ānah Thõlibīn: 2/1228).

Maka wajib niatnya ditentukan agar apa yang seseorang amalkan tepat dengan apa yang ia niatkan, tidak bercampur dengan puasa wajib lainnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa niat puasa Ramadhan wajib hukumnya dita’yin, yaitu disebutkan secara jelas dan detail. Wallahu a’lam bi ash-shawab.*/Dzulfikar, LC, mahasiswa pascasarjana di Al-Azhar, Mesir

HIDAYATULLAH

Kultum Ramadhan Terbaik; Puasa Medsos, Senjata Ampuh Lawan Hoaks di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh berkah dan ampunan. Namun, di era digital ini, bulan Ramadhan juga menjadi momen maraknya penyebaran hoaks. Hoaks yang beredar di media sosial dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti perpecahan umat, keresahan masyarakat, dan bahkan dapat berujung pada tindakan kriminal. Nah berikut “Kultum Ramadhan Terbaik; Puasa Medsos, Senjata Ampuh Lawan Hoaks di Bulan Ramadhan.”

Penting bagi kita untuk memerangi hoaks di bulan Ramadhan. Salah satu cara yang efektif untuk melawan hoaks adalah dengan melakukan puasa medsos. Puasa medsos berarti mengurangi atau bahkan berhenti menggunakan media sosial selama periode tertentu.

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ الْوَفَا أَمَّا بَعْدُ.

Jamaah Kultum Ramadhan terbaik yang Dirahmati Allah

Dalam era digital yang serba cepat seperti sekarang, media sosial baik itu Instagram, Twitter, TikTok, dan Facebook telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari banyak orang. Namun, seringkali kita melihat penyebaran informasi yang tidak valid atau hoaks melalui platform tersebut.

Hoaks dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti perpecahan, kerusuhan, bahkan kekerasan. Menyadari bahaya tersebut, muncullah gerakan “Puasa Media Sosial” sebagai upaya spiritual untuk melawan hoaks. Puasa media sosial bukan berarti menjauhi media sosial secara total, melainkan mengendalikan penggunaannya dengan lebih bijak

Puasa media sosial merupakan praktik yang dilakukan dengan sengaja mengurangi atau bahkan menghentikan penggunaan platform media sosial untuk jangka waktu tertentu. Tujuan utamanya adalah untuk membersihkan pikiran dari informasi yang tidak bermanfaat atau berpotensi merugikan.

Jamaah kultum Ramadhan terbaik yang Berbahagia

Dengan melakukan puasa media sosial, seseorang dapat fokus pada hal-hal yang lebih penting dalam hidupnya seperti menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarga, mengejar hobi, atau meningkatkan keterampilan.

Selain itu, puasa media sosial juga merupakan langkah tepat untuk mencegah penyebaran hoaks. Dengan mengurangi interaksi dengan platform-platform tersebut, seseorang dapat lebih waspada dan kritis terhadap informasi yang diterima. Hal ini dapat membantu mengurangi penyebaran berita palsu atau informasi yang tidak diverifikasi yang dapat merugikan banyak orang.

Dalam konteks ini, puasa media sosial dapat dilihat sebagai bentuk kesadaran akan pentingnya kebenaran dan integritas informasi. Melalui praktik ini, seseorang tidak hanya menjaga kesehatan mentalnya sendiri, tetapi juga turut berkontribusi dalam memerangi penyebaran hoaks dan menjaga integritas informasi dalam lingkungan digital.

Jamaah Kultum Ramadhan terbaik yang Dirahmati Allah

Dalam Islam, larangan hoaks tercantum dalam Al-Qur’an Q.S an-Nur [24] ayat 11. Penyebaran informasi yang tidak akurat dan menyesatkan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti perpecahan, konflik, dan keresahan. Allah berfirman;

اِنَّ الَّذِيْنَ جَاۤءُوْ بِالْاِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنْكُمْۗ لَا تَحْسَبُوْهُ شَرًّا لَّكُمْۗ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۗ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ مَّا اكْتَسَبَ مِنَ الْاِثْمِۚ وَالَّذِيْ تَوَلّٰى كِبْرَه مِنْهُمْ لَه عَذَابٌ عَظِيْمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah kelompok di antara kamu (juga). Janganlah kamu mengira bahwa peristiwa itu buruk bagimu, sebaliknya itu baik bagimu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Adapun orang yang mengambil peran besar di antara mereka, dia mendapat azab yang sangat berat.)

Imam Al-Mawardi dalam kitab Adabud Dunya wad Din mengatakan kebohongan atau berita bohong adalah sumber segala kejahatan karena dapat menimbulkan berbagai masalah.

