Rohingya adalah Kita

a, di era modern ini, cukuplah jika kita merasa manusia, untuk dapat berempati pada penderitaan Rohingya.  Terlebih bagi Muslim, kepedulian pada Rohingya niscaya menjadi keharusan. Sebab mereka adalah saudara seiman.

Rohingya adalah etnis Muslim di Myanmar yang sudah berabad-abad tinggal menetap di negara bagian Arakan, Myanmar. Islam di Rohingya berkembang dengan kedatangan para juru dakwah sejak abad ke-8 Masehi.

Shah Barid Khandalam bukunya yang berjudul “Mohammad Hanifa O Khaira Pari” (yang ditulis sekitar tahun 1517-1550), mencatat, kafilah yang dipimpin putra Ali bin Abi Thalib ra yaitu Muhammad Abu Abdullah atau yang lebih dikenal sebagai Muhammad Al Hanafiah, pernah datang ke Arakan. Bahkan ia kemudian menikahi Ratu Kaiyapuri, dan tinggal di daerah Mayu Range (sekitar sungai Naf di perbatasan dengan Bangladesh).

Pribumi dan keturunan asimilasi Kafilah Muhammad Al Hanafiah itulah yang merupakan masyarakat Muslim Rohingya di Arakan. Jumlah Muslim Rohingya terus berkembang seiring dengan pesatnya dakwah di sana, terutama pada masa Kekuasaan Dinasti Mrauk-U (1430-1784).

Nama “Arakan”, menurut Ulama Rohingya, berasal dari kata“أركان “ yang merupakan bentuk jamak dari “al-rukun”, yang artinya pilar, prinsip, sendi, atau asas. Namun pada masa kekuasaan pemerintahan Myanmar (1948-sekarang), nama Arakan diganti menjadi Rakhine State. Ibukota Arakan yang semula adalah Akyab juga diganti menjadi Sittwe. Dan kini, Muslim Rohingya menjadi manusia paling teraniaya di muka bumi, menurut Tomas Ojea Quintana, Utusan Khusus PBB untuk Myanmar.

Padahal Rohingya adalah kita (Al Quran Surah Al-Hujuraat ayat 10). “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan, makan sekujur badan akan merasakan panas dan demam” (HR Muslim).

“Siapa yang menyelesaikan problem seorang mukmin di dunia, maka Allah SWT akan menyelesaikan problemnya di akhirat, siapa yang memudahkan orang yang kesulitan, maka Allah SWT akan memberikan kemudahan padanya di dunia dan di akhirat…  dan Allah SWT senantiasa akan menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya” (HR Muslim).

PPPA Daarul Qur’an saat ini tengah mempersiapkan perizinan untuk bisa masuk ke tempat-tempat pengungsian di Bangladesh. Insya Allah akhir September tim akan bergerak dengan membawa bantuan dari Masyarakat Indonesia.

Saat ini masyarakat Rohingya masih membutuhkan bantuan dari kita di Indonesia dan masyarakat Indonesia, #KitaBersamaRohingya.Untuk donasi dapat disalurkan melalui Rekening Kemanusiaan atas nama Yayasan Daarul Quran sebagai berikut: BCA 603-030-8059, CIMB Niaga Syariah 520-01-00384-006 dan Mandiri 101-00999-19993 atau klik https://s.id/BANTUROHINGYA

 

REPUBLIKA

Ini Kesaksian Orang Rohingya yang Tersisa di Myanmar

Ribuan Muslim Rohingya merasa terjebak dalam situasi yang mengancam jiwa di Rakhine utara. Reuters menurunkan laporan yang mewawancarai sejumlah orang Muslim setempat, Ahad (17/9).

Laporan itu menyebutkan, banyak orang Rohingya meminta bantuan perlindungan kepada otoritas setempat. Sebab, sudah dua desa di Rakhine utara yang dikepung kelompok ekstremis Buddha. Persediaan makanan untuk orang-orang Rohingya itu kian menipis.

“Kami sungguh-sungguh ketakutan. Kami kelaparan dan tidak lama lagi, mereka mengancam, akan membakar rumah-rumah kami,” kata Maung Maung, seorang Rohingya yang bekerja di Desa Ah Nauk Pyin, Rakhine, kepada Reuters, Ahad (17/9).

