Didiklah Anak Seperti Ini Agar tak Dzalim

Cara Mendidik Anak dalam Islam agar tak dzalim

Islam bukan saja agama yang identik dengan ibadah individual antara sang hamba dengan Allah saja, lebih dari itu umat Islam juga diajarkan mengenai menjalin hubungan terhadap manusia dan alam semesta. Untuk itu dibutuhkan pendidikan yang baik dalam upaya menjalin hubungan tersebut agar tidak menzhalimi orang lain dan alam.

Syekh Aidh Al-Qarni dalam kitab Sentuhan Spiritual menjelaskan, Allah telah memberikan amanah berupa anak-anak kepada orang tua. Untuk kebaikan anak-anak itu, Allah telah menyerukan beberapa hal dan salah satu penekanannya adalah dengan menuntut ilmu. 

Syekh Aidh mengatakan, sebelum seseorang memulai perjalanan dakwah, kehidupan, dan lika-liku perjalanan maka dia diwajibkan untuk menuntut ilmu. Dia mengajak umat Islam untuk memenuhi hati dengan iman, memenuhi anggota badan dengan keyakinan, dan memenuhi otak dan pikiran dengan ilmu dan buahnya adalah akhlak.

Allah SWT menyifati pari penuntut ilmu bahwa mreka takut kepada-Nya, berhenti dari batasan-batasan-Nya, dan merekalah yang mengawasi-Nya dalam kesunyian dan keramaian. Sehingga orang yang tidak mengawasi Allah, tidak takut kepada-Nya, dan tidak bertakwa kepada-Nya, bukanlah penuntut ilmu. 

Dalam Alquran Surah Faathir ayat 28, Allah berfirman, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama,”. 

Dijelaskan bahwa Allah juga menyifati para penuntut ilmu bahwa mereka memiliki pemahaman dalam berdakwah, pemahaman dalam agama dan berdalih dengan nash-nash seraya berfirman dalam Surah Al-Ankabut ayat 43, “Dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu,”. 

Bahkan Allah SWT tidak memerintahkan kepada para Rasul-Nya untuk berbekal kecuali dengan ilmu. Allah berfirman dalam Surah Thaahaa ayat 114, “Dan katakanlah, ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan,”. 

Syekh Aidh menekankan bahwa umat Islam yang menuntut ilmu agar senantiasa menyandingkan ilmu tersebut dengan akhlak dan berharap kemanfaatan atas ridha Allah SWT. Sebab, kata beliau, seorang hamba yang berilmu tanpa dihiasi akhlak dan juga keridhaan Allah akan menyesal. 

Ilmu yang tidak membuatmu menjaga shalat lima waktu dengan berjamaah bukanlah ilmu. Ilmu yang tidak membuatmu patuh terhadap kedua orang tua, menyambung silaturrahim, jujur dan bertanggung jawab, sesungguhnya hatinya tidak mengetahui Allah. Ilmu yang tidak diiringi dengan keadilan dan justru berlaku zhalim, sesungguhnya itu bukanlah ilmu Allah.

IHRAM

Cegah Diabetes Anak, Batasi Makanan Manis dan Perbanyak Gerakan

Dosen dari Departemen Biostatistik, Epidemiologi, Kesehatan Populasi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Lastdes Cristiany Friday Sihombing, S.Gz., MPH mengatakan, guna mencegah mencegah diabetes pada anak, bisa dilakukan melalui pengaturan pola makan sehat oleh orang tua. Hal tersebut dimulai dari menerapkan pola makan sehat sejak dini yakni di awal pemberian makanan pendamping asi (MPASI).

“Pencegahan  dimulai dari kebiasaan dan penerapan pola makan saat MPASI,” tuturnya dikutip laman UGM.

Ketika memasuki usia 6 bulan ke atas, lanjutnya, anak diperkenalkan dengan makanan padat termasuk kandungan tambahan pangan seperti gula dan garam. Di usia tersebut orang tua diharapkan bisa mengatur pemberian gula dan garam dengan bijak sebatas untuk memperkenalkan kedua rasa tersebut.

“Anak-anak kalau dikenalkan dengan rasa yang signifikan baik asin, manis, maupun gurih akan cenderung ketagihan memilih makanan tersebut sehingga orang tua harus bisa mengatur atau membatasi konsumsi gula garam pada anak. Sebab, jika anak sudah terbiasa mengonsumsi gula maupun garam akan terbawa sampai dewasa dan sulit dihilangkan,” paparnya.

Menurut Lastdes Cristiyani, orang tua bisa mengedukasi anak dalam memilih jajanan atau snack sehat saat berada di luar rumah atau sekolah. Sebab, tidak dipungkiri anak-anak saat ini tumbuh dalam paparan tinggi akan jajanan kekinian yang banyak mengandung gula maupun garam serta kemudahan akses memperoleh berbagai makanan tersebut. 

Anjuran konsumsi gula yang disarankan WHO untuk orang dewasa adalah 4 sendok makan per hari. Sementara pada anak-anak dengan jumlah lebih kecil yakni 6 sendok teh per hari.

Sedangkan anjuran konsumsi garam bagi orang dewasa adalah 1 sendok teh per hari dan untuk usia lebih muda atau anak-anak kebutuhan garam per harinya lebih sedikit dari orang dewasa.