وَالْكَذِبُ جِمَاعُ كُلِّ شَرٍّ، وَأَصْلُ كُلِّ ذَمٍّ لِسُوْءِ عَوَاقِبِهِ، وَخُبْثِ نَتَائِجِهِ؛ لِأَنَّهُ يُنْتِجُ النَّمِيْمَةَ، وَالنَّمِيْمَةُ تُنْتِجُ الْبَغْضَاءَ، وَالْبَغْضَاءُ تَئُوْلُ إِلَى الْعَدَاوَةِ، وَلَيْسَ مَعَ الْعَدَاوَةِ أَمْنٌ وَلاَ رَاحَةٌ   

Dan kebohongan adalah sumber segala kejahatan, dan asal segala celaan karena buruknya akibatnya, dan busuknya hasilnya; karena ia menghasilkan fitnah, fitnah menghasilkan kebencian, dan kebencian mengarah pada permusuhan, dan tidak ada keamanan atau ketenangan bersama permusuhan. (Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Al-Basri Al-Mawardi, Adabud Dunya wad Din, [Beirut, Darul Fikr: 1985], halaman 271).

Jamaah Kultum Ramadhan terbaik yang Dirahmati Allah

Sementara itu dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, menjelaskan tentang pentingnya bersikap jujur dan bahayanya berdusta. Kejujuran akan membawa seseorang kepada kebaikan dan surga, sedangkan dusta akan membawa seseorang kepada kekejian dan neraka

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berpegangteguhlah kalian pada kejujuran, karena sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan itu menuntun kepada surga. Seseorang terus menerus berlaku jujur dan berusaha mencari kejujuran sampai dia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.

Dan jauhilah kalian dari dusta, karena sesungguhnya dusta itu menuntun kepada kekejian, dan sesungguhnya kekejian itu menuntun kepada neraka. Seseorang terus menerus berdusta dan berusaha mencari kedustaan sampai dia dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.

BINCANG SYARIAH

Hukum Sikat Gigi Saat Puasa

Menjaga kebersihan mulut dan gigi saat berpuasa di bulan Ramadhan menjadi hal yang penting. Sikat gigi merupakan salah satu cara untuk menjaga kebersihan tersebut. Namun, muncul pertanyaan, bagaimana hukum sikat gigi saat puasa?

Menurut Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nihayatuz Zain, berkumur dan sikat gigi saat berpuasa hukumnya makruh. Makruh berarti perbuatan yang tidak disukai, tetapi tidak berdosa jika dilakukan. Meskipun makruh, berkumur dan sikat gigi saat puasa tidak membatalkan puasa.

‎ ومكروهات الصوم ثلاثة عشر: أن يستاك بعد الزوال

Artinya; Tiga Belas Hal yang Makruh Dilakukan Saat Puasa: Menggosok gigi setelah waktu zuhur.

Meskipun menyikat gigi saat berpuasa diperbolehkan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Imam Nawawi dalam kitab al-Majmu’ Syarah al-Muhadzdzab menjelaskan bahwa perlu adanya kehati-hatian saat menggosok gigi. Hal ini karena dikhawatirkan adanya material yang masuk ke tenggorokan, baik air, pasta gigi, atau bulu sikat gigi. Jika material tersebut tertelan, baik disengaja maupun tidak, maka puasa akan batal.

Oleh karena itu, penting untuk memastikan tidak ada material yang masuk ke tenggorokan saat menyikat gigi. Gunakan sedikit air dan pasta gigi, dan berkumurlah dengan hati-hati. Pilihlah sikat gigi dengan bulu yang lembut untuk menghindari iritasi pada gusi.

لو استاك بسواك رطب فانفصل من رطوبته أو خشبه المتشعب شئ وابتلعه افطر بلا خلاف صرح به الفورانى وغيره

Artinya; “Jika sesuatu menempel pada gigi selain siwak, baik basah karena air liur atau karena kayu siwak yang bercabang, kemudian tertelan, maka orang yang berpuasa batal puasanya. Hal ini tidak diperselisihkan oleh para ulama, seperti yang dijelaskan oleh Al-Furani dan lainnya.

Bagi umat Islam yang berpuasa, menjaga kebersihan mulut dan gigi tetap penting. Namun, waktu menggosok gigi saat berpuasa perlu diperhatikan agar tidak membatalkan puasa.

Solusinya, demi kehati-hatian, dianjurkan untuk menggosok gigi sebelum waktu imsak tiba. Hal ini memastikan bahwa tidak ada air atau pasta gigi yang tertelan saat menggosok gigi, sehingga puasa tetap sah.