Narasumber lain menggambarkan horor yang lebih parah. Kepada Reuters, orang Rohingya ini enggan mengungkapkan identitas diri dengan alasan keamanan. Dia mengungkapkan, sejumlah kelompok Buddha Rakhine menyerbu Desa Ah Nauk Pyin dan berteriak-teriak: “Pergilah, kalian! Kalau tidak, kami akan membunuh kalian semua!”

Sejak kerusuhan pecah pada 25 Agustus 2017 lalu, etnis Rohingya mengalami krisis kemanusiaan yang gawat. Tidak kurang dari 430 ribu orang Rohingya melarikan diri ke negeri tetangga, Bangladesh.

Militer Myanmar terus menggencarkan penyerbuan dengan dalih mengejar kelompok teroris Muslim di antara etnis Rohingya. Sejauh ini, PBB sudah menegaskan adanya genosida yang dialami etnis Rohingya.

Secara demografis, negara-bagian Rakhine dihuni sekitar satu juta orang Rohingya. Mereka adalah kaum Muslim yang menjadi minoritas di Myanmar. Otoritas Myanmar pun tidak mengakui mereka sebagai warga negara dan justru menuding mereka sebagai imigran ilegal asal Bangladesh.

Terpisah, Tin Maung Swe, sekretaris pemerintah negara-bagian Rakhine, mengklaim tidak tahu-menahu soal kekhawatiran orang-orang Rohingya. Dia mengaku belum menerima informasi tentang etnis tersebut yang meminta perlindungan diri kepada otoritas setempat. “Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Rathedaung selatan masih aman,” kata Swe.

Ada setidaknya lima desa berpenduduk sekitar delapan ribu orang Rohingya di Rathedaung. Namun, kelima desa ini dikelilingi wilayah berpenduduk Buddha. Kepada Reuters, Maung Maung mengungkapkan telah lebih dari 30 kali menghubungi kepolisian untuk meminta perlindungan. Sebab, ancaman sudah semakin jelas. Maung memutar rekaman suara orang-orang yang mengancam akan membakar desanya.

Bagaimanapun, otoritas Rakhine sudah mengadakan dialog untuk mendengarkan keluhan orang-orang Rohingya. Maung menghadiri acara tersebut bersama dengan dua orang Rohingya lainnya. Namun, pihak pemerintah negara-bagian Rakhine justru memberikan ultimatum.

“Mereka bilang, mereka tak mau orang Islam di wilayah ini (Rakhine). Dan kami harus segera hengkang dari sini,” kata seorang Rohingya yang warga desa Ah Nauk Pyin. Dia meminta kepada Reuters agar tak menyebutkan identitasnya.

 

REPUBLIKA

Indonesia Dinilai Punya Modal Kuat untuk Bantu Rohingya

Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta, berpendapat pemerintah Indonesia memiliki modal kuat untuk membantu menyelesaikan konflik di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Apalagi, selama ini lembaga swadaya masyarakat (LSM) dari Indonesia, menurutnya, sangat diterima dengan baik di Myanmar.

“Di lapangan, pemerintah bisa bersama-sama NGO (non-governmental organization) bekerja membantu korban. Ini penting karena selama ini NGO dari Indonesia diterima baik kedua belah pihak,” kata Sukamta saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (31/8).

Sementara di tataran politik, pemerintah Indonesia bisa mendorong pertemuan darurat antar negara-negara ASEAN. Dengan begitu, negara-negara tersebut memandang permasalahan ini sebagai sesuatu yang serius dan mendorong pemerintah Myanmar mencari solusi jangka panjang. “Di tataran politik, mestinya pemerintah bisa mendorong pertemuan darurat ASEAN agar menjadikan masalah pembantaian ini persoalan serius dan Myanmar bersedia menghentikan dan mencari solusi jangka panjang,” kata Sukamta.

Seperti diberitakan sebelumnya, bentrokan antara umat Islam etnis Rohingya dan aparat keamanan Myanmar kembali terjadi. Kekerasan ini dilaporkan telah menewaskan ratusan Muslim Rohingya dan membuat ribuan lainnya mengungsi.