Selain mengatur pola makan sehat dengan membatasi konsumsi gula garam, diabetes pada anak dikatakan Lastdes Cristiany bisa dicegah dengan mengenalkan serta membiasakan anak untuk melakukan aktivitas fisik atau olahraga.

Tak hanya bisa mencegah diabetes, aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur bisa mendorong pertumbuhan dan metabolisme tubuh anak menjadi lebih baik.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat kasus diabetes pada anak meningkat signifikan pada tahun 2023. Kasus diabetes anak meningkat hingga 70 kali lipat sejak tahun 2010 lalu.

Di tahun ini ada sebanyak 1.654 anak dan remaja yang tersebar di 13 kota Indonesia merupakan pasien diabetes. Data Indonesian Report Card On Physical Activity for Children & Adolescents 2022 menunjukkan aktivitas jasmani anak-anak di Indonesia termasuk rendah.

Dalam laporan tersebut disebutkan kurang dari 20 persen jumlah populasi anak-anak yang memenuhi kebutuhan aktivitas jasmani. “Kondisi pandemi kemarin juga membuat anak-anak tidak banyak melakukan aktivitas luar ruangan dan kurang gerak. Ini mungkin juga menjadi salah satu faktor yang meningkatkan angka diabetes pada anak di tanah air,” tuturnya.*

HIDAYATULLAH

13 Rekomendasi Game Islami Anak, Serunya Belajar Agama lewat Permainan!

Jangan salah, game Islami anak ini membuat Si Kecil cinta agama dan mengasah kemampuannya lho!

Dalam perkembangan dunia teknologi saat ini, banyak orang tua yang memilih game Islami anak. Salah satunya untuk mengenalkan Islam dengan cara yang lebih menarik.

Cara ini dipilih oleh para orang tua untuk memberikan informasi terkait keislaman, sekaligus juga mengembangkan kemampuan belajarnya.

Jurnal Informatika Merdeka Pasuruan mencatat, terdapat banyak fitur game yang tidak hanya sebagai hiburan, namun juga dapat untuk mengasah daya pikir dan logika untuk anak usia dini.

Rekomendasi Game Islami Anak

Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini anak memiliki keterkaitan dengan penggunaan gadget, salah satunya untuk mencari hiburan dengan bermain game.

Untuk meminimalisir game yang memberikan konten negatif, orang tua dapat memilihkan dan mengenalkan game Islami anak untuk dimainkan oleh Si Kecil.

Ini tentunya akan memberikan keamanan dan nyaman untuk anak, dan juga tidak membuat orang tua was-was. Malah, anak juga bisa meningkatkan keimanan lewat game ini.

Dapat digunakan secara online dan juga offline, beberapa rekomendasi game Islami anak ini bisa menjadi pilihan bagi pengguna iOS maupun Android.

1. Marbel Muslim Kids

Game ini memiliki konten yang sangat bervariasi dan edukatif untuk anak-anak. Di dalamnya terdapat belajar cara wudhu, belajar huruf hijaiyah, belajar shalat, hingga mengenal para nabi.

Game ini sangat menarik bagi anak karena dilengkapi dengan animasi, musik, dan narasi yang menarik sehingga akan membantu bahkan anak yang belum lancar membaca.

Ini dapat digunakan untuk melatih ketangkasan, kecerdikan, serta mengasah otak dan daya ingat anak. Game Islami anak ini dapat digunakan untuk anak berusia 2 sampai 8.

2. Moslem Kids Puzzle

Permainan puzzle bernuansa ini menghadirkan konten yang sangat menarik bagi anak-anak. Orang tua dapat memilih gambar, tingkat kesulitan dan tingkat permainan yang sesuai dengan usia dan kemampuan anak.

Game sederhana ini mudah dioperasikan, dengan lebih dari 20 gambar bertema Islami seperti huruf hijaiyah, masjid, serta gambar lain seperti hewan.

Game ini bertujuan untuk mengasah ketrampilan kognitif, pemecahan masalah, sosial, dan motorik halus anak melalui permainan.

3. Rumah Amalia

Game ini memiliki sub-judul Fastabiqul Khairaat, yaitu sesuai dengan artinya untuk mengajarkan anak berlomba-lomba dalam kebaikan.

Melalui game yang dikembangkan pada tahun 2013 ini, anak akan dilatih untuk melakukan berbagai perilaku yang baik seperti seperti berdoa setiap saat, rajin belajar, merapikan tempat tidur sendiri.

Juga mengajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya, berbakti pada orang tua, dan memiliki akhlak yang baik.

4. Game Edukasi Belajar Iqro

Belajar Iqro kini semakin menyenangkan melalui game Islami anak ini. Game ini, memiliki gambar berwarna-warni dan audio untuk memudahkan anak belajar.

Anak juga dapat belajar membaca huruf hijaiyah mulai dari tingkatan yang paling mudah, yaitu Iqro 1 hingga pengenalan awal terhadap Alquran pada Iqro 6.

5. Marbel Doa Islam

Ini adalah game yang dikembangkan oleh Educa Studio yang berisi kumpulan doa dan zikir. Doa yang ada dalam game ini sangat lengkap, mulai dari doa shalat hingga doa dalam kehidupan sehari-hari.

