Mazhab Maliki merupakan salah satu dari empat mazhab fikih yang paling berpengaruh terhadap perkembangan dunia Islam. Pendirinya, Imam Malik bin Anas (w. 801 M) merupakan tokoh ulama terkemuka asal kota Madinah.
Dalam perjalanannya, mazhab ini memiliki area penyebaran cukup luas, bahkan dianut oleh mayoritas Muslim Afrika Utara atau yang di kenal pada abad pertengahan dengan Maghrib Islami (wilayah Islam bagian barat) suatu wilayah yang sekarang mencakup negara Libya, Tunis, Maroko, Al Jazair dan Spanyol. Afrika Utara sendiri memiliki populasi padat penduduk sebab wilayahnya yang luas.
Jika dilihat secara seksama, antara Maghrib Islami dan Madinah sebagai tempat kelahiran Mazhab Maliki, memiliki karakteristik yang amat berbeda, baik dari segi geografis, sosial budaya maupun politik.
Kota Madinah dihuni suku Arab dan Yahudi yang tunduk dibawah pengaruh agama Semit, sedangkan Maghrib Islami didiami suku Barbar yang ada di bawah pengaruh imperium Romawi dan Bizantium. Secara geografis pun kedua wilayah punya karakteristik tersendiri. Kota Madinah terletak di dataran tinggi, sedangkan Maghrib Islami berada di pesisir pantai.
Walaupun terdapat banyak perbedaan diantara keduanya, namun faktanya mayoritas penduduk Maghrib ini memilih Mazhab Maliki untuk panduan kehidupan beragama.
Tentunya hal ini tidak terjadi begitu saja, ada sebab – sebab tertentu yang mendahuluinya. Najmuddin Hantati seorang dosen di Universitas ez Zitouna Tunis dalam karyanya Mazhab Maliki Bil Maghrib Islami mengatakan bahwa penyebaran ini dilandasi oleh berbagai faktor, di antaranya:
- Peran Imam Sahnun
Sejumlah pakar sejarah sepakat bahwa Imam Sahnun memainkan peranan penting terhadap penyebaran Mazhab Maliki di Afrika Utara. Hal ini tidak terlepas dari kedalaman pemahaman komprehensifnya mengenai Mazhab Maliki hasil dari pengembaraan ilmiahnya menuju Maghrib dan Masyriq. (Baca: Ibnu Sahnun; Pioner Pendidikan Islam Asal Tunisia)
Kecerdasan ini ditopang oleh akhlakul karimah sehingga membuatnya mudah diterima oleh masyarakat dari segala kalangan. Tugasnya sebagai seorang pengajar di universitas maupun madrasah-madrasah turut membantu proses penyebaran Mazhab Maliki.
Selain itu, ia pernah menduduki posisi hakim pemerintahan. Melalui kebijakannya, sejumlah ulama Mazhab Maliki ditugaskan sebagai hakim di wilayah bagian. Para hakim ini menghukumi suatu peristiwa sesuai dengan tuntunan Mazhab Maliki. Dengan proses pengaplikasian ini, pemahaman masyarakat Afrika mengenai Mazhab Maliki kian bertambah pesat.
- Kedekatan Imam Malik dengan murid- murid asal Afrika
Dalam catatan sejarah, Imam Malik memiliki sekitar tiga puluh murid dari Afrika termasuk yang paling terkenal yaitu Ali bin Ziyad (w. 183 H), Bahlul bin Rasyid (w.183 H), Abdulloh bin Farrukh (w.185 H), Abdullah bin Ghanim (190 H) dan Asad bin Furat (w.213 H).
Imam Malik cukup memiliki kedekatan dengan murid – murid asal Afrika ini. Komunikasi antar guru dan murid ini pun tidak terbatas saat proses belajar mengajar saja, melaikan terjalin hingga di luar jam pelajaran.https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?guci=2.2.0.0.2.2.0.0&client=ca-pub-7817204943932406&output=html&h=280&adk=320563640&adf=904557689&pi=t.aa~a.86673156~i.27~rp.4&w=696&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1612630094&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=8600742471&psa=1&ad_type=text_image&format=696×280&url=https%3A%2F%2Fbincangsyariah.com%2Fkhazanah%2Ffaktor-mazhab-maliki-di-afrika-utara%2F&flash=0&fwr=0&pra=3&rh=174&rw=696&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&adsid=ChAIgJn5gAYQze31ubyaiP19EioA2vGA9jGgElVkw8c5DNW2aMTjWeBrqRRRR6EUpb_btUC6DXAO_Jcfur4&dt=1612630094851&bpp=3&bdt=2339&idt=-M&shv=r20210202&cbv=r20190131&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3D5ac3879318488a40-2299a475bfc50009%3AT%3D1611023891%3ART%3D1611023891%3AS%3DALNI_MYbBqWMsIUeyynIsMJIAAo4V4zlow&prev_fmts=0x0%2C696x174%2C696x280&nras=3&correlator=2071916083425&frm=20&pv=1&ga_vid=1084666844.1608538875&ga_sid=1612630094&ga_hid=1879809595&ga_fc=0&u_tz=420&u_his=1&u_java=0&u_h=1024&u_w=1280&u_ah=984&u_aw=1280&u_cd=24&u_nplug=2&u_nmime=2&adx=98&ady=3081&biw=1263&bih=824&scr_x=0&scr_y=0&eid=21068769%2C21068893&oid=3&pvsid=3799200200011033&pem=771&rx=0&eae=0&fc=1408&brdim=0%2C0%2C0%2C0%2C1280%2C0%2C1280%2C984%2C1280%2C824&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=8320&bc=31&jar=2021-02-06-16&ifi=6&uci=a!6&btvi=3&fsb=1&xpc=C9GFoatLcd&p=https%3A//bincangsyariah.com&dtd=74
Tidak jarang ketika ada persoalan menyangkut Maghrib, murid – murid akan bertanya dan berdiskusi dengan Imam Malik baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui surat atau utusan). Selain itu, kecerdasan dan kepintaran para murid nya ini, menambah kekaguman dan rasa hormat Imam Malik.
