Oryza sativa (padi) memulai per jalanan panjangnya ke Ita lia dari tempat asalnya dibudidayakan di Cina dan Asia Timur sekitar tahun 6.000 SM. Dari Asia Timur dan Cina, padi lalu menyebar ke India dan Asia Tenggara. Di duga, orang-orang Persia yang membawa padi ke Timur Tengah. Dari Timur Tengah, padi kemudian diseberangkan ke Mesir sekitar 600 M.
Pada abad ketujuh dan delapan Masehi, padi turut serta dibawa dalam ekspansi kekuasaan Islam ke Afrika Utara, Spanyol selatan (Andalusia), lalu ke Pulau Sisilia, Prancis, Portugal, barulah ke Italia. Namun, di utara Italia, keberadaan padi bertahan lebih lama dibandingkan tempat lain di Mediterania. Padi ikut mengubah lanskap, ekonomi, kawasan, dan tentunya kuliner warga setempat.
Padi tak sampai Mediterania sebatang kara. Orang-orang Arab juga mengenalkan lemon, jeruk, terung, tebu, delima, semangka, tin, dan rempah-rempah. Padi pun sebenarnya bukan barang baru. Bangsa Romawi sudah mengenal pa di dan beras, tapi hanya sebatas barang impor mahal untuk kebutuhan pengobatan. Di area basah seperti Valensia, orang-orang Arab dari Andalusia membangun sekitar 800 noria (kincir air). Sejak itu, padi menjadi salah satu komoditas pertanian yang berkembang di sana.
Seorang ahli pertanian di Sevilla pada abad ke-12, Ibrahim al-Awwam, dalam bukunya ber judul Kitab al-Filaha (Buku Pertanian) me nu lis tentang musim tanam padi, termasuk iri gasi dan drainase yang dibutuhkan, pemeri ha raan dari hama, cara panen, hingga penyim pa nannya. Al-Awwam juga menulis, cara terbaik un tuk memasak beras adalah dengan menam bahkan mentega, minyak, lemak, dan susu ke da lamnya. Catatan itu adalah referensi awal ca ra memasak nasi di kawasan Mediterania kala itu.
Menyusul penaklukan Islam atas Sisilia pada abad kesembilan, padi tumbuh dan diekspor dari sana pada abad ke-10. Meski risiocultura (aktivitas menanam padi) perlahan hilang dari Sisilia, produksinya berpindah dan ber tahan ke utara, ke tempat yang lebih lembap dan subur di dataran Vercelli.