Mujahid, seorang ulama era tabiin mengatakan,
لَا يَنْبَغِي لِلْوَلَدِ أَنْ يَدْفَعَ يَدَ وَالِدِهِ إِذَا ضَرَبَهُ وَمَنْ شَدَّ النَّظَرَ إِلَى وَالِدِهِ لَمْ يَبِرَّهُمَا وَمَنْ أَدْخَلَ عَلَيْهِمَا مَا يُحْزِنُهُمَا فَقَدْ عَقَّهُمَا
“Tidak sepatutnya bagi seorang anak menahan tangan ayah yang hendak memukulnya. Siapa yang melototi kedua orang tuanya tidaklah berbakti kepadanya. Siapa yang membuat sedih kedua orang tuanya sungguh telah durhaka kepadanya.” (Birrul Walidain karya Ibnul Jauzi)
Ada tiga tips yang disampaikan oleh Mujahid agar kita tergolong anak berbakti:
PERTAMA:
Tidak menangkis atau menahan tangan orang tua yang mau memukul atau mencubit kita.
Pada dasarnya tidak mungkin ortu menghukum anak secara fisik kecuali karena anak sudah melakukan tindakan yang keterlaluan.
Bakti kepada ortu adalah berupaya tidak membuat ortu kecewa.
Menahan tangan ortu yang hendak menghukum adalah bentuk membuat ortu kecewa.
Agar ortu tidak kecewa anak yang berbakti segera menyadari kesalahan yang dilakukan dan tidak menahan tangan ortu yang hendak mencubit, misalnya.
KEDUA:
Tidak melototi ortu. Melototi ortu adalah bentuk durhaka.
Sebaliknya memandang ortu dengan penuh rasa hormat adalah bentuk amal shalih, berbakti kepada ortu.
KETIGA:
Tidak membuat ortu sedih, kecewa dan menangis.
Anak yang berbakti itu gemar melakukan hal yang membuat ortu senang dan bahagia. Sedangkan anak durhaka itu melakukan tindakan yang membuat sedih ortu.
Diantara bentuk durhaka kepada ortu adalah:
- Memasukkan ortu ke panti jompo karena tidak mau merawat ortu.
- Tidak pernah mau menyuapi ortu yang tidak bisa sendiri karena merasa cukup dengan sekedar membayar pembantu untuk melakukan hal tersebut padahal anak dalam kondisi longgar.
- Tidak membezuk ortu yang sakit dengan sekedar alasan sibuk kerja.
Semoga Allah mudahkan penulis dan semua pembaca tulisan ini untuk menjadi anak yang benar-benar berbakti. Aamiin.
Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P.I.