Ia pun seringkali mendorong mereka untuk menyebarkan ilmu – ilmu yang telah dipelajari ke daerahnya masing – masing. Murid – murid inilah yang menjadi garda terdepan penyebaran Mazhab Maliki ke seluruh penjuru dunia.
- Kesesuaian antara landasan yang dipakai dalam Mazhab Maliki dengan realita keadaan sosial politik Maghribi
Karakter masyarakat Maghribi mempunyai kekhususan tersendiri sehingga memerlukan mazhab yang sesuai dengan ciri khas tersebut. Berikut tiga situasi dan kondisi Maghribi pada abad 1 hijriah serta kecocokannya dengan Mazhab Maliki.
Pertama, masyarakat Maghribi sangat fanatik terhadap Sunnah dan Atsar Ulama serta bersebrangan dengan pemikiran kelompok Khowarij dan Mu’tazilah. Hal tersebut mirip dengan mazhab Maliki yang terlahir di Madinah sebagai salah satu tempat turunnya wahyu dan serupa dalam hal memerangi kelompok Khawarij dan Mu’tazilah.
Kedua, Maghrib Islami sering dilanda konflik politik dengan meletusnya sejumlah pemberontakan yang dilakukan oleh kaum radikal. Peristiwa ini menyadarkan masyarakat akan pentingnya sebuah persatuan dan pentingnya menjaga ruh umat Islam. Hal ini sesuai dengan ajaran mazhab Maliki yang menitikberatkan umat Islam untuk taat kepada pemimpin dan menjaga persatuan.https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?guci=2.2.0.0.2.2.0.0&client=ca-pub-7817204943932406&output=html&h=280&adk=320563640&adf=3299203680&pi=t.aa~a.86673156~i.39~rp.4&w=696&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1612630108&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=8600742471&psa=1&ad_type=text_image&format=696×280&url=https%3A%2F%2Fbincangsyariah.com%2Fkhazanah%2Ffaktor-mazhab-maliki-di-afrika-utara%2F&flash=0&fwr=0&pra=3&rh=174&rw=696&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&adsid=ChAIgJn5gAYQze31ubyaiP19EioA2vGA9jGgElVkw8c5DNW2aMTjWeBrqRRRR6EUpb_btUC6DXAO_Jcfur4&dt=1612630094796&bpp=4&bdt=2283&idt=4&shv=r20210202&cbv=r20190131&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3D5ac3879318488a40-2299a475bfc50009%3AT%3D1611023891%3ART%3D1611023891%3AS%3DALNI_MYbBqWMsIUeyynIsMJIAAo4V4zlow&prev_fmts=0x0%2C696x174%2C696x280%2C696x280%2C324x84&nras=5&correlator=2071916083425&frm=20&pv=1&ga_vid=1084666844.1608538875&ga_sid=1612630094&ga_hid=1879809595&ga_fc=0&u_tz=420&u_his=1&u_java=0&u_h=1024&u_w=1280&u_ah=984&u_aw=1280&u_cd=24&u_nplug=2&u_nmime=2&adx=98&ady=3731&biw=1263&bih=824&scr_x=0&scr_y=479&eid=21068769%2C21068893&oid=3&psts=AGkb-H8LeoXQVuFrGLHg1NCP9Mozu7d2HXfiiI7KUd4bdr3_ZHTjXkFDKk8roTX4l1PoxPvfQbzR3QTwyVP6%2CAGkb-H9i5v9vssoyCMKYKG_S3wUcpwb6eNEw_ODctQHtzZny_6Yt9I_zP8VYqBkO132O5Grhl24LOwmR4yby&pvsid=3799200200011033&pem=771&rx=0&eae=0&fc=1408&brdim=0%2C0%2C0%2C0%2C1280%2C0%2C1280%2C984%2C1280%2C824&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=8320&bc=31&jar=2021-02-06-16&ifi=7&uci=a!7&btvi=5&fsb=1&xpc=QwPig57nye&p=https%3A//bincangsyariah.com&dtd=14154
Ketiga, Mazhab Maliki mempunyai banyak landasan yang dipakai untuk menentukan suatu hukum salah satunya adalah ‘urf (adat kebiasaan). Ini membuat para mufti dapat menentukan solusi terbaik sesuai dengan sumber hukum dan realita kondisi masyarakat setempat.
