Jamaah haji Indonesia mengapresiasi upaya pemerintah menyediakan layanan 15 kali makan siang selama tinggal di Makkah, Arab Saudi. Kendati demikian, jamaah perlu menyiasati waktu makan siang dan waktu ke Masjidil Haram.
Seperti yang diungkapkan oleh jamaah calon haji asal Ngawi, Sanuri (58 tahun). Menurutnya, saat layanan makan siang dikirimkan sebelum pukul 11.00 waktu Arab Saudi, biasanya jamaah calon haji sudah hendak pergi ke Masjidil Haram. Waktu makan siang itu juga masih berdekatan dengan makan pagi.
“Jadi masih kenyang juga,” kata dia, kepada REPUBLIKA.CO.ID, Selasa (1/9).
Karena itu, dia dan beberapa jamaah lainnya perlu menyiasati waktu makan siang dan pergi ke Masjidil Haram. Mereka memilih berangkat ke Masjidil Haram untuk shalat Dhuhur. “Lalu, kembali ke pemondokan untuk makan siang,” kata dia.
Mereka akan kembali lagi ke Masjidil Haram untuk melakukan shalat Ashar, Maghrib, dan Isya. Sanuri tidak mempermasalahkan harus bolak-balik pemondokan dan Masjidil Haram. Sebab, cara serupa dilakukan ketika tinggal di Madinah.
Menurut dia, layanan transportasi bus shalawat juga tersedia selama 24 jam. “Waktu dulu saya berangkat 2009, busnya belum 24 jam,” kata pria yang berencana melakukan badal haji untuk ayahnya, Imam Supangat.
Suminingsih punya cara yang berbeda untuk menikmati layanan makan siang. Dia lebih memilih shalat Dhuhur di pemondokan sekaligus beristirahat. Dia akan berangkat ke Masjidil Haram ketika shalat Ashar.
sumber: Republika Online