Demikian penjelasan hukum sikat gigi saat puasa yang hukumnya adalah makruh. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

5 Kesalahan ketika Berpuasa yang Sering Dilakukan

Ramadan adalah bulan umat Islam yang paling mulia. Ia adalah bulan diturunkannya sebuah kitab pedoman hidup seluruh manusia. Bulan ditutupnya pintu-pintu neraka. Bulan dibelenggunya setan-setan yang membisiki keburukan kepada manusia. Bulan yang terdapat suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Dan bulan kesempatan bagi kita semua untuk memperbaiki diri, bertobat, bermuhasabah, dan kembali menyegarkan keimanan kita untuk menyadari bahwasanya kita sedang berada dalam sebuah perjalanan, perjalanan menuju kampung akhirat, tempat kita semua kembali.

Tidak diragukan lagi, orang yang berpuasa di bulan Ramadan dijanjikan berbagai keutamaan, seperti dijauhkan dari api neraka [1], dimudahkan jalan menuju surga [2], puasanya menjadi syafaat penolong dirinya di hari kiamat [3], dan penghapus dosa yang telah dilakukan [4].

Namun, untuk meraih berbagai keutamaan tersebut, kita perlu menghindari beberapa kesalahan yang dilakukan sebagian orang. Yang dapat membuat kita tidak mendapatkan bermacam keutamaan tersebut dan dapat membuat bulan Ramadan gagal menjadi madrasah pendidikan bagi diri kita. Sehingga, kita tidak mendapatkan manfaat dari atmosfer ibadah pada bulan Ramadan.

Kesalahan pertama: Masih melakukan hal-hal haram

Sebagian orang berpuasa dari makan, minum, dan berhubungan biologis, tetapi tidak berpuasa dari hal-hal yang haram. Seperti gibah, mengadu domba, berucap kata-kata kotor, berbohong, mencela dan merendahkan orang, menipu, iri hati kepada nikmat orang lain, dan ucapan serta perbuatan haram lainnya.

Jika kita masih melakukan hal-hal haram tersebut, walaupun kita menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, kita akan kehilangan hikmah serta konsep puasa itu sendiri. Sebab, puasa merupakan pendidikan bagi pelakunya. Maka, tidak masuk akal jika Allah menyuruh kita menahan diri dari hal yang mubah, seperti makan dan minum, tetapi malah kita terjang hal-hal yang haram.

Bahkan, beberapa ulama berpendapat melakukan hal-hal haram bisa membatalkan puasa. Di antaranya Ibnu Hazm [5] rahimahullah, yang berdalil menggunakan hadis riwayat Ahmad no. 22545 tentang dua orang perempuan yang Nabi ﷺ katakan puasanya batal sebab melakukan hal haram. Tetapi, yang tepat adalah hadis tersebut hukumnya lemah, menurut pendapat Syaikh Al-Albani [6], sehingga tidak bisa dijadikan dalil. Sehingga, yang benar adalah melakukan hal-hal yang haram tidak membatalkan puasa, namun dapat menghilangkan pahala puasa.

Intinya, meskipun tidak membatalkan puasa, melakukan hal-hal haram saat berpuasa menghilangkan pahala puasa pelakunya. Sehingga, yang ia dapatkan hanya lapar dan haus. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ,

من لم يدعْ قول الزور والعمل به فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشراب

Siapa yang berpuasa, namun tidak meninggalkan dan masih mengucapkan kebohongan dan tuduhan yang tidak benar, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makan dan minum.[7]

Kesalahan kedua: Berakhlak buruk

Sebagian orang yang berpuasa menjadi temperamen, cepat emosi, dan mudah tersinggung. Menjadi galak terhadap keluarganya, sering mengumpat kepada orang lain, serta perilakunya keras dan kasar. Maka, ini semua bertentangan dengan hikmah dilaksanakannya puasa. Sebagaimana yang Nabi ﷺ sabdakan,

والصيام جُنَّة، فإذا كان يوم صوم أحدِكُم فلا يَرْفُثْ ولا يَصْخَبْ فإن سَابَّهُ أحَدٌ أو قَاتَلَهُ فليَقل: إنِّي صائم

Puasa adalah perisai. Maka, pada hari salah seorang kalian berpuasa, janganlah ia bicara kotor dan jangan teriak-teriak (memancing keributan). Jika seseorang mencela atau memusuhinya, hendaknya ia mengatakan, ‘Aku sedang puasa.’[8]

Kesalahan ketiga: Bermalas-malasan di siang hari Ramadan

Sebagian orang menjadikan bulan Ramadan sebagai kesempatan untuk bermalas-malasan dengan alasan lemas dan kurang energi. Padahal, orang-orang yang pertama masuk Islam tidaklah demikian. Bahkan, mayoritas peperangan yang terjadi di awal-awal dakwah Islam terjadi di bulan Ramadan, seperti perang Badr (2 H), Fathu Makkah (8 H), perang Al-Qadisiyyah (15 H), dan lainnya.