 

REPUBLIKA

80.000 Anak-Anak Pengungsi Rohingya Terancam Kekurangan Gizi

Lebih dari 80.000 anak memerlukan penanganan terkait malnutrisi di wilayah barat Myanmar itu, yang menjadi korban penindasan tentara pemerintah pada tahun lalu, Program Pangan Dunia (WPF) mengatakan pada Rabu.

Pasukan kemanan Myanmar melancarkan serangan di wilayah utara Rakhine setelah terjadi serangan yang membunuh 9 polisi perbatasan pada Oktober.

Sekitar 75.000 orang mengungsi wilayah yang berbatasan dengan Bangladesh dalam krisis yang terjadi pada tahun pertama pemenang nobel Aung San Suu Kyi memimpin negara itu.

PBB telah mengatakan bahwa militer telah melakukan pemerkosaan, pembantaian dan pembakaran rumah-rumah yang merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Di pemeriksaan lapangan terperinci pertama terbukti bawah komunitas itu telah menerima penindasan sejak Oktober, WFP mewawancarai 450 keluarga di 45 desa di distrik Maungdaw pada Maret dan April.

“Survei memastikan memburuknya situasi ketahanan pangan di wilayah yang sudah sangat rentan ini (sejak Oktober),” badan PBB itu mengatakan. Sekitar sepertiga mereka yang disurvei melaporkan “ketidakamanan pangan … ekstrim” seperti melewati satu hari satu malam tanpa makan.

Tidak ada satupun dari anak-anak disurvei mendapatkan “makanan yang memadai,” laporan itu mengatakan, ditambahkan bahwa diperkirakan 80.500 anak-anak di bawah umur lima tahun akan membutuhkan penanganan dikarenakan malnutrisi akut di tahun depan.

Pemerintahan Suu Kyi menolak untuk memberikan akses bagi misi PBB yang ditugaskan untuk menginvestigasi dugaan kekerasan oleh pasukan keamanan di Rakhine dan di tempat lainnya.

WFP tidak memisahkan antara komunitas-komunitas yang berbeda, tetapi lebih dari 90 persen penduduk di Maungdaw merupakan etnis Rohingya.

Setelah serangan-serangan tersebut, militer menyatakan sebuah zona operasi di Maungdaw, melarang akses bantuan dan mencegah penduduk setempat bertani dan mencari ikan.

Peta AFP menunjukkan bahwa desa-desa di mana militer paling aktif sangat rentan mengalami kelaparan.

Laporan itu juga menambahkan bahwa rumah tangga yang ditinggalkan kaum prianya karena operasi keamanan lebih mungkin mengalami kelaparan.

Banyak pria Rohingya meninggalkan rumah mereka karena percaya bahwa militer akan menuduh mereka sebagai tersangka militan.

Juru bicara Suu Kyi, Zaw Htay, mengatakan dia tidak familiar dengan penemuan spesifik WFP, tetapi setelah pembatasan keamanan awal pemerintah telah memperbolehkan badan bantuan untuk beroperasi di Rakhine utara.

“WFP melakukan banyak, banyak proyek bagi rakyat di wilayah itu. Pemerintah Myanmar memperbolehkan mereka untuk mengirim makanan dan bantuan lainnya,” katanya dikutip laman dailysabah.com.

Pemerintah terus melarang akses beberapa pekerja bantuan asing di Rakhine utara, tetapi staf nasional dari secara bebas bepergian, katanya, menambahkan bahwa pemerintah telah mengirim bantuan bagi rakyat di wilayah itu. Sementara etnis Rohingya oleh pemerintah Myanmar tidak diakui sebagai warga mereka.

 

HIDAYATULLAH

Puluhan Ribu Pelayat Antar Pemakaman Pengacara Muslim Pembela Etnis Rohingya

Puluhan ribu pelayat mengantar kepergiannya Ko Ni, pengacara muslim yang ditembak mati di Bandara Yangon Myanmar.

U Ko Ni (65 tahun), seorang penasehat hukum Liga Nasional Myanmar untuk Demokrasi (National League for Democracy),  ditembak mati di luar Bandara Internasional Yangon.

Polisi telah menangkap seorang pria bersenjata asal Kota Mandalay – Myanmar, berumur 53 tahun, sebagai tersangka pembunuhan pada hari Ahad (29/01/2017).

