“KATAKANLAH: ‘Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari golongan jin dan manusia.” (QS. An-Nas (114]: 1-6)
Dalam surah ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk berlindung kepada Allah dari waswas setan. Meski perintah ini ditujukan kepada Nabi Muhammad saw tetapi juga mencakup perintah kepada kita semua, umat manusia. Kita diperintahkan untuk selalu memohon perlindungan kepada Allah Swt dari segala bentuk kejahatan berupa bujuk rayu serta bisikan (waswas) setan.
Di dalam Alquran, kata waswasa dengan beragam bentuknya disebut sebanyak lima kali, yaitu terdapat pada QS. Al-A’raf [7]: 20, QS. Thaha [20]: 120, QS. Qaf [50]: 16, QS. An-Nas [114]: 4 dan 5.
Kata waswasa menurut para ulama tafsir dapat diartikan dengan ucapan yang tersembunyi (al-kalam al-khafi) atau bisikan halus. Adapun pengertian waswasa dalam rangakaian ayat pada surah An-nas di atas adalah bisikan, bujuk rayu, serta tipu daya setan agar manusia ragu kepada Allah, serta melakukan tindak kejahatan berupa maksiat kepada-Nya.
Kata Waswasa ini kemudian diadopsi ke dalam bahasa Indonesia menjadi waswas, yang berarti ragu-ragu, cemas, tidak tenang dan gelisah. Kata ini biasanya digunakan untuk menunjukkan kondisi ketidakmampuan hati untuk melakukan sesuatu, atau keraguan akan sesuatu.
Dalam rangkaian ayat di atas, sosok yang menebarkan benih-benih keraguan melalui bisikan-bisikan halus dalam dada manusia adalah al-Khannas.
Menurut Ath-Thabari dalam tafsirnya, al-Khannas adalah setan yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia. Dia datang di saat seseorang sedih dan senang. Ketika sedih, setan datang dengan bisikan keraguan akan kekuasaan Allah. Dia membisikkan ke dalam dada manusia agar tidak meyakini takdir Allah. Sedangkan di saat senang setan datang dengan bisikan agar manusia bangga dan sombong atas apa yang didapatnya, sehingga dia melupakan Allah.
Bisikan setan yang demikian halus itu sering kali membuai manusia. Sehingga mereka tidak menyadari bahwa di dalam hatinya telah dipenuhi oleh bisikan dan bujuk rayu setan la’natullah.
Sepasang remaja yang tengah dimabuk asmara, misalnya, maka bisikan halus setan sering kali membuai mereka. Mereka dijanjikan keindahan dan kesenangan. Mereka pun terbuai, hingga akhirnya melakukan tindakan perzinaan. Mereka kelak menyesal setelah menyadari apa yang mereka lakukan.
Seorang pedagang juga tidak luput dari bisikan setan. Setan merayunya untuk melakukan tindak kecurangan dalam proses jual-belinya. Dia janjikan keuntungan yang berlipat-lipat kepad si pedagang asal dia tidak berlaku jujur.
Bahkan, bisikan setan juga menghampiri para ulama. Dia bisikan kepada mereka bahwa ilmu agama yang mereka miliki adalah yang terbaik, sehingga mereka merasa seolah-olah mereka adalah orang yang paling mulia dan paling layak dihormati. Mereka menganggap remeh orang lain yang menurut mereka ilmunya lebih rendah.
Inilah bisikan-bisikan setan yang akan selalu mengintai kita dalam segala kondisi. Maka, marilah kita senantiasa memohon perlindungan kepada Allah Swt agar dijaga dari bisikan-bisikan setan yang terkutuk. [Didi Junaedi]