Sebagian orang juga menjadikan Ramadan sebagai kesempatan untuk tidur sepanjang hari, dengan berdalil menggunakan hadis,

نوم الصائم عبادة

Tidurnya orang yang puasa adalah ibadah.[9]

Padahal, hadis ini adalah hadis lemah [10], tidak bisa digunakan sebagai dalil. Maka, orang yang puasa seharusnya memanfaatkan Ramadan sebagai penambah amal saleh yang dilakukan dengan semangat.

Kesalahan keempat: Banyak makan dan minum

Betapa banyak dari kita yang sibuk mencoba jenis-jenis makanan yang tidak muncul, kecuali pada bulan Ramadan. Sore hari yang harusnya digunakan untuk membaca Al-Qur’an, berzikir, mengingat Allah, malah digunakan sebagai waktu berburu makanan. Kemudian, pada waktu buka puasa, dia makan sekenyang-kenyangnya, sehingga salat Magrib, Isya, dan Tarawih menjadi terasa berat. Maka, tentunya sibuk berburu kuliner dan banyak makan menafikan hikmah berpuasa.

Kesalahan kelima: Kendur beribadah di akhir Ramadan

Banyak di antara kita yang menghidupkan awal hari bulan Ramadan, tetapi mulai kendur semangatnya di hari-hari terakhir. Bisa kita lihat, masjid pasti penuh ketika hari pertama Ramadan, kemudian berkurang pada hari kedua, dan seterusnya hingga 10 hari terakhir Ramadan yang harusnya momen paling krusial, malah paling sepi. Padahal, salah satu sebab mengapa kita harus semangat beribadah di bulan Ramadan adalah karena ada malam lailatul qadar. Sedangkan malam itu ada di sepuluh malam terakhir, tetapi sepuluh malam terakhir malah momen paling sepi saat Ramadan. Maka, ini merupakan cerminan ketidakpahaman kita terhadap keutamaan bulan Ramadan. Kebanyakan kita hanya ikut arus. Jika orang-orang sibuk siap-siap lebaran, kita ikut. Jika orang-orang sibuk pulang kampung, kita juga ikut repot pulang kampung. Bukan berarti maksudnya kita tidak boleh memeriahkan Idulfitri dan silaturahim kepada sanak keluarga di kampung. Maka, sepatutnya kita tetap semangat hingga akhir bulan Ramadan, bahkan harus semakin meningkat. Sehingga, ketika kita keluar bulan Ramadan, kita senantiasa istikamah melaksanakan kebiasaan baik yang telah terbentuk di bulan Ramadan.

***

Penulis: Faadhil Fikrian Nugroho

Sumber: https://muslim.or.id/92514-5-kesalahan-ketika-berpuasa-yang-sering-dilakukan.html
Copyright © 2024 muslim.or.id

Cara Mengingat Kematian Menurut Imam Al-Ghazali

Ahli taubat akan banyak mengingat kematian hingga tumbuh dan bersemi rasa takut pada Allah di hatinya, berbeda dengan orang yang sibuk urusan dunia

KEMATIAN adalah sesuatu yang pasti terjadi kepada setiap makhluk Allah Swt. Sayangnya hanya sedikit orang mau mengingat kematian.

Menurut Imam al-Ghazali, dalam mengingat kematian manusia terbagi menjadi tiga macam: Pertama, orang yang tenggelam dalam urusan dunia. Kedua, orang yang ahli taubat. Ketiga, orang yang ‘arif.

Seseorang yang tenggelam dalam dunia ia tidak akan pernah mengingat kematian. Kalaupun mengingatnya maka mereka mengingatnya dalam rangka menyayangkan dunia yang dikumpulkan dan hiruk pikuk kenikmatan di dalamnya.

Mengingat kematian dengan cara demikian justru membuatnya semakin jauh dari Allah. Meski demikian, mengingat kematian tetap memberi manfaat bagi mereka yaitu setidaknya muncuk kesadaaran akan fananya kehidupan dunia.

Hanya saja kenikmatan dan kelezatan dunia telah menguasai dirinya.

Adapun seorang ahli taubat mereka banyak mengingat kematian hingga tumbuh dan bersemi rasa takut kepada Allah di hatinya. Kadang kala terbesit di hatinya rasa tidak suka terhadap kematian, sebab kekhawatiran mereka jika kematian tiba-tiba datang di saat mereka belum menyempurnakan taubat dan menyiapkan bekal.

