Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Ma’ruf Amin mengingatkan konsep makna hijrah bukan sekadar pindah yang dikaitkan dengan peristiwa pindahnya Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dari Makkah ke Madinah.
“Saat ini masyarakat perlu mengejawantahkan hijrah dalam konteks yang lebih luas. Makna hijrah dapat diimplementasikan dalam berbagai konteks kehidupan,” jelas Kiai Ma’ruf, Rabu (14/10).
Pada dasarnya, imuh Kiai Ma’ruf, hijrah bermakna perpindahan atau perubahan dari satu situasi kepada situasi lain yang lebih baik. Dalam level individu, hijrah juga dapat bermakna perubahan dari satu perilaku menuju perilaku yang lebih baik. Hijrah juga dapat terjadi pada level yang lebih tinggi, yaitu dari satu sistem ke sistem yang lebih baik.
Dalam penerapannya, Kiai Ma’ruf menyatakan, umat Islam saat ini perlu melakukan perpindahan situasi dari masyarakat yang lebih menjadi umat yang lebih kuat.
“Kita kan umat Islam ini besar jumlah kecil peran. Kita harus membuat umat islam ini tidak hanya besar jumlahnya tapi juga besar perannya,” kata dia.
Upaya-upaya pemberdayaan dan penguatan umat perlu dilakukan untuk dapat mewujudkan umat Islam yang kuat. Ia mengatakan, tahun baru ini harus menajdi tombak untuk melakukan perubahan yang berkelanjutan.
Ketua Dewan Pembina Ikatan Kerohanian Islam Kota Bekasi Adrian Damora menggarisbawahi pentingnya hijrah agar tidak hanya dilakukan pada momen-momen tertentu saja. Hijrah di masa sekarang harus dilakukan secara kontinyu. Ketika merasa ada penurunan baik dari segi keimanan, seorang Muslim wajib untuk berhijrah.
Menurut Adrian, seorang Muslim harus bersikap profesional. Hijrah menjadi momen untuk selalu meningkatkan profesionalisme Muslim, baik dalam beribadah maupun bekerja. “Kita harus terus improve untuk bisa melakukan kebaikan,” kata dia.