Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Zainut Tauhid prihatin dengan masih banyaknya politisi Muslim yang tersangkut kasus korupsi. Ini membuktikan mereka belum memahami ajaran agama dengan baik.
“Sikap keberagamaannya yang hanya sebatas kulitnya saja sehingga dengan mudah tergoda melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama seperti korupsi,” ujar Zainut kepada Republika, Kamis (9/11).
Ia berpendapat korupsi terjadi atas dorongan memiliki harta sebanyak mungkin. Mereka selalu tidak puas atas harta yang dimilikinya. Ditambah dengan lingkungan yang semakin materialistik dan hedonis sehingga ikut memengaruhinya. Termasuk iman yang lemah ikut mendorong mereka menempuh jalan pintas memperoleh kekayaan meskipu tak sesuai dengan ajaran Islam.
Dalam sudut pandang Islam, kata Zainut, dorongan-dorongan untuk melakukan korupsi bisa dicegah antara lain meningkatkan mutu shalat dan penguatan iman. Menurut Zainut terdapat dua aspek yang perlu ditanamkan dalam diri politisi Muslim yakni rasa malu. Rasulullah SAW menegaskan bahwa malu merupakan bagian dari iman.
“Seorang yang kehilangan rasa malu ibarat seekor hewan yang memakan barang miliki siapa saja,” Zainut mengungkapkan.
Aspek kedua yaitu penguatan iman terkait dengan hari akhirat. Setiap mukmin, lanjutnya, sejatinya percaya terhadap adanya hari hisab. Di hari tersebut amal manusia akan dihitung oleh Allah SWT. Dari perhitungan tersebut, manusia akan ada yang masuk ke surga dan neraka. Karena itu, melakukan perbuatan baik dan menghindari kemungkaran merupakan cara agar kelak tidak masuk neraka.
“Melakukan perbuatan korupsi dan perbuatan munkar lainnya mengindikasikan orang tidak beriman pada hari akhirat. Sebab beriman pada sesuatu tidak hanya dibenarkan oleh hati dan diikrarkan oleh lida tetapi lebih-lebih lagi disertai perbuatan baik,” kata Zainut.