Seorang sopir taksi yang mencoba untuk menghentikan pria bersenjata itu juga tewas, menurut Zaw Htay, juru bicara Presiden Htin Kyaw.

Sehari setelah seorang pengacara HAM terkemuka tersebut ditembak, pemerintah Myanmar mengatakan pada hari Senin bahwa tersangka penembakan telah berusaha untuk merusak stabilitas di negara itu.

Berdasarkan kesaksian putrinya yang bernama Yin Nwe Khine, pada saat kejadian, Ko Ni baru saja memeluk cucunya saat ia melangkah keluar terminal bandara sekembalinya dari perjalanan dinas ke Jakarta untuk membahas demokrasi dan resolusi konflik.

“Ayah saya sedang berbicara dengan cucunya. Lalu, saya mendengar suara tembakan. Pada awalnya, saya pikir itu adalah ban mobil meletus, tapi kemudian saya melihat ayah saya tergeletak di tanah,” katanya Aljazeera, Senin (30/01/2017).

Semasa hidupnya, Ko Ni menulis enam buku tentang isu-isu hak asasi manusia dan pemilu yang demokratis, dan dia aktif terlibat dalam gerakan perdamaian antar agama. Selain itu, Ko Ni juga sering mengemukakan pendapatnya mengenai campur tangan kekuasaan militer dalam pemerintahan Myanmar.

“Ayah saya sering diancam dan kami diperingatkan untuk berhati-hati, tapi ayah saya tidak menerimanya dengan mudah. Dia selalu melakukan apa yang dia pikir benar,” tambah Yin Nwe Khine.

“Banyak orang membenci kami karena kami memiliki keyakinan agama yang berbeda, jadi saya pikir itu mungkin penyebab pembunuhan tersebut, tapi saya tidak tahu alasannya.” lanjutnya.

Pada pemakaman Ko Ni di senin sore, puluhan ribu orang memberikan penghormatan mereka kepadanya sebagai pahlawan bangsa.

Seorang pemimpin Liga Nasional untuk Demokrasi, U Tin Oo, dan Wali Kota Yangon, U Maung Maung Soe, menghadiri pemakaman; sementara Aung San Suu Kyi tidak.

“Kondisi nya sangat padat” kata Daw Wai Wai Nu, seorang aktivis Muslim Rohingya yang pernah diundang ke Gedung Putih oleh Presiden Barack Obama pada 2015. “Aku bahkan tidak bisa masuk ke tempat di mana tubuhnya disimpan di aula pemakaman” ujarnya.

Angkatan bersenjata Myanmar mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama dengan semua unit keamanan untuk menemukan kemungkinan tersangka lain yang terlibat dalam penembakan.

Mayjen Myo Zaw Thein, komandan wilayah Yangon, mengunjungi mayat Mr Ko Ni dan sopir taksi yang juga tewas dalam penembakan.

Militer masih merupakan institusi paling berkuasa di Myanmar, meskipun partai Aung San Suu Kyi sudah memenangkan pemilihan nasional pada tahun 2015.

Pendukung hak asasi manusia telah menyerukan penyelidikan independen terhadap pembunuhan U Ko Ni.*/Khawlah bint al-Azwar

 

sumber: Hidayatullahcom

Doa untuk Aleppo, Rohingya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —  Tragedi yang terjadi di Aleppo dan Rohingya menarik perhatian Muslim internasional. Banyak umat Islam yang mendoakan agar para Muslim diberikan keteguhan, kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi cobaan ini.

Pemimpin Majelis Az Zikra Ustaz Muhammad Arifin Ilham pun ikut mendoakan Muslim Aleppo dan Rohingya yang sedang berduka.

Berikut lantunan doa Arifin Ilham untuk Aleppo, Rohinyga, serta Muslim sedunia yang sedang menghadapi persoalaan seperti dikutip di laman Facebook-nya, Jumat (16/12).

Doa Untuk Aleppo, Rohingya

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu.

Kembali hati kita diuji Allah dg derita saudara kita di Aleppo Suriah, padahal untuk saudara kita di Rohinggya pun kita masih berduka. Demikian pula saudara kita di Afghanistan, Palestina, Irak, Yaman, Afrika Tengah, Uighur China, dan Patani Thailand.