Terdapat lebih dari 30 macam doa termasuk doa makan, doa tidur, doa masuk dan keluar kamar mandi, serta doa-doa lainnya.

Doa-doa tersebut ditampilkan dalam huruf Arab dan huruf latin lengkap beserta artinya. Game ini juga dilengkapi dengan bantuan audio untuk membantu cara pengucapan bagi anak.

6. Game Anak Sholeh

Berisi permainan edukatif, game ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan anak, dengan metode pembelajaran Islami yang menarik untuk anak.

Game ini berisi berbagai konten mulai dari tata cara wudhu, sholat, mengenalkan huruf hijaiyah kepada anak, serta konten eduktaif lainnya.

Orang tua tidak perlu khawatir dengan kehadiran iklan-iklan yang tidak layak dilihat anak, karena game ini bebas iklan dan juga dilengkapi dengan fitur pendamping anak saleh.

7. Islamic Girl Puzzle Toddlers

Seperti namanya, game ini dibuat untuk anak perempuan dengan gambar latar belakang yang sangat Islami.

Game ini berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi anak melalui fitur suara dan visual. Dibuat dengan tampilan yang menarik bagi anak, sehingga game ini akan sangat menghibur bagi mereka.

Puzzle ini dapat dimainkan anak usia 2-3 tahun dengan cara yang mudah, yakni melalui petunjuk tombol yang ada dalam permainan.

8. Game Tajwid Petualangan

Game ini dapat membantu anak untuk belajar tajwid agar lebih lancar membaca Alquran dengan cara yang menarik. Dapat dimainkan dengan mudah, ini cocok menjadi sarana belajar sekaligus bermain.

Caranya, baca petunjuk permainan kemudian selesaikan misi. Dalam game ini juga terdapat contoh bacaan yang bisa dikumpulkan dalam menu koleksi.

9. Muslim Millionaire

Jika orang tua ingat kuis Who Wants to be a Millonaire, ada game yang mirip namun dengan versi Islami. Game ini memiliki banyak tentang pertanyaan seputar Islam dan terbagi menjadi 5 level.

Dari Level 1 sampai 3 masing-masing berisi 15 pertanyaan. Selain itu, ada juga level extreme yang terdiri dari 100 pertanyaan dan level 2 extreme yang memiliki 150 pertanyaan.

10. Soleh Super Jump

Kalau game Islami anak yang ini lebih besar kepada unsur hiburan dan ketangkasan. Sebab, ini mirip dengan game petualangan yang terkenal, Mario Bros.

Ini adalah game buatan Indonesia bisa dimainkan melalui karakter bernama Soleh. Akan ada berbagai tantangan yang harus dilewati oleh pemain hingga bisa menyelesaikan satu misi.

11. Cerdas Cermat Islami

Game Islami anak selanjutnya ini memuat konten pendidikan yang sekaligus bisa dijadikan sebagai sarana untuk mendalami agama Islam.

Game ini hadir dengan antarmuka interaktif yang siap mengasah otak anak mengenai Islam melalui lebih dari 1.000 soal.

Beberapa soal yang terdapat dalam game Islami anak ini memiliki tema beragam seperti sholat, tauhid, wudu, puasa, sejarah, zakat, dan fikih.

12. Kuis Agama Islam

Sesuai dengan namanya, game ini menyediakan lebih dari 700 pertanyaan dari 5 kategori yang disediakan untuk dijawab.

Dengan game ini, anak akan dipaksa untuk menjawab dengan cepat karena ada waktu yang telah ditentukan. Menariknya, anak bisa mengetahui nilai sendiri dan nilai pemain lain secara online.

Jadi, jika anak tipe orang yang kompetitif, game anak Islami ini akan menambah semangat untuk bermain game ini sampai mendapatkan peringkat pertama.

13. TTS Islami 2019

Ada juga game TTS Islami 2019 yang akan cocok untuk penggemar Teka-Teki Silang. Meski termasuk game Islami anak, game ini bisa dimainkan untuk semua usia.

Wawasan tentang Islam sangat dibutuhkan untuk bisa menyelesaikan soal-soal yang ada di game ini. Meski begitu, game ini termasuk ringan sekali untuk kapasitas memori handphone.

Dari sederet rekomendasi game Islami anak ini, mana yang akan Moms pilih untuk diberikan kepada Si Kecil? Cerita di kolom komentar yuk!

ORAMI

4 Posisi Anak dalam Al-Quran

BAGAIMANA sebenarnya posisi anak dalam Al-Quran?

Bisa kita bayangkan gimana jadinya apabila di dunia ini tidak ada anak-anak? Hanya orang dewasa dan orang tua saja, sepertinya kita tidak akan mendengar suara tangisan, rengekan, manjanya anak-anak kepada ibu dan ayahnya, pertanyaan yang mengagumkan juga menggemaskan. Tanpa mereka (anak-anak) dunia ini terasa hampa dan renta.

Perlu kita ketahui, hadirnya seorang anak merupakan anugerah terindah yang Allah berikan. Dalam islam posisi anak-anak berada di tempat mulia, bahkan sudah sering kita dengar anjuran islam kepada umatnya bisa memiliki banyak anak melalui pernikahan, karena sejatinya banyak anak, banyak rezeki, anugerah, dan kebahagiaan.

