SAYA tertantang untuk membaca buku ini: “The Road Less Traveled.” Judulnya saja menarik, yaitu “Jalan Yang Jarang Dilewati.” Buku ini beranak judul “kajian baru tentang psikologi cinta, nilai-nilai tradisional dan perkembangan spiritual.”
Baris-baris pembukanya saja dahsyat: “Life is difficult. This is a great truth, one of the greatest truths. It is a great truth because once we truly see this truth, we transcend it. Once we truly know that life is difficult–once we truly understand and accept it–then life is no longer difficult. Because once it is accepted, the fact that life is difficult no longer matters.”
(Hidup itu sulit. Ini adalah sebuah kebenaran besar, salah satu dari kebenaran terbesar. Ini menjadi kebenaran besar karena sekali saja kita mengetahui kebenaran ini, maka kita akan mampu melaluinya. Sekalu kita sungguh tahu, memahami dan menerima kenyataan bahwa hidup itu sulit maka kehidupan itu tak akan lagi menjadi sulit. Sekali kita menerima gakta ini maka hidup tak akan menjadi masalah lagi).
Nah sekarang tanyakan pada diri kita masing-masing apakah sudah tahu bahwa hidup ini sulit? Kalai sudah tahu, tanyakan lagi apakah kita paham dan menerima fakta bahwa hidup ini memang sulit? Kalau jawabannya adalah “ya” lalu buat apa kita mengeluh?
Mengeluh itu hanya akan mempersulit hidup yang sudah sulit ini. Jangan mengeluh, nikmati dan jalani saja. Kaidah bahwa hidup ini sulit berlaku bukan hanya pada kita melainkan juga pada mereka. Saling berbagilah agar terasa bersama dalam rasa kehidupan.
Masih merasa sulit? Semoga tidak sulit memahami tulisan singkat ini. Masih sulit juga memahaminya? Datanglah ke kajian rutin Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim, Sabtu 29 April 2017 setelah Ashar. Salam, AIM, Pengasuh. [*]
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2375722/memahami-kesulitan-hidup-agar-tidak-sulit#sthash.6Xusn2Sk.dpuf