Seorang anak gadis tinggal bersama ibunya yang sudah tua. Sebelum dipersunting oleh calon suami, ia mensyaratkan kepada siapapun yang hendak meminangnya, agar dibiarkan tinggal bersama ibunya untuk merawat dan berbakti kepadanya sampai sang ibu meninggal dunia.
Calon suaminya pun menyetujui persyaratan tersebut. Ia tetap tinggal bersama sang ibu, ia merawat ibunya dan berbakti kepadanya. Selang beberapa tahun kemudian, sang ibu akhirnya meninggal dunia. ‘Semoga Allah senantiasa merahmatinya’. Gadis tersebut terduduk sambil menangis tersedu-sedu. Betapa ia sangat paham tentang pahala berbuat baik kepada orang tuanya. Ia masih saja terduduk sambil menangis, lalu ia berkata, “Telah tertutup bagiku satu pintu dari sekian pintu surga”. Sebab ia sangat menghargai keberadaan ibunya, ia sangat membutuhkan keberadaannya dan bukan sebaliknya.
Karena itu, ketika sang ibu meninggal dunia ia tidak bergembira seraya berucap “Alhamdulillah”. Dan ini adalah sesuatu yang sangat baik. Sebab, ketika sang ibu meninggal dunia, ia ridha kepada anak perempuannya (sang gadis) tersebut. Dan selanjutnya, dikemudian hari sang gadis ini dikarunia oleh Allah ta’ala dua anak laki-laki yang menjadi orang-orang shalih lagi pilihan (dikutip dari buku Ummi, Izinkan Aku Menangis, Abu `Uyainah As-Sahaby, hal. 2, 33-234).
Subhanallah… sebuah fakta betapa di dunia ini masih ada sosok anak yang mengikuti fitrah lurus lagi sangat lembut dan santun dalam mengamalkan kebaktian tulus kepada orang tua. Dia begitu yakin dengan janji dan pahala yang akan diberikan Allah ketika menjadikan orang tuanya sebagai pintu mengetuk surga-Nya. Hanya hamba-hamba-Nya yang diberi karunia dan taufik dari Allah lah yang mampu menjalani ritme kehidupan yang membutuhkan kesabaran, perjuangan, limpahan cinta dan kekuatan iman hingga ia mampu mengemban amanah mulia ini.
Terkadang jiwa ini sangat lemah hingga butuh motivasi luar yang kuat agar semangat beramal muncul dan mampu terinspirasi ketika membaca serta merenungkan kisah nyata sebagaimana cerita menakjubkan gadis shalihah di atas. Sungguh indah wasiat Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang derajat seorang ibu di sisi Allah. Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi:
يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ
“Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan).
Orang tua akan tersenyum bahagia ketika anak-anaknya bergaul dengannya dengan baik dalam perkataan ataupun tingkah laku. Dia akan ikhlas mendoakan kebahagiaan serta keberkahan hidup bagi anak-anaknya di dunia dan akhirat. Dan sesungguhnya anak-anak yang shalihahlah yang sejatinya butuh doa orang tua agar senantiasa dirahmati Allah dan kelak ketika ia selalu mengamalkan birul walidain insyaallah anak-anak kita pun akan berbakti kepada Allah dan berbakti kepada kedua orang tua.
Mukmin sejati harus selalu bersyukur kepada Allah, senantiasa bermuamalah dan mentaati orang tua dalam perkara yang dibenarkan syariat. Allah Ta’ala berfirman:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya” (QS. Al-Isra’ : 23).
Semoga Allah mudahkan kita meniti jejak indah orang-orang terdahulu yang sangat antusias dalam birul walidain hanya demi ridha Allah semata. Semoga jiwa ini tergetar dan menangis tatkala menelusuri kembali lembaran menakjubkan generasi emas para salafuna shalih dalam menjalin hubungan yang serasi, harmonis dan islami dengan orang tuanya. Yaa Rabbi kumpulkan kami dengan para nabi, shidiqin, dengan kaum muslimin yang taat, dengan para sahabat, orang tua tercinta, kerabat dan anak-anak keturunan kami dalam istana surga. Aamiin…
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/11663-izinkan-aku-merawat-ibuku-sebelum-engkau-meminangku.html