Tapi, tidak sedikit orang mengeluh karena banyak anak dan keadaan ekonomi yang kurang, seharusnya jangan di keluh kesahkan, boleh sekarang merasa rumit tapi anak tetap membawa rezekinya masing-masing. Kemudian, memperlakukan anak dengan keras ia bukan orang dewasa perlu kelembutan, keramahan, kasih sayang dan perhatian. Adapun anak menurut al-quran:

Posisi Anak dalam Al-Quran: Perhiasan atau kesenangan

Allah berfirman yang artinya, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan,” (QS. Al-kahfi: 46).

Dalam Al-quran sudah di jelaskan harta dan anak merupakan kesenangan, keduanya memiliki kekuatan besar yang dapat memberikan kesenangan kepada seseorang. Harta dan anak memang fana bisa mengecewakan dan tidak abadi. Dengan begitu, agar bisa maslahat dunia akhirat harus bisa memperlakukan ke duanya dengan baik.

Harta jangan kita sombongkan tapi syukuri dan jangan lupa berbagi, begitupun dengan anak perlakukan dengan kasih sayang, perhatian, dan beri tentang pengetahuan agama agar kelak menjadi waladun sholihun, kemudian bisa mengangkat derajat orang tua di dunia dan akhirat.

Posisi Anak dalam Al-Quran: Anak bisa menjadi cobaan

Seperti pembahasan di poin pertama, anak membutuhkan perlakuan yang baik, tidak sedikit anak menjadi durhaka, kurang sopan dan membuat orang tua jengkel ingin membentaknya.

Ini merupakan sebuah cobaan yang memang kurang keimanan. Dengan begitu, didiklah anak sebaik mungkin jangan sampai keliru karena di hari nanti orang tua pun akan di pertanggung jawabkan perihal mendidik anaknya.

Posisi Anak dalam Al-Quran: Anak adalah penyejuk dan penentram hati.

Sebagaimana Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan orang-orang yang berkata, “Ya tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Al-Furqan: 74).

BACA JUGA: 5 Potensi Anak bagi Orangtua dalam Alquran

Dengan begitu selaku orang tua jangan lupa untuk memberi asupan-asupan yang baik yaitu ilmu dan iman sehingga kelak anak tersebut menjadi berbakti dan menyejukkan hati bagi orang tua dan yang lainnya.

Posisi Anak dalam Al-Quran: Anak adalah amanah

Segala sesuatu yang ada di dunia dan yang kita miliki adalah amanah termasuk anak. Lantas harus bagaimana? Jaga dengan baik, jangan sampai keluar dari aturan-aturan yang sudah Allah tentukan. Anak merupakan harapan besar kita da termasuk nikmat besar yang tidak seharusnya kita sia-siakan, jika begitu akan menjadi fitnah yang pedih.

Maka dari itu, untuk para orang tua dan calon orang tua, semoga bisa mendidik anak dengan penuh kasih, membekali nya dengan iman dan takwa agar kelak tumbuh menjadi anak yang baik, hormat, ber,manfaat dan sukses menyejukkan hati keluarga dan yang lainnya. []

ISLAMPOS

Anak 13 Tahun Asal Sumut Juara Musabaqah Hafalan Alquran Internasional

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam Kemenag, Prof Kamaruddin Amin, menyampaikan, bangga atas capaian Zahran Auzan yang berhasil mendapatkan juara 2 pada Musabaqah Hafalan Alquran (MHQ) Tingkat Internasional di Arab Saudi. Zahran adalah hafiz cilik berusia 13 tahun asal Langkat, Sumatera Utara.

“Alhamdulillah, satu lagi prestasi internasional diraih anak kita. Prestasi ini mengharumkan nama bangsa,” kata Kamaruddin melalui pesan tertulis yang diterima Republika, Kamis (22/9/2022).

Dirjen Bimas Islam Kemenag memberikan ucapan selamat atas prestasi membanggakan yang dirai  Zahran. Kemenag berharap prestasi buah hati orang tua yakni Ismudin dan Aminatun Zahriah ini terus bertambah.

“Semoga prestasi berikutnya akan menyusul. Kami turut berbangga, bahagia, dan bersyukur,” ujar Kamaruddin yang juga Guru Besar Ilmu Hadis UIN Alauddin Makassar.

Kasubdit Lembaga Pengembangan Tilawah dan Musabaqah Alquran dan Al-Hadits Kementerian Agama (Kemenag), Rijal Ahmad Rangkuty, mengatakan, bangga Zahran yang berusia 13 tahun mampu sejajar dengan delegasi dari negara lain. Zahran menyisihkan peserta yang berasal lebih dari 50 negara. Semoga menjadi motivasi bagi semua untuk terus belajar dan tidak lelah berikhtiar.

Rijal menambahkan, bimbingan dan pembinaan yang diberikan orang tua Auzan dan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Provinsi Sumatera Utara bisa diteladani daerah lain. Menurutnya, capaian Zahran menjadi bukti pentingnya pendidikan sejak dini.