Rasa ketidaksukaan terhadap kematian seperti ini merupakan sesuatu yang dapat dimaafkan. Ia tidak termasuk dalam hadis Rasulullah ﷺ;

مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ

“Barangsiapa yang tidak suka bertemu Allah, maka Allah pun tidak suka bertemu dengannya.” (HR: Bukhari)

Karena sejatinya mereka bukan tidak suka bertemu Allah namun mereka takut tidak sempat menyempurnakan kekurangan dan kelalaiannya saat bertemu dengan-Nya.

Mereka seumpama seorang yang terlambat menemui kekasihnya karena sibuk menyiapkan pertemuan dengan hal-hal yang disukai sang kekasih.

Ciri orang yang demikian adalah mereka selalu menyiapkan diri untuk menghadap Allah dan tidak menyibukkan diri dengan selainnya, jika tidak demikian maka mereka termasuk orang yang tenggelam dalam urusan dunia.

Sedangkan seorang yang arif adalah mereka yang selalu mengingat kematian karena kematian bagi mereka merupakan hari pertemuan mereka dengan Kekasihnya.

Seorang yang telah jatuh cinta takkan mungkin sedetikpun melupakan hari pertemuan dengan Sang Kekasih. Sering kali mereka justru diberi umur panjang padahal mereka sangat menginginkan segera meninggalkan dunia, tempat tinggal para ahli maksiat, menetap di sisi Allah Tuhan semesta alam.

Sebagaimana yang diriwayatkan dari Hudzaifah menjelang ajalnya;

حبيب جاء على فاقة لا أفلح من ندم، اللهم إن كنت تعلم أن الفقر أحب إلي من الغنى والسقم أحب إلي من الصحة والموت أحب إلي من العيش فسهل علي الموت حتى ألقاك

“Seorang yang jatuh cinta datang dengan membawa ketidakberdayaan. Aku tidak akan selamat dari penyesalan. Ya Allah, apabila Engkau tahu bahwa kefakiran lebih aku cintai dari kekayaan, kondisi sakit lebih aku cintai dari sehat, kematian lebih aku cintai dari kehidupan, maka mudahkanlah kematianku sehingga aku bisa bertemu dengan-Mu.” (Ihya’ Ulumuddin, 4/477).

Maka seorang ahli taubat diampuni dari ketidaksukaannya terhadap kematian, sedangkan seorang arif diampuni dari kecintaannya terhadap kematian.

Menurut Imam al-Ghazali terdapat tingkatan lagi yang lebih tinggi lagi daripada itu, yaitu seorang yang menyerahkan semua urusannya kepada Allah. Ia tidak memilih untuk hidup atau mati.

Ia menjadikan apa yang dikehendaki Tuhannya sebagai sesuatu yang dicintainya. Rasa cintanya telah mengantarkannya kepada maqam berserah diri dan ridha. Itulah puncak dari seluruhnya.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kenikmatan.”  Sebab dengan mengingatnya kita mampu mempersempit kenikmatan hingga kemudian benar-benar terputus dari kebutuhan terhadapnya lalu menghadapkan diri hanya kepada Allah.

Cara Mengingat Kematian

Cara mengingat kematian adalah dengan mencoba mengosongkan hati dan pikiran dari selain mengingat kematian. Laksana seorang musafir yang hendak melakukan perjalanan melewati medan berbahaya, pastilah ia tidak akan berfikir kecuali tentangnya.

Ketika ia memulai perjalanan maka selalu terbesit kematian dalam benaknya. Maka orang yang demikian tidak mudah terpengaruh dengan dunia, sehingga tidak tersisa rasa senang dan gembira terhadap dunia kecuali sedikit.

Cara yang paling bermanfaat untuk mengingat kematian adalah dengan mengingat sahabat dan orang-orang di sekitar yang telah pergi mendahului. Mengingat-ingat bagaimana kematian mereka dan tempat tinggal mereka kini dalam gundukan tanah.

Mengingat-ingat bagaimana wajah dan bentuk mereka saat aktif dalam hiruk pikuk kehidupan dan bagaimana tanah telah menghapus keindahan bentuk dan wajahnya saat ini. Bagaimana tubuhnya telah tercerai-berai di dalam kubur.

Bagaimana istrinya menjadi janda, anaknya menjadi yatim, hartanya menjadi surut. Bagaimana masjid-masjid dan majelis-majelis sepi dari mereka, bekas dan jejak peninggalan mereka menjadi semakin menghilang.

