BERTENGKAR adalah hal yang lumrah dalam berumah tangga. Bertengkar boleh saja, asal kedua pihak bisa bersikap dewasa. Bahkan, kadang bertengkar bisa menumbuhkan saling pengertian dan rasa kasih sayang, sesudahnya.
Namun, ada tiga hal yang harus dihindari saat bertengkar. Apa saja?
Hindari KDRT. Dalam Alquran Allah membolehkan seorang suami untuk memukul istrinya ketika sang istri membangkang. Sebagaimana firman Allah di surat An-Nisa:
“Wanita-wanita yang kamu khawatirkan tidak tunduk, nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya..(QS. An-Nisa: 34)
Namun perintah memukul ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan batasan yaitu,
1. Tidak boleh di daerah kepala, sebagaimana sabda beliau, “jangan memukul wajah.”
2. Tidak boleh menyakitkan. Batasan ini disebutkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam khutbah beliau ketika di Arafah.
“Jika istri kalian melakukan pelanggaran itu, maka pukullah dia dengan pukulan yang tidak menyakitkan.”(HR. Muslim 1218)
Atha bin Abi Rabah pernah bertanya kepada Ibnu Abbas,
“Saya pernah bertanya kepada Ibnu Abbas, ‘Apa maksud pukulan yang tidak menyakititkan?’ Beliau menjawab, “Pukulan dengan kayu siwak (sikat gigi) atau semacamnya.” (HR. At-Thabari dalam tafsirnya, 8/314).
Tetapi, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Orang yang hebat bukahlah orang yang sering menang dalam perkelahian. Namun orang hebat adalah orang yang bisa menahan emosi ketika marah.” (HR. Bukhari 6114 dan Muslim 2609).
Dan jangan lupa, Aisyah menceritakan, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah memukul wanita maupun budak dengan tangan beliau sedikitpun. Padahal beliau berjihad di jalan Allah.” (HR. Muslim 2328).
Hindari Caci-maki
Siapapun kita, tidak akan bersedia ketika dicaci maki. Karena itulah, syariat hanya membolehkan hal ini dalam satu keadaan, yaitu ketika seseorang dizalimi. Syariat membolehkan orang yang didzalimi itu untuk membalas kedzalimannya dalam bentuk cacian atau makian.
Allah berfirman, “Allah tidak menyukai Ucapan buruk (caci maki), (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya.”(An-Nisa: 148)
Karena itulah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menasihatkan jangan sampai seseorang mencaci pasangannya. Apalagi membawa-bawa nama keluarga atau orangtua, yang umumnya bukan bagian dari masalah.
Beliau bersabda, “Jangan kamu menjelekannya”
Dalam Syarh Sunan Abu Daud dinyatakan, “Jangan kamu ucapkan kalimat yang menjelekkan dia, jangan mencacinya, dan jangan doakan keburukan untuknya..” (Aunul Mabud Syarh Sunan Abu Daud, 6/127).
Allah berfirman, “Orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”(QS. Al-Ahzab: 58)
Jaga Rahasia Keluarga
Bagian ini penting untuk kita perhatikan. Hal yang perlu disadari bagi orang yang sudah keluarganya, jadikan masalah keluarga sebagai rahasia anda berdua. Karena ketika masalah itu tidak melibatkan banyak pihak, akan lebih mudah untuk diselesaikan.
Terkait tujuan ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menasihatkan, “Jangan kamu boikot istrimu kecuali di rumah”
Ketika suami harus mengambil langkah memboikot istri karena masalah tertentu, jangan sampai boikot ini tersebar keluar sehingga diketahui banyak orang. Sekalipun suami istri sedang panas emosinya, namun ketika di luar, harus menampakkan seolah tidak ada masalah. Kecuali jika anda melaporkan kepada pihak yang berwenang, dalam rangka dilakukan perbaikan. Wallahu alam. []