Aisyah RA merupakan teladan Muslimah yang intelek.
Mencari ilmu dalam agama Islam merupakan perkara wajib bagi umatnya. Ilmu menjadi bekal bagi manusia dalam menjalankan kehidupan. Mencari ilmu ini tidak terbatas pada Muslim saja namun juga Muslimah.
Dalam QS al-Mujadilah ayat ke-11 Allah SWT berfirman, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan.”
“Kewajiban untuk menuntut ilmu ini tidak hanya bagi kaum Muslim tapi juga bagi kaum Muslimah. Dan banyak dalil di luar yang menyebut keutamaan untuk menuntut ilmu,” ujar Ustazah Badrah Uyuni kepada Republika.co.id belum lama ini.
Ustazah Badrah mengajak untuk kembali melihat kepada sejarah. Pada Aisyah RA yang merupakan istri Nabi Muhammad SAW.
Dia menyebut jika diibaratkan ilmu milik Muslimah sesudah Aisyah ini dikumpulkan, ini masih tidak akan cukup jika dibandingkan dengan ilmunya. Aisyah menguasai tiga ilmu, yaitu tentang syariat, kedokteran, dan syair.
“Ini Aisyah loh, istri Nabi yang merupakan ummu al-mu’minin. Beliau saja dianjurkan Nabi untuk terus belajar, nah bagaimana dengan kita umatnya?” lanjutnya.
Belajar bagi muslimah bukanlah untuk dirinya sendiri. Ilmu yang dimiliki Muslimah dan seorang ibu akan berguna bagi anak-anaknya kelak. Hal ini sesuai dengan pepatah Arab yang menyebut, “Seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya”.
Jika seorang ibu bisa mempersiapkan anaknya atau orang lain di sekitarnya dalam menghadapi kehidupan dan memperdalam agama, ia telah mempersiapkan sebuah generasi yang hebat.
Ustazah Badrah mengakui jika derajat perempuan dalam Islam tidak setara dengan pria. Hal ini terbukti dalam berbagai urusan agama, salah satunya perihal akhlak yang banyak disebut dalam hadis jika akhlak wanita hanya setengah. Pun untuk urusan kesaksian, Muslimah dianggap hanya setengah.
Namun hal ini bukan berarti peran perempuan dalam kehidupan tidak penting. Perempuan memiliki peran yang juga besar dalam mempersiapkan sebuah generasi.
Imam Ibnu Jauzi menyebutkan, “Sering aku menganjurkan kepada manusia agar mereka menuntut ilmu syar’i karena ilmu laksana cahaya yang menyinari. Menurutku kaum wanita lebih dianjurkan dibanding kaum laki-laki karena jauhnya mereka dari ilmu agama dan hawa nafsu begitu mengakar dalam diri mereka. Kita lihat seorang putri yang tumbuh besar tidak mengerti cara bersuci dari haid, tidak bisa membaca Alquran dengan baik dan tidak mengerti rukun-rukun Islam atau kewajiban istri terhadap suami. Akhirnya mereka mengambil harta suami tanpa izinnya, menipu suami dengan anggapan boleh demi keharmonisan rumah tangga serta musibah-musibah lainnya.”