Maka ketika seseorang mengingat keadaan orang lain yang sudah wafat dan mendetailkan keadaannya dalam pikiran seperti; bagaimana keadaan kematiannya, kefanaan bentuk tubuhnya, semangat dan obsesinya untuk terus hidup, kelengahannya dalam menghadapi kematian, ketergantungannya terhadap selain Allah, kepercayaan dirinya terhadap kekuatan dan masa mudanya, kecenderungannya terhadap tawa dan canda tanpa mewaspadai datangnya kematian yang tiba-tiba.

Bagaimana dahulu ia dapat berjalan kesana kemari namun sekarang kaki dan seluruh persendiannya telah hancur. Bagaimana dahulu ia fasih berbicara namun sekarang belatung telah menggerogoti lidahnya.

Bagaimana dahulu ia tertawa namun sekarang tanah telah menghancurkan gigi-giginya. Bagaimana sebulan terakhir ia sibuk menyiapkan apa yang tidak ia butuhkan dan lalai dari kematian hingga kematian datang dalam keadaan ia tidak menyadarinya.

Dibukalah tabir kedua matanya untuk melihat malaikat pencabut nyawa. Diperdengarkanlah telinganya dengan sebuah panggilan menuju surga atau neraka.

Maka pada saat itu ia dapat menyadari bahwa dirinya tidak jauh berbeda dengan orang yang telah meninggal, kelalainnya tidak jauh berbeda dengan kelalaian mereka dan akhir kehidupannya juga akan seperti akhir kehidupan mereka.

Abu Darda` berkata; “Apabila engkau mengingat seorang yang meninggal dunia maka persiapkanlah dirimu sebagaimana mereka.”

Ibnu Mas’ud berkata; “Orang yang bahagia (ahli surga) adalah orang yang mengambil pelajaran dari selain dirinya.”

‘Umar bin ‘Abdul Aziz berkata; “Tidakkah kalian memperhatikan bahwa setiap hari kalian mengurus jenazah dan meletakkan mereka dalam sebuah lubang di tanah beralaskan debu, meniggalkan orang yang dicintai dan memutuskan amal perbuatan.”

Dengan senantiasa merenungi hal tersebut, ditambah dengan mengunjungi kuburan dan menjenguk orang sakit maka seseorang akan terus memperbaharui ingatannya terhadap kematian hingga rasa-rasanya kematian hadir di hadapannya. Dalam kondisi tersebut kecil kemungkinan seseorang akan menggantungkan dirinya pada dunia.

Meski demikian, sebersih apapun hati manusia, pasti ia pernah senang terhadap dunia. Dalam keadaan demikian seyogyanya ia segera menyadari bahwa ia pasti akan menginggalkan dunia.

Suatu ketika Ibnu Muthi’ pernah merasa takjub dengan keindahan rumahnya lalu tiba-tiba menangis. Lantas ia berkata; “Demi Allah kalau bukan karena kematian aku pasti telah bahagia karenamu. Kalaulah bukan karena sempitnya kuburan yang akan aku tempati tentulah dunia akan menyejukkan pandangan mataku.” Lalu ia menangis dengan sangat keras.*/Auliya El-Haq, LC, pengajar STAI Luqmanul Hakim PP Hidayatullah Surabaya

HIDAYATULLAH

Peran Doa dalam Menumbuhkan Optimisme

Doa dapat menumbuhkan optimisme.

Ahli tafsir Alquran, Prof Quraish Shihab dalam bukunya “Shijab & Shihab” mengatakan ada hal penting lainnya dari doa selain hubungam dengan Allah SWT. Menurutnya, doa dapat menumbuhkan optimisme kepada mereka yang melakukannya.

Prof Quraish mengungkapkan terlepas dari  doa tersebut dikabulkan atau tidak oleh Allah SWT, doa memiliki banyak manfaat salah satunya ialah menumbuhkan optimisme. Menurutnya meskipun optimisme itu muncul hanya sesaat namun itu lebih baik daripada hidup dengan pesimisme.

Prof Quraish bahkan mengungkapkan bahwa kedahsyatan doa dalam menumbuhkan optimisme tak hanya diungkapkan oleh agamawan Islam. Tetapi peraih hadiah nobel Alexis Carrel juga pernah mengungkapkan tentang manfaat doa kepasa pasien sakit.

Carrel mengatakan bahwa sekian banyak pasiennya yang sudah dianggap tak akan sembuh dari penyakitnya. Namun dengan kekuatan doa mereka meruntuhkan penilaiannya dan mereka sembuh dari penyakitnya.

Prof Quraish memberikan saran tata cara yang sempurna dalam berdoa. Ia mengatakan berdoa harus diawali dengan memuji Allah SWT. Setelah itu, bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sebab Nabi Muhammad adalah manusia yang paling dicintai Allah SWT.