Sementara kita umat Islam tidak berdaya, tidak punya kekuatan, namun kita masih punya senjata dahsyat yaitu DOA. Masih ingat saat Rasulullah dan para sahabat tidak berdaya menghadapi teror kejam sampai banyak pengikut Rasulullah dibunuh kuffar Quraisy.

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dg bermacam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yg beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (Al Baqarah 214).

Ingat dan yaqinlah kekuatan dahsyatnya Doa, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Do’a adalah senjata orang mu’min, tiangnya agama dan cahaya langit dan bumi”
(HR Abu Ya’laa).

Bismillaahirrahmaanirrahiimi
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar
Alhuumma sholli wa sallim alaa Rasulillah wa alaa aalihi wa shobihi wa man tabiahu biihsaani ilaa yaumiddiini

Hasbunallah wa nikmal wakiil ….
Ya Allah Ampuni kami atas ketidak kuasaan kami menolong mereka Saudara kami.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ.

“Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin laki-laki dan perempuan, mu’min laki-laki dan perempuan, baik yg masih hidup maupun yg sudah wafat. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, dekat dan mengabulkan doa-doa, wahai Dzat yg memenuhi segala kebutuhan”.

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا، أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

“Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami karena kelupaan dan kesalahan kami. Rabb kami, Rabb kami janganlah Engkau beri kami beban sebagaimana beban yg Engkau beri kepada para pendahulu kami. Rabb kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa-apa yg tidak kami sanggupi. Maafkanlah kami, ampunilah kami, sayangilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap orang-orang kafir”.

اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِبَشَّارِ الْأَسَدِ وَأَعْوَانِهِ الْمُعْتَدِيْنَ، الَّذِيْنَ قَتَلُوْا إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ حَلَبٍ خَاصَّةً، وَفِيْ سُوْرِيَا عَامَّةً.

“Ya Allah turunkanlah hukuman-Mu pada Orang orang zholim dan para penolongnya yg telah melakukan kezhaliman dg membunuh saudara-saudara kami kaum muslimin dimana pun saudara kami berada”.

اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِهِمْ فَإِنَّهُمْ لاَ يُعْجِزُونَكَ، اللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ، وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ، وَاجْعَلِ الدَّائِرَةَ عَلَيْهِمْ.

“Ya Allah hukumlah mereka, sesungguhnya mereka tak mampu melemahkan-Mu. Ya Allah cerai beraikan mereka, porak porandakan kesatuan mereka, dan turunkanlah balasan-Mu atas mereka”.

اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْهِمْ وَعَلىَ مَنْ عَاوَنَهُمْ بَأْسَكَ الَّذِي لاَ يُرَدُّ عَنِ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ.

“Ya Allah turunkanlah atas mereka dan semua pihak yg membantu mereka balasan-Mu yg tidak dapat ditolak oleh kaum yg berbuat kezhaliman.”

اَللَّهُمَّ أَنْجِ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ فِيْ سُوْرِيَا، اَللَّهُمَّ الْطُفْ بِهِمْ وَارْحَمْهُمْ وَأَخْرِجْهُمْ مِنَ الضِّيْقِ وَالْحِصَارِ.

“Ya Allah selamatkanlah saudara-saudara kami kaum muslimin yang lemah dimanapun mereka berada. Ya Allah sayangi dan kasihilah mereka dan keluarkanlah mereka dari pengepungan dan keadaan sempit yg mereka alami saat ini.”

اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْهُمُ الشُّهَدَاءَ وَاشْفِ مِنْهُمُ الْمَرْضَى وَالْجَرْحَى، اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ وَلاَ تَكُنْ عَلَيْهِمْ، فَإِنَّهُ لاَ حَوْلَ لَهُمْ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ

“Ya Allah terimalah syuhada mereka dan sembuhkanlah yg sakit dan terluka dari kalangan mereka. Ya Allah karuniakanlah kebaikan pada mereka dan janganlah Engkau timpakan keburukan pada mereka karena tiada daya dan kekuatan bagi mereka kecuali dg pertolongan-Mu.”

اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ سُوْرِيَا، اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ فِلِسْطِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ الْيَمَنِ، اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ أَفْرِيْقِيَا، اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ أَفْغَانِسْتَانَ، اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ كُلِّ بِقَاعِ الأَرْضِ.

“Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di Suriah”.
“Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di Palestina”.
“Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di Irak”.
“Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di Afghanistan”.
“Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di Afrika.
“Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di seluruh permukaan bumi ini….aamiin”.

Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Rohingya?

Berakhirnya musim angin Muson di sekitar Laut Andaman menandakan dimulainya gelombang laut yang lebih tenang. Ini diprediksi berpotensi meningkatkan jumlah pengungsi Rohingya yang eksodus dari tanah kelahiran.

Mereka menggunakan perahu-perahu nelayan untuk hengkang lantara kekejaman yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar beserta kelompok teroris lokal. Tentu kita masih ingat, tahun lalu, ribuan—diperkirakan jumlahnya lebih dari 8.000 jiwa—pengungsi Rohingya terdampar di perairan Thailand, Malaysia, dan Indonesia.

Ketiga negara ini sempat menolak serta membiarkan mereka terombang-ambing dan “terpenjara” di lautan. Akhirnya, Indonesia dan Malaysia menerima mereka.

Itu pun setelah dunia internasional mendesak negara-negara ini agar memberikan perlindungan sementara untuk para pengungsi. Ini merupakan krisis pengungsi terburuk setelah Perang Vietnam dan juga disebut sebagai momen paling memalukan bagi negara-negara Asia Tenggara.

Dasar masalah

Permasalahan paling utama adalah krisis rasial yang dialami oleh etnis Rohingya akibat dicabutnya kewarganegaraan mereka pada 1982 oleh junta militer. Junta militer Myanmar hanya mengakui 135 etnis dan tidak mengakui Rohingya sebagai bagian dari warga negara, bahkan menuduh etnis ini sebagai imigran gelap dari Bangladesh.

Semenjak itu, hak-hak dasar etnis Rohingya tercerabut dan kehidupan mereka termarjinalkan. Kondisi ini berlangsung selama tiga dekade, hingga mulai mendapatkan perhatian dunia setelah kerusuhan yang terjadi pada 2012.

Saat itu, kelompok-kelompok teror Buddhist menyerang desa-desa Rohingya dan menyebabkan sedikitnya 200 orang tewas. Belakangan, pimpinan salah satu kelompok teror ini, biksu Ashin Wirathu, menyamakan dirinya sendiri dengan Donald Trump.

Wirathu, seperti kita tahu, juga pernah menjadi cover majalah TIMES edisi Juli 2013 dengan headline “The Face of Buddhist Terror”. Selama kebijakan apartheid ini diberlakukan, akar permasalahan di Arakan tidak akan pernah selesai.

Respons internasional

Lalu, bagaimana respons komunitas internasional terhadap krisis ini? Mungkin sebagian dari kita bertanya kritis di mana peran Asean dalam mengatasi krisis kemanusiaan di regional mereka? Asean yang berdiri atas tiga pilar utama ini—ekonomi, sosial, dan politik—seolah diam seribu bahasa.

Ini tidak lepas dari prinsip kardinal yang diyakini oleh negara-negara Asean sebagai “The ASEAN Way”: nonintervensi. Kebijakan yang berarti suatu negara tidak boleh mengintervensi urusan dalam negeri negara lain dan menghormati kedaulatan mereka.

Kebijakan ini yang akhirnya menempatkan negara lain tidak bisa melakukan apa-apa, bahkan sekadar untuk bersuara. Namun, memang justru karena kebijakan inilah regional di Asia Tenggara relatif aman dan jauh dari konflik besar antarnegara semenjak berdiri 1967.

Jamak konflik yang terjadi di ASEAN justru dimediasi oleh organisasi non-ASEAN. Di sinilah letak ambiguitas prinsip nonintervensi dalam kasus krisis kemanusiaan di Myanmar; apakah ASEAN harus turun tangan atau membiarkan pemerintah Myanmar menyelesaikannya sendiri? Atau mengundang organisasi non-ASEAN untuk menjadi mediator?

Diamnya Suu Kyi

Memasuki bulan kedelapan setelah National League for Democracy (NLD) memenangi pemilu demokratis di Myanmar pada November 2015, pemerintahan Aung San Suu Kyi pun mendapatkan banyak kritikan. Kemampuannya dalam membawa hak keadilan bagi etnis minoritas dipertanyakan.