Pada cabang 30 juz MHQ Internasional Tahun 2022 di Arab Saudi, juara 1 diraih Achmad Achiri asal Maroko, juara 2 Zahran Auzan asal Indonesia, juara 3 diraih Abdoulie Njie asal Gambia. Juara 1 berhak mendapatkan uang pembinaan 200.000 riyal, juara 2 mendapatkan 185.000 riyal, dan juara 3 mendapatkan 170.000 riyal.

Selain Zahran, hafiz asal Jawa Timur, Imaduddin Rajaby mengikuti cabang 15 juz. Pakar Qiro’at Sab’ah asal Cirebon, KH Ahsin Sakho Muhammad juga menjadi Dewan Hakim pada musabaqah internasional yang diikuti lebih dari 50 negara ini.

IHRAM

Doa Nabi Zakaria yang Inginkan Keturunan

Alquran mengisahkan Nabi Zakaria sudah sangat tua dan istrinya juga mandul, kemudian Nabi Zakaria berdoa agar diberi keturunan. Allah SWT kemudian menjawab doanya dengan mengatakan bahwa mudah bagi-Nya untuk memberi seorang putra, karena tidak ada yang sulit bagi Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam Surah Maryam Ayat 9-10 dan tafsirnya.

قَالَ كَذٰلِكَۗ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَّقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْـًٔا

Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, ”Hal itu mudah bagi-Ku, sungguh, engkau telah Aku ciptakan sebelum itu, padahal (pada waktu itu) engkau belum berwujud sama sekali.” (QS Maryam: 9).

قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِّيْٓ اٰيَةً ۗقَالَ اٰيَتُكَ اَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلٰثَ لَيَالٍ سَوِيًّا

Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” (Allah) berfirman, “Tandanya bagimu ialah bahwa engkau tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama (tiga hari) tiga malam, padahal engkau sehat.” (QS Maryam: 10).

Dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama, ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Zakaria akan dianugerahi seorang putra, walaupun ia sudah sangat tua dan istrinya mandul. Sebab memberinya putra adalah hal mudah bagi Tuhan.

Kalau Allah mampu menciptakan Adam dari yang tidak ada sama sekali kemudian menjadi ada, maka menciptakan seorang anak dari yang ada, yaitu Zakaria dan istrinya adalah lebih mudah bagi Allah.

Beberapa firman Allah berikut ini menunjukkan bahwa tidak ada kesulitan sedikitpun bagi Allah untuk menciptakan segala yang dikehendaki-Nya.

“Tidakkah engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa yang di langit dan di bumi? Sungguh, yang demikian itu sudah terdapat dalam sebuah Kitab (Lauhul Mahfudz). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah.” (Al-Hajj: 70)

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah memulai penciptaan (makhluk), kemudian Dia mengulanginya (kembali). Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.” (QS Al-‘Ankabut: 19)

Kemudian Nabi Zakaria memohon kembali kepada Allah supaya diberi tanda-tanda bahwa anaknya itu segera akan dilahirkan, agar hatinya tambah tenteram dan rasa syukurnya bertambah dalam.

Beliau berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda yang dapat menambah ketenteraman hatiku tentang terlaksananya janji engkau itu.”

Hal seperti ini pernah terjadi pula pada Nabi Ibrahim ketika ditanya, “Apakah engkau belum percaya bahwa Allah kuasa menghidupkan yang telah mati?” Beliau menjawab, “Sungguh aku percaya, akan tetapi aku bertanya supaya bertambah tenteram hatiku.”

Sebagaimana tersebut dalam firman Allah, “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, ‘Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.’ Allah berfirman, ‘Belum percayakah engkau?’ Dia (Ibrahim) menjawab, ‘Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).’ Dia (Allah) berfirman, ‘Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.’ Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (QS Al-Baqarah: 260)

KHAZANAH REPUBLIKA

5 Kedudukan Anak dalam Al Quran, Kapan Berubah Jadi Cobaan?

Kedudukan seorang anak bagi kedua orang tua dalam ajaran Islam telah diterangkan melalui sejumlah ayat dalam Al Quran. Setidaknya ada 5 kedudukan yang ditempati oleh seorang anak.

Anak sendiri menurut pandangan Islam adalah amanah yang diletakkan pada pundak orang tua. Rasulullah SAW pernah menyebutkan dalam haditsnya tentang kondisi anak yang terlahir suci dan kedua orang tuanyalah penentu keadaannya,

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ

Artinya: “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (HR Bukhari dan Muslim).


Sebab itulah, setiap orang tua sudah sepatutnya menjaga amanah dari Allah SWT tersebut dengan sebaik mungkin. Adapun kedudukan anak di hadapan orang tuanya yang dijelaskan dalam Al Quran adalah sebagai berikut,
5 Kedudukan anak bagi orang tua dalam Al Quran

1. Kesenangan hidup (perhiasan) di dunia

Kedudukan anak yang pertama adalah kesenangan hidup atau perhiasan di dunia bagi kedua orang tuanya. Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 14,

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ

Artinya: “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”

Ayat di atas menjelaskan tentang kesenangan hidup yang Allah hadirkan kepada tiap hambaNya. Melansir dari laman resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI), kedudukan anak sebagai kesenangan hidup diartikan sebagai respons alami manusia ketika memiliki seorang anak.