Setelah selesai memuji Allah dan membaca sholawar, kata Prof Quraish, barulah memohon kepada Allah atas dirinya dan orang lain. Disarankan agar memohon untuk kepentingan di dunian dan akhirat. Lalu hendaknya mengakhiri doa dengan ucapan Alhamdulillah dengan seakan-akan mengatakan tetap memuji Allah atas nikmat yang diberikan.

Bulan puasa Allah perintahkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 183. Kemudian pada ayat 186, Allah akan mengabulkan mereka yang berdoa.

وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ

Wa iżā sa’alaka ‘ibādī ‘annī fa innī qarīb(un), ujību da‘watad-dā‘i iżā da‘ān(i), falyastajībū lī walyu’minū bī la‘allahum yarsyudūn(a).

Artinya: “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Tafsir Tahlili dalam Quran Kemenag menjelaskan bahwa ayat ini memerintahkan agar manusia berdoa kepada Allah SWT. Namun pada akhir ayat ini, Allah juga menekankan agar manusia menjalankan perintah dan beriman agar selalu mendapatkan petunjuk.

Dalam sebuah hadis menerangkan yang berkaitan dengan doa seperti: 

 ثَلاَثَـةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: اْلإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ (رواه مسلم) 

“Tiga macam orang tidak ditolak doanya, yaitu Imam yang adil, orang yang sedang berpuasa hingga ia berbuka dan doa seorang yang teraniaya.” (Riwayat Muslim).

IHRAM

Apakah Surga dan Neraka Sudah Ada Penghuninya?

Pertanyaan:

Apakah surga dan neraka sudah ada penghuninya sekarang?

Jawaban:

Alhamdulillahi hamdan katsiran thayyiban mubarakan fihi, ash-shalatu wassalamu ‘ala alihi wa shahbihi. Amma ba’du.

Pertama perlu dipahami bahwa di antara akidah Ahlussunnah wal Jama’ah adalah meyakini adanya surga dan bahwa surga telah Allah ciptakan. Allah ‘azza wa jalla berfirman,

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS. Ali Imran: 133).

Dalam ayat yang lain disebutkan,

أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ

“Surga telah disediakan untuk orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya” (QS. An-Najm: 13-15).

Imam Qurthubi rahimahullah menjelaskan saat menafsirkan ayat ini,

وعامة العلماء على أن الجنة مخلوقة موجودة، لقوله (( أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ)). وهو نص في حديث الإسراء وغيره في الصحيحين و غيرهما

“Seluruh ulama meyakini bahwa surga telah tercipta dan telah ada sekarang. Berdasarkan firman Allah ta’ala, (yang artinya) “telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa“. Dan ini ditegaskan dalam hadis yang menceritakan tentang Isra’ Mi’raj yang terdapat dalam Shahihain maupun kitab hadis lainnya” (Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an, 5/316).

Allah ta’ala juga berfirman tentang surga, ketika menceritakan peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,

وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ 

“Dan sesungguhnya Muhammad melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) sekali lagi. Di sisi Sidratul Muntaha. Di sisi Sidrotul Muntaha ada surga, tempat tinggal orang-orang mukmin” (QS. An-Najm: 13-15).

Dan kita juga mengetahui bahwa kakek moyang kita yaitu Nabi Adam ‘alaihissalam dan istrinya dahulu tinggal di surga. Berarti surga telah ada. Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

احْتَجَّ آدَمُ وَمُوسَى عليهما السَّلَامُ عِنْدَ رَبِّهِمَا، فَحَجَّ آدَمُ مُوسَى، قالَ مُوسَى: أَنْتَ آدَمُ الذي خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَنَفَخَ فِيكَ مِن رُوحِهِ، وَأَسْجَدَ لكَ مَلَائِكَتَهُ، وَأَسْكَنَكَ في جَنَّتِهِ، ثُمَّ أَهْبَطْتَ النَّاسَ بِخَطِيئَتِكَ إلى الأرْضِ

“Nabi Adam dan Nabi Musa ‘alaihimassalam pernah berdebat di sisi Allah, ketika itu Nabi Adam berhasil mengalahkan argumen Nabi Musa. Nabi Musa berkata: “Wahai Adam, engkaulah orang yang Allah ciptakan langsung dengan Tangan-Nya, dan Allah meniupkan ruh-Nya kepadamu, dan memerintahkan para Malaikat untuk bersujud kepadamu, dan Allah juga telah memberimu kesempatan untuk tinggal di surga-Nya, kemudian engkau karena dosamu menurunkan seluruh manusia (anak keturunanmu) ke bumi.’” (HR. Muslim no. 2652)

Dalil-dalil ini serta dalil yang lainnya menunjukkan secara pasti bahwa surga telah ada dan telah Allah ciptakan.