Bahkan, banyak yang menuntut titel pemenang Nobel miliknya agar dicabut. Tentu desakan itu bukan tanpa alasan.

Karena selama ini Suu Kyi dianggap sebagai “juru selamat” yang menjadi ikon kebebasan dan demokrasi. Suu Kyi dan mayoritas politikus di Myanmar tidak ada yang menolak narasi Islamofobia yang dimunculkan oleh kelompok radikal seperti Biksu Wirathu.

Ada tiga alasan mengapa keinginan Suu Kyi untuk memperbaiki kondisi Rohingya dipertanyakan. Pertama, Suu Kyi tidak mengakui terminologi “Rohingya”. Kedua, komentar dia ketika diwawancarai oleh presenter BBC, Mishal Husein, “No-one told me I was going to be interviewed by a Muslim,” menunjukkan pandangan partisan yang dikecam banyak pihak.

Ketiga, sikap diam Suu Kyi terhadap isu Rohingya. Terakhir ia menolak militer Myanmar disebut melakukan kekerasan terhadap Rohingya pada Oktober 2016. Meski demikian, Suu Kyi telah membentuk komisi khusus yang akan memberikan rekomendasi terkait isu ini maksimum hingga 2017.

Cara menyikapi

Menyikapi krisis kemanusiaan yang terjadi di Myanmar, apakah ada yang bisa kita lakukan? Setidaknya atas nama kemanusiaan dan mencegah hal-hal yang lebih buruk lagi terjadi di dunia ini. Menurut saya, ada empat hal yang bisa kita lakukan.

Pertama, sebagai bagian dari masyarakat global kita wajib mendesak organisasi internasional seperti PBB, ASEAN, Uni Eropa, IOM (International Organization for Migration), dan sebagainya untuk aktif memberikan jaminan keadilan dan keamanan bagi etnis minoritas. Jika ASEAN, dengan prinsip nonintervensinya, menjadikan negara-negara anggota di dalamnya mandul bersuara dalam penyelesaian konflik regional, tidak ada pilihan lain selain memaksa organisasi di luar ASEAN yang lebih berpengaruh untuk menekan pemerintah Myanmar.

Sebagai contoh, banyak NGO internasional menekan PBB agar mengimplementasikan resolusi No. 70/233 terkait situasi krisis kemanusiaan di Myanmar yang sampai saat ini tidak ada realisasi yang berarti. Sebab memang perlu dukungan komunitas masyarakat global agar PBB menghasilkan resolusi yang memaksa pemerintah Myanmar mematuhi resolusi tersebut.

Negara-negara atau badan internasional juga bisa menggunakan prinsip Responsibility to Protect (R2P atau RtoP) terhadap etnis minoritas yang terancam genosida. R2P merupakan sistem baru yang diadopsi oleh PBB semenjak 2005 untuk mencegah genosida, kejahatan perang, pembersihan etnis, dan kejahatan terhadap kemanusian. Di sini, peran komunitas internasional sangatlah dibutuhkan.

Kedua, mendesak pemerintahan Suu Kyi untuk segera mengambil tindakan nyata atas nama demokrasi dan kemanusiaan. Tidak dapat dimungkiri kemenangan Suu Kyi dan partainya NLD membawa harapan baru bagi etnis Rohingya. Namun, hampir setahun pemerintahannya berkuasa, belum ada kebijakan yang signifikan untuk meredam konflik di Arakan.

Ketiga, membantu melalui NGO lokal yang mengirimkan bantuan ke para pengungsi Rohingya. Sebenarnya, bantuan yang mengalir ke Rohingya hanya bersifat sementara yang sama sekali tidak menyentuh akar persoalan.

Tapi memang bantuan itu tetap dibutuhkan mengingat lebih dari 120 ribu orang etnis Rohingya mengungsi dan terkadang juga diblokade oleh pemerintah Myanmar. Susahnya bantuan untuk masuk ke wilayah Rakhine dirasakan oleh NGO lokal di Indonesia.

Saya pernah bekerja di Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang menurunkan personel untuk mengirimkan bantuan rutin ke pengungsi Rohingya sampai sekarang. Dan, saya tahu betul bagaimana susahnya kehidupan pengungsi di sana.