2. Penerus garis keturunan

Kedudukan anak bagi orang tua selanjutnya dianggap sebagai penerus garis keturunan dan cita-cita hidup dari kedua orang tuanya. Sebab itulah, cara mendidik anak yang baik memegang penting bagi orang tua.

Hal ini dikabarkan dalam salah satu firmanNya surat Al Baqarah ayat 133 yang berbunyi,

أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

Artinya: “Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.”


3. Penyejuk perasaan

Kedudukan anak sebagai penenang dan penyejuk perasaan dijelaskan dalam surat Al Furqan ayat 74,

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

Artinya: Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”

Ayat di atas berisi bunyi bacaan doa yang dipanjat sepasang orang tua kepada Allah SWT Allah agar diberikan keturunan. Melalui ayat tersebut diketahui, kelahiran anak dalam sebuah keluarga mampu menjadi penenang hati dan menyejukkan perasaan orang tuanya.

4. Cobaan atau fitnah

Anak juga dapat berkedudukan sebagai cobaan atau fitnah Kedudukan anak sebagai cobaan atau fitnah. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al Anfal ayat 28, Allah SWT berfirman,

وَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْم

Artinya: “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.”

Kedudukan anak menjadi cobaan dan fitnah bagi orang tua dijelaskan oleh Cendekiawan Muslim Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah. Hal ini terjadi saat orang tua memiliki dorongan atas dasar cinta kepada anak yang membuat mereka melanggar ketetapan Allah SWT.

Selain itu, anak sebagai cobaan diartikan sebagai cara Allah menguji hambaNya. Hal ini ditujukan untuk melihat apakah mereka mampu merawatnya dengan baik.


5. Musuh

Kedudukan anak pun bisa menjadi musuh bagi orang tuanya. Allah SWT berfirman dalam surat At Tagabun ayat 14,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ ۚ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Makna dari ayat di atas dapat ditelisik melalui sebab turunnya atau asbabun nuzul. Sebuah riwayat yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas dalam kitab tafsir Al-Qur’an al-Adhim, Ibnu Katsir mengatakan ayat tersebut turun karena persoalan sebagian dari penduduk Makkah yang ingin berhijrah tetapi dihalangi istri dan anak-anak mereka.

Setelah mereka berhasil hijrah, mereka kemudian menemukan teman-teman yang telah lebih dahulu hijrah serta memiliki pengetahuan mendalam mengenai Islam. Saat itulah timbul penyesalan pada istri dan anak-anak mereka yang menjadi penyebab ketertinggalan mereka dalam memeluk Islam.

Jadi, makna dari ayat di atas dapat diartikan sebagai berikut. Kedudukan anak bisa menjadi musuh orang tuanya ketika mereka menjadi sebab penghalang kedua orang tuanya dalam mengikuti ketetapan Allah SWT.

DETIKHIKMAH

Alasan Mengapa Kita Diminta Ajari Anak Sholat Usia 7 Tahun

Rasulullah SAW menganjurkan kita mengajari anak sholat usia 7 tahun.

Rasulullah SAW telah menyampaikan bahwa usai mengajarkan anak belajar agama (sholat) ketika sudah tujuh tahun. Jika belum genap tujuh tahun anak tidak boleh dituntut untuk bisa belajaran agama kecuali hanya memperkenalkannya.

“Karena pada usia inilah anak sudah mampu menerima perintah atau sudah paham menerima perintah yang disebut dengan istilah mumayyiz. Karena di usia ini kritis dan cerdas,” kata Dr H Abdul Majid Khon dalam bukunya “Hadis Tarbawi. Hadis-Hadis Pendidikan”.

Demikian juga pada usia ini, kata Abdul, anak didik diperkirakan sudah mampu belajar sholat dengan baik, sudah mulai mengenal bacaan dan gerakan gerakan sholatdengan baik. Kalau pada usia sebelumnya anak hanya ikut-ikutan, pada usia ini sudah mulai mampu belajar sholat dengan baik.   

“Usia secara kebetulan sama dengan usia anak sekolah dipedomani dalam penerimaan masuk sekolah formal di sekolah tingkat dasar titik konsekuensinya anak yang telah mampu belajar sholat dengan baik berarti pula ia telah menerima hukuman jika meninggalkannya.

Tugas belajar mengajar adalah tugas suci dan tugas kewajiban bagi semua orang. Orang yang belum tahu ilmu tugasnya wajib mencari atau belajar dari orang berilmu dan tugas orang berilmu adalah mengajarkan ilmunya kepada orang yang belum tahu.  

Singkatnya, kata Abdul orang yang belum tahu wajib belajar dan orang yang sudah tahu wajib mengajar. Guru dan murid harus ada kerjasama yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dengan metode pendekatan dan model yang relavan.  

عن عمرو بن شعيب، عن أبيه، عن جده -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: مُرُوا أولادَكم بالصلاةِ وهم أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، واضْرِبُوهُمْ عليها، وهم أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ في المَضَاجِعِ 

Dari Amr Bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat sedang mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena tinggal sholat sedang mereka berusia 10 tahun dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya.”

Hadits ini, kata Abdul, menjelaskan bagaimana mendidik agama pada anak-anak, pendidikan agama diberikan kepada anak sejak kecil, sehingga nanti usia dewasa perintah-perintah agama dapat dilakukan secara mudah dan ringan. 

