DALAM Al-Quran, di surah An-Naml ayat ke-22, dikisahkan bahwa burung Hud-hud menyaksikan sebuah kaum penyembah matahari di bumi Yaman—yang dahulu disebut negeri Saba’—hal itu kemudian disampaikan kepada Nabi Sulaiman as.:
“Aku datang kepadamu (Sulaiman) dengan membawa kabar yang pasti dari negeri Saba’…”
Burung Hud-hud tidak mengatakan: “Aku dengar begini…” atau berkata: “Kata orang begini…”
Namun dia membawa berita yang langsung disaksikannya dengan mata kepalanya sendiri. Nabi Sulaiman juga tidak serta merta meyakini kabar tersebut, justru beliau berkata : “Kita akan melihat, apakah kamu termasuk dari golongan yang terpercaya atau golongan pendusta.”
Begitulah seharusnya cara seorang muslim dalam menginformasikan atau mengkritisi sebuah informasi. Tidak menelan mentah-mentah semua kabar yang berserakan di media, tengah-tengah publik, ataupun lainnya, namun diuji dan dilihat kebenarannya terlebih dahulu.
” …maka selidikilah kebenaran (kabarnya) agar kamu tidak menimpakan suatu kaum dengan perkara yang tidak mereka inginkan karena kecerobohanmu…” (QS. Al-Hujurat: 6).
“Cukuplah suatu dosa bagi seseorang yang gemar menceritakan semua kabar yang didengarnya,” Muhammad SAW. []