Jangan sampai shalat menjadi rutinitas yang sia-sia.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Umat Muslim mengenal shalat wajib dan sunnah dalam sehari-hari. Namun tak semua Muslim mampu merasakan kenikmatan menjalani shalat secara berkualitas. Lantas, bagaimana cara menikmati shalat agar tak menjadi rutinitas yang sia-sia?
Seorang ulama, Ahmad bin Harb pernah menceritakan keluh kesahnya mengenai kualitas shalat yang beliau alami. Beliau pun berkata: “Ya Allah, aku telah beribadah kepadaMu selama 50 tahun dan tidak kunikmati kenikmatan beribadah kecuali kutinggalkan tiga perkara,”.
Adapun tiga perkara yang dimaksud adalah meninggalkan mencari ridha manusia sehingga dia mampu mengucap kebenaran, meninggalkan dengan orang-orang yang tak shaleh, dan meninggalkan kenikmatan dunia demi mendapat kenikmatan akhirat.
Dari ketiga perkara yang pernah dialami beliau, hal itu menjadi indikasi bahwa ibadah yang kita langsungkan belum pada tahap mengasyikkan atau nikmat. Memang, tidaklah mudah untuk mencapai tahapan menjalankan ibadah dengan khusyuk dan nikmat apalagi jika terdapat permasalahan yang tengah mendera kita.
Kendati demikian, para ulama tetap menganjurkan agar setiap umat Muslim dapat menjalankan ibadah shalat dengan khusyuk agar mencapai kenikmatan ketika shalat berlangsung. Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin menyamakan orang yang lemah ialah orang yang penglihatan dan pendengarannya itu yang menyebabkan pikirannya tidak fokus.
Oleh karena itu, beliau menganjurkan untuk melepaskan diri dari segala hal yang dapat mengganggu konsentrasi. Seperti menundukkan penglihatan, shalat di tempat yang tenang, menyingkirkan barang di sekitar kita yang dapat mengganggu fokus, dan beberapa hal lain yang sekiranya dapat membantu pemusatan fokus ibadah.
Menurut Imam Ghazali, penglihatan dan pendengaran manusia ialah sumber utama godaan. Maka sangat dianjurkan dalam ativitas sehari-hari bagi umat Muslim untuk mendengar dan melihat hal-hal baik saja dalam hidup. Selain dapat menghindari hal-hal yang tak diinginkan, melihat dan mendengar hal yang baik saja akan membuat aura positif bagi jiwa.
Tak hanya itu, Nabi Muhammad SAW dalam hadis yang diriwayatkan Imam Abu Daud dari Anas bin Malik berkata: “Allahumma ini a’udzu bika min shalatin la tanfa’,”
Yang artinya: “Ya Allah, aku mohon perlindungan kepadaMu dari shalat yang tidak bermanfaat atau berguna,”.
Tahapan nikmat dalam ibadah bagi hamba biasa seperti kita bukan hal yang mustahil. Asalkan beberapa hal yang dilarang dan dibenci oleh Allah dapat kita hindari.
Bukankan mengasyikkan mendengar beberapa kisah dan pernyataan para sahabat, tabiin, tabi’ tabiin, serta ulama mengenai nikmatnya mendirikan shalat dan melaksanakan ibadah hampir separuh dari waktu yang mereka miliki. Para sahabat meniru Rasulullah yang kerap memancarkan kekhusyu’an ketika shalat.
Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Nasa’i dan Imam Ahmad, Rasulullah berkata: “Ja’altu qurrata a’yuni fi shalati,”. Yang artinya: Dijadikan sesuatu yang paling menyenangkan hatiku adalah pada saat mengerjakan shalat,”.
Dalam Alquran, Allah SWT bahkan menegaskan bahwa ciri-ciri orang beriman dan penghuni surga adalah mereka yang melakukan shalat dengan khusyuk dan nikmat. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Mukminun ayat 1-2: “Qad aflahal-mu’minun. Aladzina hum fi shalatihim khasyi’un,”.
Yang artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Adalah) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya,”
Pada ayat 11-12 surat yang sama, Allah berfirman: “Aladzina yaritsunal-firdausa hum fiha khalidun. Walaqad khalaqnal-insana min sulalatin min thiin,”. Yang artinya: “Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi. Yakni (mewarisi) surga Firdaus dan mereka kekal di dalamnya.”