Di antara perintah agama yang disebutkan dalam hadis ada tiga perintah yaitu perintah melaksanakan sholat, perintah memberikan hukuman pemerintah memberikan hukuman bagi pelanggarnya dan perintah mendidik pendidikan seks. 

Menurut Abdul, perintah di sini maknanya dilakukan secara tegas, sebab pada umumnya perintah sholat sebenarnya sudah dilakukan orang tua sejak sebelum usia tersebut. 

Anak-anak sejak usia empat tahun atau lima tahun sudah diajak orang tuanya melaksanakan sholatbersama-sama. 

Anak-anak melakukannya walaupun dengan cara ikut-ikutan atau menirukan gerakan-gerakan sholat. 

Anak pada usia ini, kata Abdul, sekadar ikut-ikutan, belum melakukannya secara baik, baik gerakan-gerakannya maupun bacaannya. Anak-anak kadang mau melakukannya dan kadang-kadang tidak mau melakukannya.  

“Nah setelah usia anak mencapai tujuh tahun perintah orang tua hendaknya secara tegas tidak seperti pada saat usia dibawah tujuh tahun,” katanya. 

Perintah sholat, kata Abdul, berarti pula perintah mengajarkan cara sholat, karena tidak mungkin anak hanya diperintahkan sholat sementara dia belum bisa melakukannya. Dalam riwayat Al-Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:

عَلِّمُوا الصَّبِيَّ الصَّلَاةَ لِسَبْع سِنِينَ “Ajarkan anak-anak sholat sedangkan dia berumur tujuh tahun.” Hadits ini perintah mengajarkan sholat pada anak-anak tentang syarat-syarat, rukun-rukun dan beberapa sunnah dalam shalat. Al-Alaqiy dalam syarah al-Jami’ al-Shaghir mengatakan.  

“Orang tua hendaknya mengajarkan apa yang dibutuhkan dalam sholat seperti syarat dan rukunnya. Orangtua hendaknya perintah melaksanakan sholatsetelah diajarkannya. Upah pengajaran diambil dari harta anak jika punya harta dan jika tidak punya upahnya dibebankan pada awalnya.”

KHAZANAH REPUBLIKA

Pentingnya Pendampingan Orang Tua Pada Anak dalam Bermedia Sosial

Berdasarkan laporan resmi dari We Are Social  yang bertajuk Digital 2021, pengguna internet  Indonesia mencapai 202,6 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 15,5 persen atau 27 juta jiwa jika dibandingkan pada Januari 2020 lalu. Jadi, penetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 73,7 persen.

Begitu pula dengan data dari Kementrian Komunikasi dan Informatika, yang mencatat penggunaan pengguna ponsel pintar mencapai 167 juta orang atau sekitar 89% dari total penduduk Indonesia. Jumlah angka yang sangat fantastis.

Anak-anak adalah pengakses internet yang besar di Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat bahwa pada 2019 lalu, tercatat 48,2% anak-anak Indonesia yang berusia 7-17 tahun mengakses internet. Dari jumlah tersebut, 75,8% anak-anak yang mengakses internet menggunakannya untuk media sosial.

Sebanyak 74,7% anak-anak mengakses internet untuk hiburan. Ada pula 54,2% anak-anak yang mengakses internet untuk proses pembelajaran. Kemudian, 51,7% anak-anak mengakses internet untuk mendapatkan informasi atau berita.

Angka-angka ini menunjukkan bahwa anak Indonesia terbilang gemar menggunakan internet dan gawai. Terlebih era pandemi ini. Semua serba menggunakan online. Sekolah online, belajar online, dan acara sekolah pun online. Hal ini membuat anak lebih leluasa menggunakan handphone miliknya.

Namun, itu menjadi sebuah simalakama. Pasalnya, warga Indonesia menurut laporan Digital Civility Index yang dirilis Microsoft, pada Februari 2021 menyebutkan Indonesia ditempatkan sebagai negara dengan tingkat kesopanan pengguna internet terendah di Asia Tenggara. Nitizen Indonesia, terkanal paling tidak sopan di media sosial.

Tentu ini menjadi sesuatu yang sangat mengkhawatirkan. Ini juga alasan penting pendampingan dari orang tua pada anak dalam berinteraksi dengan internet. Agar tak jatuh dalam konten yang mengandung kekerasan, pornografi, dan hal-hal buruk lainnya.

Nah berikut kiat agar anak terjerumus dalam konten yang mengandung kemudharatan di media sosial. Pertama, orang tua harus mengawasi anak dalam bermain handphone. Tak bisa dipungkiri, era internet ini pengawasan terhadap anak dari orang tua merupakan suatu keniscayaan. Pasalnya, orang tua bertanggungjawab penuh terhadap anaknya, terlebih anak yang belum berumur dewasa.

Pada sisi lain, anak merupakan perhiasan bagi orang tua. Anak merupakan pelengkap bagi keluarga. Untuk itu, kehadiran anak penting bagi keluarga. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah pada surat al Kahfi, ayat   disebutkan bahwa anak adalah perhiasan dalam kehidupan dunia.

