Puluhan ribu pelayat mengantar kepergiannya Ko Ni, pengacara muslim yang ditembak mati di Bandara Yangon Myanmar.
U Ko Ni (65 tahun), seorang penasehat hukum Liga Nasional Myanmar untuk Demokrasi (National League for Democracy), ditembak mati di luar Bandara Internasional Yangon.
Polisi telah menangkap seorang pria bersenjata asal Kota Mandalay – Myanmar, berumur 53 tahun, sebagai tersangka pembunuhan pada hari Ahad (29/01/2017).
Seorang sopir taksi yang mencoba untuk menghentikan pria bersenjata itu juga tewas, menurut Zaw Htay, juru bicara Presiden Htin Kyaw.
Sehari setelah seorang pengacara HAM terkemuka tersebut ditembak, pemerintah Myanmar mengatakan pada hari Senin bahwa tersangka penembakan telah berusaha untuk merusak stabilitas di negara itu.
Berdasarkan kesaksian putrinya yang bernama Yin Nwe Khine, pada saat kejadian, Ko Ni baru saja memeluk cucunya saat ia melangkah keluar terminal bandara sekembalinya dari perjalanan dinas ke Jakarta untuk membahas demokrasi dan resolusi konflik.
“Ayah saya sedang berbicara dengan cucunya. Lalu, saya mendengar suara tembakan. Pada awalnya, saya pikir itu adalah ban mobil meletus, tapi kemudian saya melihat ayah saya tergeletak di tanah,” katanya Aljazeera, Senin (30/01/2017).
Semasa hidupnya, Ko Ni menulis enam buku tentang isu-isu hak asasi manusia dan pemilu yang demokratis, dan dia aktif terlibat dalam gerakan perdamaian antar agama. Selain itu, Ko Ni juga sering mengemukakan pendapatnya mengenai campur tangan kekuasaan militer dalam pemerintahan Myanmar.
“Ayah saya sering diancam dan kami diperingatkan untuk berhati-hati, tapi ayah saya tidak menerimanya dengan mudah. Dia selalu melakukan apa yang dia pikir benar,” tambah Yin Nwe Khine.
“Banyak orang membenci kami karena kami memiliki keyakinan agama yang berbeda, jadi saya pikir itu mungkin penyebab pembunuhan tersebut, tapi saya tidak tahu alasannya.” lanjutnya.
Pada pemakaman Ko Ni di senin sore, puluhan ribu orang memberikan penghormatan mereka kepadanya sebagai pahlawan bangsa.
Seorang pemimpin Liga Nasional untuk Demokrasi, U Tin Oo, dan Wali Kota Yangon, U Maung Maung Soe, menghadiri pemakaman; sementara Aung San Suu Kyi tidak.
“Kondisi nya sangat padat” kata Daw Wai Wai Nu, seorang aktivis Muslim Rohingya yang pernah diundang ke Gedung Putih oleh Presiden Barack Obama pada 2015. “Aku bahkan tidak bisa masuk ke tempat di mana tubuhnya disimpan di aula pemakaman” ujarnya.
Angkatan bersenjata Myanmar mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama dengan semua unit keamanan untuk menemukan kemungkinan tersangka lain yang terlibat dalam penembakan.
Mayjen Myo Zaw Thein, komandan wilayah Yangon, mengunjungi mayat Mr Ko Ni dan sopir taksi yang juga tewas dalam penembakan.
Militer masih merupakan institusi paling berkuasa di Myanmar, meskipun partai Aung San Suu Kyi sudah memenangkan pemilihan nasional pada tahun 2015.
Pendukung hak asasi manusia telah menyerukan penyelidikan independen terhadap pembunuhan U Ko Ni.*/Khawlah bint al-Azwar