Istri idaman sering menjadi dambaan. Pernikahan yang menyatukan istri idaman dan tentu juga suaminya yang baik diyakini akan melahirkan keluarga sakinah. Dari keluarga ini, akan lahir-lahir putra dan putri yang memperoleh pendidikan terbaik hingga mereka mewujud sebagai generasi berprestasi.
Imam Al-Ghazali dalam kitab terkenalnya, Ihya Ulum al-Din, paling tidak ada delapan ciri seorang perempuan ideal yang bisa menjadi istri idaman, yaitu agama, akhlak yang baik, wajah cantik, mahar yang ringan, bisa melahirkan anak banyak dan tidak mandul, masih perawan, keturunan yang unggul, dan bukan kerabat dekat suami.
Guru Besar Ilmu Alquran Universitas Sayf al-Dawlah, Abd al-Qadir Manshur, dalam bukunya, Buku Pintar Fikih Wanita, menambahkan dua ciri utama lainnya yaitu penyayang dan memiliki rasa malu. Ia menjelaskan, salehah dan beragama kuat merupakan hal terpenting.
Seorang istri yang lemah dalam menjalankan ajaran agama dan tak bisa menjaga kehormatan dengan baik akan mudah meremehkan suami. Dia juga biasanya akan bermuka masam di depan semua orang. Maka itu, Rasulullah mengingatkan kepada umatnya agar memilih istri yang agamanya kuat.
“Perempuan itu dinikahi karena hartanya, kecantikannya, nasabnya, dan agamanya. Tapi, pilihlah yang beragama kuat, niscaya engkau akan beruntung,” kata Rasulullah. Ini merupakan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Rasulullah menekankan agar laki-laki memilih perempuan yang agamanya kuat untuk dijadikan istri.
Akhlak mulai menjadi bagian penting lainnya. Manshur menjelaskan, seorang istri yang berakhlak buruk selalu mengucapkan kata yang tidak baik. Dalam persoalan akhlak, Rasulullah mengungkapkan, orang yang paling ia cintai dan tempat duduknya paling dekat dengannya saat hari kiamat adalah orang yang berakhlak baik.
Dianjurkan pula, perempuan itu berwajah cantik. Menurut Manshur, tak menjadi soal jika memilih perempuan berwajah cantik. Namun, harus pula mempunyai pemahaman agama yang baik dan hidup dengan akhlak mulia. Hal yang dicela adalah menikahi perempuan hanya karena kecantikannya.
Di sisi lain, perempuan dengan mahar ringan menjadi pertimbangan dalam memilih seorang istri. Hal ini ditegaskan Rasulullah bahwa sebaik-baiknya perempuan adalah perempuan yang maharnya mudah dipenuhi. Beliau melarang perempuan meminta mahar terlalu besar dan suit dipenuhi.
Laki-laki juga hendaknya tak menikahi seorang perempuan dengan tujuan untuk menguasai hartanya. Al-Tausari mengatakan, jika ada laki-laki yang mau menikah lalu menanyakan apa saja yang dimiliki calon istrinya, laki-laki tersebut adalah seorang pencuri.
Untuk mewujudkan sebuah keluarga bahagia, pertimbangkan juga keturunan. Ini akan berpengaruh pada pola pendidikan anak-anak kelak. Seorang istri yang berasal dari keluarga baik-baik diyakini akan mendidik anak yang dilahirkannya seperti yang ia pernah rasakan saat dididik orang tuanya dulu. Demikian pula sebaliknya.
Dengan pertimbangan itu, tak dianjurkan memilih istri yang tumbuh dari lingkungan kurang baik. Rasulullah mengatakan, nikahilah perempuan dari keluarga yang saleh karena keturunan itu sangat menentukan.