- Peran Pelajar, Peziarah dan Jamaah Haji.
Seiring berjalannya waktu, wilayah Afrika Utara semakin kaya akan peradaban Islam. Disisi lain rasa ingin tau masyarakat tentang khazanah ilmu pengetahuan Islam kian memuncak.
Namun, karena keterbatasan jumlah tenaga pengajar (Sahabat dan Tabiin) masyarakat mulai berinisiatif untuk melakukan perjalanan ilmiah ke Madinah dan sekitarnya. Madinah dipilih sebab di kota tersebut baik Sahabat maupun Tabiin lebih mudah ditemukan.
Tekad untuk menuntut ilmu ke negeri seberang ini diperkuat dengan maraknya sikap fanatik terhadap Sunnah, Riwayat dan Atsar ulama sehingga muncul keinginan besar untuk mempelajari ajaran Islam langsung dari sumbernya. Dalam hal ini para Sahabat dan Tabiin sebagai penerus Rasulullah Saw.
Setibanya di Madinah, para pelajar ini berguru kepada Imam Malik dan Ulama – ulama Maliki lainnya yang saat itu memang mendominasi kota Madinah. Para murid Imam Malik yang telah selesai mengembara, kemudian kembali ke tanah Afrika Utara dan menyebarluaskan ilmu – ilmu Islam yang tidak lain bernuansa Maliki.
Selain para pelajar, para jemaah haji dari Maghrib atau para peziarah yang ingin berziarah ke makam Rasululloh Saw juga mempelajari Mazhab Maliki dari Ulama – ulama Maliki yang banyak tersebar di Hijaz. Bahkan tidak jarang mereka berguru langsung kepada Imam Malik. Gelombang besar pergerakan ilmiah ini berdampak nyata terhadap tingkat pertumbuhan penyebaran Mazhab Maliki di Afrika Utara.
- Peran Politik
Pada umumnya, penyebaran suatu mazhab di sebuah wilayah tidak terlepas dari peran politik pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung.
Seperti yang terjadi ketika Abu Yusuf menjabat sebagai pemimpin Afrika Utara, ia mengutus para Hakim Hanafi untuk ditempatkan di seluruh wilayahnya. Al hasil, mazhab Hanafi kala itu dianut oleh mayoritas masyrakat.
Namun, keadaan ini tidak berlangsung lama sebab peran Mazhab Hanafi tergantikan oleh Mazhab Maliki. Cara yang sama di lakukan oleh Yahya bin Yahya ketika menyebarkan Mazhab Maliki di Spanyol.
Hal ini sedikit berbeda dengan yang terjadi saat penyebaran Mazhab Maliki di Afrika Utara. Pemerintah setempat tidak menjadikan Mazhab Maliki sebagai Mazhab resmi negara. Mazhab tersebut menyebar luas melalui peran murid – murid Imam Malik, seperti Ali bin Ziyad, Buhlul, Imam Sahnun dan lain sebagainya.
Ali bin Ziyad adalah orang pertama yang mengenalkan mazhab Maliki di Afrika lewat pengajaran Muwattha kepada masyarakat setempat. Di masanya, perluasan Mazhab Maliki tidak sebesar era Imam Sahnun. Penyebabnya Ali bin Ziyad lebih fokus terhadap masyarakat dilingkungannya yaitu di daerah Tunis, yang kini menjadi ibu kota Tunisia ketimbang beralih ke ibu kota Afrika Utara, Kairouan.
Padahal saat itu kesempatan untuk menjabat sebagai hakim di pusat pemerintahan terbuka lebar mengingat Ali bin Ziyad adalah salah satu ulama berpengaruh sekaligus murid langsung Imam Malik.
Di sisi lain, berkat keterbukaan serta ketekunan Imam Sahnun dalam mempelajari Mazhab Maliki secara murni menjadi nilai tambah tersendiri di mata masyarakat. Dengan begitu, di masanya Mazhab Maliki mampu tersebar luas.
Adapun pengutusan Hakim Maliki ke berbagai wilayah di Afrika bersifat penyempurnaan karena sebelum itu Mazhab Maliki telah tersebar luas berkat pengaruh kuat murid – murid Imam Malik.