RAMADHAN telah tiba. Marhaban Ya Ramadhan…! (Selamat datang wahai Ramadhan). Tamu agung yang ditunggu-tunggu kedatangannya selama ini membawa sejumlah “hadiah” dari Allah Subhanahu Wata’ala berupa bonus pahala, rahmat, pengampunan dosa dan lainnya. Setelah sekian lama berpisah, kini bulan yang dirindukan ini telah hadir menghampiri kita. Kedatangannya selalu dinantikan dan dielu-elukan oleh umat Islam. Suasana bersamanya menyenangkan dan membuat jiwa-jiwa orang mukmin tenang dan damai. Umat Islam seluruh penjuru dunia menyambut kedatangan Ramadhan dengan perasaaan gembira dan suka cita.
Ada fenomena menarik ketika Ramadhan tiba. Umat Islam di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia saling menyampaikan ucapan tahniah atau ucapan selamat “Marhaban ya Ramadhan”.
Tulisan tahniah atas kedatangan Ramadhan tersebut menghiasi setiap sudut kota dan media cetak dan elektronik. Bahkan SMS ucapan tahniah ini menjadi SMS paling favorit dan trend ketika Ramadhan tiba. Juga melalui media sosial seperti WA, instagram, line, facebook dan lainnya. Ungkapan tahniah seperti ini sudah menjadi populer di kalangan umat Islam sebagai bentuk ungkapan rasa gembira dan antusias atas kedatangan bulan Ramadhan.
Sudah sepatutnya seorang muslim bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan. Bagaimana tidak? Bulan Ramadhan merupakan bulan keberkahan, rahmat, maghfirah(pengampunan dosa), itqu minnan nar (pembebasan dari api neraka), bulan menuai pahala, bulan dilipat gandakan pahala ibadah, sarana menjadi orang taqwa, dan sebagainya. Dengan berbagai keutamaan yang dimilikinya tersebut, maka sangatlah wajar bila bulan Ramadhan dijuluki oleh Rasulullah Saw dengan sebutan sayyid asy-syuhur (penghulu segala bulan). Oleh karena itu, Ramadhan disambut dengan gembira dan suka cita oleh umat Islam di seluruh dunia.
Sebaliknya, ada sebahagian golongan yang merasa susah dan gelisah dengan kedatangan bulan Ramadhan. Mereka tidak bergembira sebagaimana umat Islam lainnya yang bergembira dalam menyambutnya. Mereka ini adalah golongan syaithan dan para pengikutnya dari kalangan manusia. Bagi syaithan, kedatangan bulan Ramadhan berarti menggagalkan usaha mereka selama ini untuk menjerumuskan manusia ke dalam kubangan dosa. Pada bulan yang mulia ini Allah Subhanahu Wata’ala menyediakan pengampunan bagi orang-orang yang bertaubat dan berpuasa. Rasa tidak senang juga dirasakan oleh para pengikut dan murid syaithan dari kalangan manusia. Bagi mereka, Ramadhan mengganggu maksiat yang sudah biasa melakukan selama ini.
Kita patut bersyukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas nikmat yang besar yaitu dengan dipertemukannya kita dengan Ramadhan kali ini. Dengan demikian kita masih diberi kesempatan dan peluang oleh Allah Subhanahu Wata’ala untuk meraih berbagai keutamaan dan fasilitas pada bulan Ramadhan. Mungkin Ramadhan seblumnya kita tidak optimal dalam beribadah. Maka Ramadhan kali ini kesempatan bagi kita untuk memperbaikinya untuk optimal dalam beribadah.
Bersyukurlah orang-orang yang dipertemukan dengan Ramadhan. Berapa banyak saudara-saudara kita muslim yang tidak dapat kesempatan beribadah di bulan Ramadan kali ini karena mereka telah dipanggil oleh Allah Subhanahu Wata’ala (meninggal). Ada pula sebahagian saudara yang sampai hari ini masih sakit dirawat di rumah sakit. Maka bersyukurlah kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala terhadap nikmat umur dan kesehatan ini sehingga dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Oleh karena itu, perbanyaklah ibadah di bulan Ramadhan sesuai dengan petunjuk Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, agar kita dapat meraih berbagai keutamaan yang disediakan Allah Subhanahu Wata’ala pada bulan yang mulia ini.
Ramadhan merupakan syahrul Quran (bulan Al-Quran). Diturunkannya Al-Quran pada bulan Ramadhan menjadi bukti nyata kemuliaan dan keagungan bulan Ramadhan. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185). Di ayat lain Allah berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) pada malam qadar” (QS. Al-Qadar: 1). Maka, pada bulan ini kita sangat digalakkan untuk bertadarus (berinteraksi) dengan Al-Quran yaitu dengan cara memperbanyak membaca Al-Qu’an, memahaminya, mengkhatamkannya menghafalnya, mempelajarinya, dan mengamalkannya. Tanpa melakukan antivitas membaca, memahami, dan mempelajari Al-Qur’an, maka tidak mungkin kita mengamalkan Al-Quran.
Ramadhan merupakan syahrun mubarak (bulan keberkahan). Setiap ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan, maka Allah akan melipat gandakan pahalanya.
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: “Sungguh telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini diwajibkan puasa kepada kalian..” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi).
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam pernah berkhutbah di hadapan para sahabatnya, “Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (ibadah) di dalamnya lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah. Siapa yang mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan (pada bulan itu), seolah-olah ia mengerjakan satu perbuatan wajib pada bulan lainnya. Siapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib pada bulan yang lain, ia seolah-olah mengerjakan tujuh puluh kebaikan di bulan lainnya.” (HR. Baihaqi)
Ramadhan merupakan bulan ibadah dan taqwa. Ramadhan memberikan motivasi kepada umat Islam untuk memperbanyak ibadah dan amal shalih (kebaikan) dan meninggalkan maksiat. Pada bulan Ramadhan pintu-pintu surga terbuka dan pintu-pintu neraka tertutup serta syaithan-syaithan diikat. Dengan demikian, Allah Subhanahu Wata’ala telah memberi kesempatan kepada hamba-Nya untuk masuk surga dengan ibadah dan amal shalih yang mereka perbuat pada bulan Ramadhan. Syaithanpun tidak diberi kesempatan untuk mengoda dan menyesatkan manusia.* >>> (BERSAMBUNG)
Oleh: Muhammad Yusran Hadi
Penulis adalah Ketua Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh, Pengurus Dewan Dakwah Aceh dan Anggota Ikatan Ulama dan Da’i Asia Tenggara