Keempat, aktif melakukan kampanye kemanusiaan agar krisis ini menjadi perhatian dunia internasional. Tidak hanya bersimpati saat ada kejadian kekerasan, namun dalam bentuk kampanye yang kontinu.

Tentu kita tidak ingin menjadi orang yang peduli musiman: bersimpati hanya kala ada berita bencana. Juga, jangan sampai kita menyebarkan berita-berita hoax yang memperunyam masalah.

 

Herri Cahyadi, Mahasiswa Doktoral Hubungan Internasional, İstanbul Üniversitesi, Turki.

sumber: Republika Online

Indonesia akan Sulit Tekan Myanmar Terkait Rohingya

Dosen Hubungan Internasional di Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, mengatakan akan sulit bagi Indonesia menekan Myanmar untuk menghentikan kekerasan terhadap Muslim Rohingya. Sehingga upaya Pemerintah Indonesia sebaiknya dilakukan secara tertutup dan sangat hati-hati.

“Membantu mungkin bisa, kalau menekan mungkin sulit. Karena kita sesama anggota ASEAN saling pengertian. Kita tidak ingin masalah dalam negeri diperburuk tekanan dari sesama anggota ASEAN,” ujar Teuku Rezasyah, Ahad (20/11).

Menurutnya, tekanan tidak bisa diberikan kepada Myanmar karena Myanmar merupakan negara baru sebagai anggota Masyarakat ASEAN yang modern. Jika mendapat tekanan, Myanmar akan merasa tidak diterima sepenuhnya di ASEAN.

Selain itu, Myanmar juga memiliki ketergantungan perekonomian yang tinggi terhadap Cina. Myanmar bisa berubah haluan seperti Kamboja dan Laos yang memiliki orientasi perekonomian ke Cina dan cenderung membawa Cina ke dalam keputusan ASEAN.

Muslim Rohingya di Myanmar berjumlah sekitar empat persen dari seluruh penduduk. Namun, mereka kesulitan berintegrasi dengan masyarakat Myanmar karena dianggap sebagai pendatang dan harus membuktikan identitas.

Etnis Rohingya juga sulit memperoleh status kewarganegaraan di Myanmar meski telah menetap di dua provinsi. Kekerasan demi kekerasan yang timbul akhirnya memaksa mereka untuk mengungsi ke sejumlah negara, termasuk ke Indonesia.

“Dengan berat hati kita bisa menerima mereka. Tapi Indonesia hanya transit, mereka punya tujuan ke negara yang ekonominya lebih baik seperti Australia,” kata Teuku Rezasyah.

Sebagai negara transit, Indonesia harus memperlakukan para pengungsi dengan baik. Meski demikian, banyak terjadi berbagai masalah yang muncul karena mereka harus dibiayai, diberikan identitas khusus, dan dilaporkan secara teratur ke UNHCR.

 

sumber: Republika Online

Rohingya Penuhi Syarat Penerima Zakat, Infak, Sedekah

Jakarta – Sekretaris Jenderal World Zakat Forum, Ahmad Juwaini, menyatakan pengungsi Rohingya memenuhi syarat sebagai penerima manfaat atas zakat, infak dan sedekah.

“Kami minta lembaga zakat dan lembaga kemanusiaan dunia untuk membantu pengungsi Rohingya,” katanya di Banda Aceh, Selasa 9 Juni 2015.

Pernyataan yang disampaikan itu merupakan beberapa poin dari pernyataan sikap lembaga zakat dan organisasi kemanusiaan internasional tentang masalah Rohingya.

Pihaknya meminta seluruh umat muslim dan komunitas dunia agar memberikan bantuan khusus secara spesifik untuk membantu pengungsi Rohingya.

“Kami juga meminta ASEAN, OKI, PBB dan organisasi multilateral lainnya untuk menjatuhkan sanksi politik atau ekonomi kepada Myanmar,” katanya.

Mereka juga meminta kepada seluruh negara khususnya negara di sekitar Myanmar untuk menerima para pengungsi Rohingya dan memberikan bantuan yang diperlukan.

Pihaknya juga berpendapat tindakan pengusiran dan kekerasan terhadap warga negara adalah sebuah kejahatan yang bertentangan dengan hukum internasional dan nilai-nilai kemanusiaan. (Ant/Bob/Ado)

sumber: Liputan6.com