Puasa adalah satu-satunya ibadah yang tidak dapat dimasuki riya, karena tiada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT. Adapun ibadah yang lain, umpamanya shalat, adakalanya dilakukan oleh seseorang, karena ingin dikatakan orang shaleh, banyak ibadahnya, dan lain sebagainya.
Demikian juga halnya dengan bersedekah karena ingin dikatakan dermawan, atau ia berjuang karena ingin suatu kedudukan, atau ingin gelar pahlawan dan sebagainya. Akan tetapi puasa, suci daripada itu semuanya.
Oleh sebab itulah Allah SWT mengakui keutamaan ibadah puasa, dan erat hubungannya dengan kesucian jiwa dan keikhlasan hati. Hal ini dijelaskan di dalam hadits kudsi.
Allah SWT telah berfirman, “Segala amal ibadah anak Adam adalah baginya, kecuali puasa adalah bagiku, dan Aku lah akan membalasnya.”
Hadits Qudsi tersebut menjelaskan bahwa, segala amal ibadah manusia dapat dilihat dan dinilai, oleh manusia itu sendiri, kecuali puasa tidak dapat dilihat, dan tidak dapat diketahui orang lain, kecuali Allah SWT.
Menurut Syekh Muhammad Ibrahim Al Khatib, bahwa puasa itu merupakan rahasia antara hamba dengan Tuhannya, tidak ada yang melihatnya kecuali Dia karena orang yang berpuasa, tidak seperti melakukan shalat, zakat dan haji, dapat dilakukan karena riya.
Tetapi orang yang melakukan puasa meninggalkan syahwatnya, makanan dan minumannya karena Allah semata, tidak diketahui oleh seseorang, dan itulah ”Rahasia Puasa” sehingga khusus milik Allah SWT.
Dalam riwayat lain oleh Bukhari dan Abu Daud, dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda, “Demi diri Muhammad di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak wangi (kasturi).”