Tiga Olahraga Warisan Islam

Banyak Muslim tidak menyadari betapa besarnya kontribusi Islam di masa lalu bagi pengembangan olahraga. Islam menganjurkan penganutnya untuk berbadan sehat. Salah satunya dengan berolahraga, seperti berenang, berkuda, dan memanah. Kata Arab untuk olahraga adalah riyadhah. Menarik untuk dicatat bahwa kata yang sama digunakan untuk matematika dan tasawuf.

Olahraga dalam Islam berkaitan dengan melatih tubuh, pikiran, dan jiwa. Ketika Muslim mencapai Spanyol, Sisilia, Istanbul (Konstantinopel) dan belahan dunia lainnya, mereka menghentikan semua olahraga yang menyebabkan para pemain terluka, seperti gladiator dan sejenisnya. Tiga olahraga warisan Islam adalah sebagai berikut.

Catur

Selama bertahun-tahun, catur telah menjadi bagian penting sejarah sepanjang era Muslim. Menurut bu ku sejarah dan sastra, catur sangat terkenal di kalangan elite masyarakat Arab. Pangeran, khalifah, penu lis, ahli bahasa, penyair, dan dokter, menguasai permainan itu.Mereka yang menyukai itu termasuk pendiri dinasti Ayyubiyah, Salahudin al-Ayubi, khalifah Harun ar- Rasyid, al-Mu’tadi, al-Mu’taz, dan penyair Miti bin Iyas.

Selain itu, Arib al-Ma’muniyya dikenal segaian wanita yang pandai bermain catur. Beberapa sejarawan mengata kan bahwa dia adalah anak perempuan Jafar al- Barma ki. Dia diculik saat masih muda dan Khalifah al-Ma’mun membebaskannya.

Memanah

Nabi Muhammad dikenal sebagai pemanah andal. Tiga busurnya masih tersimpan di museum Top- kapi di Istambul. Dalam praktik memanah, area antara garis tembak dan target dianggap suci. Seseorang harus cermat dan pandai menyiasati keadaan sebelum melepaskan anak panah. Tentu saja seorang pemanah harus mampu mengukur arah angin dan ketepatan sasaran tembak. Pertimbangan yang cermat dan tepat akan menentukan kemana anak panah akan menancap.

Kung Fu Muslim

Proses islamisasi berlangsung dalam penyelenggaraan seni bela diri di negara-negara Muslim Asia Tenggara. Kung fu di kalangan umat Islam Cina mudah terlihat di Qing Zhen Siatau kuil suci dan kebenaran (masjid). Masyarakat di dalamnya berkomunikasi dengan bahasa Arab. Kalimat bismillah akan digunakan untuk memulai sebuah tindakan, bukannya membungkuk atau berteriak Kiai, seperti yang orang Jepang lakukan untuk membangkitkan semangat.

Kungfu dipraktikkan oleh Muslim Hui dan menjadi bagian dari kuri kulum, kehidupan sosial, dan kehidupan madrasah mereka, terutama saat perayaan Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi. Komunitas Hui berkumpul di halaman Masjid untuk perayaan dan dihibur oleh demonstrasi dan pameran Wu Shu setelah shalat.

 

Oleh Ratna Ajeng Tejomukti

REPUBLIKA