Oleh: Muhammad Iqbal
Redaktur Republika
Lama tak terdengar, Abdul Salam Bilal, nama muslim dari Nicolas Anelka, mengomentari kiprah bekas klubnya, Arsenal, pada musim 2015/2016. Anelka, pemain yang membela Arsenal pada kurun waktu 1997 sampai 1999, mendukung penuh keputusan manajer the Gunners Arsene Wenger perihal pemilihan pemain di lini depan. Menurutnya, Wenger telah mengambil langkah tepat dengan memercayakan posisi striker kepada Olivier Giroud.
“Dia (Wenger) percaya kepada Giroud karena dia berpikir Giroud akan kembali mencetak banyak gol, sebagaimana yang telah dia lakukan. Arsenal telah memenangkan gelar musim lalu. Begitu pun musim sebelumnya. Jadi, bukan tidak mungkin prestasi itu terulang kembali,” ujar Anelka kepada the National dilansir Internasional Business Times, Kamis (10/9).
Situasi yang dihadapi Wenger sekarang identik dengan kondisi 1997-1999. Ketika itu, Wenger hanya memiliki striker tunggal berpengalaman pada diri Ian Wright.
Sementara Anelka, hanyalah seorang striker muda yang baru tiba dari Paris Saint-Germain, klub asal Paris, ibu kota Prancis. Situasi musim ini serupa. Selain Giroud, striker murni tersisa hanyalah Danny Welbeck.
Namun, Welbeck mengalami cedera lutut parah sehingga kudu absen beberapa bulan ke depan. Sebelum bursa transfer pemain musim panas 2015 ditutup, sejumlah kalangan telah menyarankan agar Wenger memboyong seorang bomber kelas dunia. Nama-nama semisal Edinson Cavani (PSG) maupun Karim Benzema (Real Madrid) diapungkan.
Namun, tak satupun yang mendarat di Emirates Stadium. “Arsene percaya kepada timnya. Dia pun melakukan hal serupa ketika itu (1997-1999). Meskipun masih ada Ian Wright, dia tidak membeli satu pun penyerang sehingga saya harus bermain baik. Dia (Wenger) percaya pada saya dan pada akhirnya saya bisa bermain reguler dengan hasil yang baik pula. Dia membuat pilihan serupa dengan Giroud,” ujar Anelka.
Sekadar mengingatkan, pada musim debutnya, Anelka bermain brilian. Tercatat 17 gol dicetak di ajang Liga Primer. Di pengujung musim, raihan pemain muda terbaik versi PFA diraih.
Mungkin tak banyak yang tahu bahwa saat ini Anelka masih aktif bermain sepak bola. Ketidaktahuan itu wajar. Terlebih, usia pria kelahiran Le Chesnay, Prancis, telah menginjak 36 tahun. Selepas membela West Bromwich Albion, klub terakhirnya di ranah Inggris, Anelka bergabung dengan Mumbai City pada 15 September 2014.
Di klub yang berkompetisi di kompetisi Liga Super India itu, Anelka bermain sebanyak tujuh kali dengan raihan dua gol. Lantaran Mumbai urung lolos ke fase berikut karena hanya menempati peringkat ketujuh klasemen akhir, mantan pemain Real Madrid ini pun hengkang ke NA Hussein Dey.
Rencananya, bersama klub di Liga Aljazair tersebut, Anelka akan menjalani kontrak 18 bulan. Namun, transfernya digagalkan Federasi Sepak Bola Aljazair. Alasannya, usia Anelka sudah melebihi 27 tahun, batas maksimal untuk pemain internasional yang boleh bermain di kompetisi negara tersebut.
Akhirnya, pria yang pernah merumput di Cina ini pun kembali ke Mumbai City. Tidak hanya sebagai pemain, melainkan juga seorang pelatih. “Dia mengimpresi kami dengan pengetahuan taktik serta kemampuannya memotivasi,” ujar co-owner Mumbai City yang juga seorang aktor Bollywood Ranbir Kapoor di laman BBC.
Berbicara soal Anelka, mau tidak mau, kita akan tertarik untuk mengetahui lebih dalam perihal keislamannya. Apalagi, Anelka merupakan pemain yang dikenal sebagai pemeluk Islam nan taat. Dalam sebuah wawancara dengan Al Arabiya beberapa waktu lalu, Anelka menyampaikan pengakuan perihal kepercayaan yang dia anut.
“Saya berusia 16 tahun saat yang berpindah agama ke Islam,” ujarnya. “Apa yang membuat saya berpindah agama adalah saya memiliki keyakinan bahwa Islam merupakan agama yang tepat bagi saya,” lanjut pemain yang sukses membawa Prancis menjuarai Piala Eropa 2000 ini. Lebih lanjut, Anelka mengaku senang dan bangga menjadi seorang muslim.
Terlebih, relasinya dengan Allah SWT membuat hidup semakin tercerahkan. “Saya memiliki keyakinan bahwa di dalam hati saya Islam merupakan agama saya,” katanya menekankan.
Dalam kesempatan serupa, suami dari Barbara Tausia ini membagi filosofi pribadinya. “Saya bukan domba dalam sebuah kawanan. Saya berpikir berbeda. Saya bukan seseorang yang senang berada dalam sorotan. Saya pemalu dan lebih senang menarik diri,” ujarnya.