ٱلْمَالُ وَٱلْبَنُونَ زِينَةُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱلْبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”

Ada juga firman Allah yang ada dalam Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran, ayat 14 sebagai berikut:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ

Artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”

Dengan demikian, layaknya  perhiasan dan mutiara, anak harus dijaga sebagaimana kita menjaga harta dan perhiasan kita. Tak ada orang yang ingin kehilangan barang berharga seperti perhiasan dan emas. Pun, seyogianya kita menjaga anak-anak agar tak terjerumus dalam keburukan internet.

Kedua, orang tua memberikan suri teladan yang baik bagi anak. Keluarga adalah sekolah kehidupan pertama bagi anak. Jika dalam membangun keluarga dengan baik, niscaya akan memberikan pengaruh yang baik ke depan bagi anak.

Keteladanan yang ditampilkan orang tua sudah terbukti berhasil dalam membentuk aspek moral dan spiritual dalam diri anak. Tak bisa dinistakan bahwa kedua orang tua  merupakan sosok dan figur yang selalu ditiru tindak-tanduknya oleh anak-anak mereka.

Jika orang tua menampilkan akhlak dan budi yang luhur, maka anak akan senantiasa menirunya. Jika ayah menampilkan wajah seorang yang berbudi luhur, maka anak akan terpengaruh. Bila ibu menampilkan, sosok perempuan yang mendidik dengan cinta dan kasih sayang,  itupun akan berpengaruh pada anak.

Suri teladan dari orang tua itu, akan senantiasa diingat oleh anak. Terutama ketika anak dilepas ke dunia sosial, terlebih saat anak menggunakan medium internet untuk mengakses media sosial. Sedikit banyak, wejangan dari orang tua akan senantiasa ia ingat, agar tidak terpengaruh mengakses konten yang jelek. Maka dari itu perlulah pendampingan dari orang tua untuk anak dalam bermedia sosial.

BINCANG MUSLIMAH

Jangan Telantarkan Anak, Kelak Orang Tua Butuh Doa

Setiap orang tua wajib mendidik dan menjaga anak-anaknya dengan baik. Hal ini karena yang dibutuhkan orang tua setelah wafat adalah doa yang tulus dari anak-anaknya.

“Sungguh doa tulus mereka, “Rabbighfirli wa liwalidayya…” kelak setelah kita wafat, jauh lebih berharga dibanding seluruh kesibukan duniawi kita saat ini,” kata Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi’i Jember, Ustadz Abdullah Zaen Lc.,MA dalam keterangan tertulisnya kepada Republika

Ustadz mengungkapkan, manusia hidup di zaman yang jauh berbeda dibanding masa ayah dan kakeknya terdahulu. Satu hari saja orang tua melalaikan anak, bisa puluhan pemahaman rusak masuk ke otak anak. Puluhan atau ratusan tontonan tak pantas menyasar mata anak. Puluhan aktivitas tidak bermanfaat menyibukkan waktu anak.

“Bagaimana bila kita melalaikan anak kita selama berbulan-bulan, tanpa ada nasehat, wejangan dan arahan?,” ucap Ustadz. 

“Wahai para orang tua, kebutuhan mendesak anak kita bukanlah baju baru, gadget tercanggih, uang saku yang banyak atau warisan yang melimpah ruah. Namun yang dibutuhkan mereka adalah penanaman kecintaan kepada Allah dan selalu merasa diawasi oleh-Nya. Galilah potensi kebaikan anak, lalu rawatlah dan kembangkanlah potensi tersebut. Kenali potensi keburukan anak, lalu obatilah, minimalisirkanlah dan cabutlah,” lanjut Ustadz.

Ustadz Abdullah mengatakan, hendaknya para orang tua, tak beralasan tidak punya waktu. Para sahabat dahulu pergi berjihad berbulan-bulan ke seantero dunia, lalu mereka pulang menemui keluarga mereka. Mendidik putra-putri mereka, serta mewariskan iman dan akhlak.

“Jangan beralasan ini dan itu. Anak memerlukan ketegasan sang ayah dan kelembutan sang ibu. Keduanya sangat dibutuhkan anak. Jangan berdalih sibuk mencari nafkah. Apalah gunanya nafkah yang menghasilkan generasi yang kosong dari prinsip keimanan dan akhlak mulia,” kata Ustadz Abdullah. 

Zaman ini begitu berbeda, sebagian anak terlantar pendidikannya. Mereka membutuhkan perhatian orang tuanya, berlipat-lipat melebihi perhatian yang didapatkan dahulu dari orang tua terdahulu . Sebab godaan, tantangan dan rintangan yang menghadang di zaman ini jauh lebih banyak dibanding zaman dahulu.

“Wahai para orang tua, kembalilah ke rumah. Peluklah anak-anak kita. Dekatilah mereka. Bermainlah bersama mereka. Ceritakanlah pada mereka kisah-kisah yang menumbuhkan kebaikan dalam diri mereka. Dengarkanlah celotehan mereka. Tinggalkan gadget, demi mereka. Luangkan waktu untuk mereka, walaupun kita harus meninggalkan sebagian kesibukan kita,” ustaz lulusan S2 jurusan Aqidah, Universitas Islam Madinah ini.

KHAZANAH REPUBLIKA