Dengan demikian konsekuensinya surga telah ada penghuninya berupa kenikmatan-kenikmatan surga. Seperti bidadari surga, sungai-sungai, rumah-rumah, pohon-pohon, buah-buahan, minuman berupa susu, khamr, madu, pakaian sutera, perhiasan, dan kenikmatan lainnya. Dan semua ini sudah siap dinikmati bahkan sudah pernah dinikmati oleh kakek moyang kita yaitu Nabi Adam ‘alaihissalam dan istri beliau.

Allah ta’ala berfirman:

فِيْهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍغَيْرِ ءَاسِنٍ وَ أَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَ أَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِّلشَّارِبِيْنَ وَ أَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيْهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ

“Di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring. Dan di dalamnya mereka memperoleh segala macam buah-buahan.” (QS. Muhammad : 15).

Allah ta’ala berfirman:

وَحُورٌ عِينٌ . كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ

“Dan ada bidadari-bidadari yang bermata indah, laksana mutiara yang tersimpan baik” (QS. Al-Waqi’ah 22 – 23).

Sebagaimana firman Allah:

كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ

“Demikian juga kami nikahkan mereka dengan para bidadari surga” (QS. Ad-Dukhan: 54)

Allah ta’ala berfirman:

وَفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ لَا مَقْطُوعَةٍ وَلَا مَمْنُوعَةٍ

“Dan di surga terdapat buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya.” (QS. Al-Waqiah: 32-33),

Allah ta’ala berfirman,

يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ

“Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera.” (QS. Al-Hajj: 23).

Adapun penghuni surga berupa manusia, maka sekarang belum ada sama sekali. Mereka akan masuk surga kelak di hari Kiamat. Semoga kita termasuk di antaranya. 

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah menjelaskan:

أما الآن ما هو إلا الحياة البرزخية فدخول الجنة والنار مؤقت بالحساب حتى البعث يوم القيامة كلهم لكن أرواحهم لها نعيم خاص كما قال عليه السلام: ( أرواح الشهداء في حواصل طيور خضر تعلق من ثمر الجنة ) . وكذلك أرواح المؤمنين في بطون طيور خضر تعلق من ثمر الجنة فهذا نعيم روحي ؛ أما النعيم البدني والروحي معا وكذلك الجحيم فذلك لا يكون إلا بعد البعث والنشور .

“Adapun sekarang, bagi manusia yang sudah meninggal tidak ada kehidupan kecuali di alam barzakh. Surga dan neraka ditentukan oleh hisab dan hisab itu terjadi di hari Kiamat. Semua manusia demikian termasuk para Nabi. Namun arwah-arwah mereka mendapatkan nikmat khusus sebagaimana disebutkan oleh Nabi shallallahu’alaihi wasallam: “Arwahnya para syuhada ada di tembolok-tembolok burung hijau yang bertengger di pohon-pohon surga” (HR. At-Tirmidzi no.1641).

Demikian juga arwah orang-orang yang beriman, mereka ada di tembolok burung hijau yang bertengger di pohon surga. Ini adakah nikmat yang dirasakan oleh ruh mereka. Adapun nikmat yang dirasakan oleh ruh dan badan, demikian juga azab, ini akan dirasakan setelah hari kebangkitan. 

فإن الجنة ليس فيها أحد من البشر الآن وسيدخلها المؤمنون، وأول من يدخلها هو نبينا محمد صلى الله عليه وسلم، فهو أول من يقرع بابها، وأول من يؤذن له بالدخول بعد ما ينشق عنه قبره ويخرج من الأرض، فقد روى الترمذي وغيره أنه صلى الله عليه وسلم قال: أنا أول من يدخل الجنة يوم القيامة

“Maka di surga sekarang tidak ada manusia seorang pun. Dan surga akan dimasuki pertama kali oleh orang-orang yang beriman. Dan orang pertama yang akan memasukinya adalah Nabi kita Muhammad shallallahu’alaihi wasallam. Beliau yang pertama kali akan mengetuk pintu surga. Dan beliau yang pertama kali diizinkan masuk ke surga setelah kuburan beliau terbelah dan beliau dibangkitkan dari kuburnya di hari Kiamat. Dalam hadis riwayat At-Tirmidzi dan lainnya, bahwa beliau shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Aku adalah orang yang pertama kali akan masuk ke surga di hari Kiamat” (HR. Ahmad no.12469)” 

(Silsilah Huda wan Nur, no.28).

Wallahu a’lam, semoga Allah ta’ala memberi taufik. 

Washallallahu ’ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi washahbihi wa sallam.

Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom. 

***

KONSULTASI SYARIAH