PANDEMI Covid-19 telah mengubah agenda bergama kegiatan di seluruh dunia. Kegiatan ibadah pun terkena imbasnya. Masjid-masjid telah ditutup mengikuti aturan karantina atau penguncian wilayah masing-masing. Kegiatan ibadah yang biasanya dilakukan secara berjamaah pun ditiadakan selama pandemi ini.
Begitu pun pada Ramadhan kali ini yang bertepatan dengan kondisi pandemi Covid-19, shalat jumat, shalat tarawih, bahkan shalat Idul Fitri, yang biasa dilaksanakan di masjid atau lapangan, kini semuanya dikerjakan di rumah saja. Di Indonesia, keputusan mengenai pelaksanaan ibadah di situasi pandemi ini telah ditetapkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui fatwa-fatwa terkait.
Situasi ibadah di rumah saja ini membuat banyak kepala keluarga mendadak jadi imam shalat. Bagi yang sudah biasa, mungkin tidak masalah, bagaimana dengan yang awam?
Jika shalat wajib sudah tak asing, tarawih pun tak jauh berbeda dengan itu. Namun, shalat Idul Fitri punya sedikit perbedaan dari shalat sunah lainnya. Selain ada khotbah, pada shalat Idul Fitri juga ada gerakan takbir yang berulang. Imam shalat Idul Fitri ini biasanya bukan sembarang orang. Lalu, bagaimana jika shalat ini dikerjakan di rumah saja dan salah satu diantara anggota keluarga ‘mau tidak mau’ harus jadi imamnya?
Bagi yang tidak terbiasa, mengimami istri, anak apalagi ada mertua, mungkin saja bikin grogi. Tapi, jangan bingung, ada tuntunan shalat Idul Fitri yang bisa dipelajari, termasuk panduan bagi imamnya.
Berikut ini penjelasannya:
1. Shalat Idul Fitri
Hukumnya
Sunah Muakkadah; sunah yang sangat dianjurkan, kesempatan satu kali dalam satu tahun jangan Anda lewatkan. Bahkan Nabi menyuruh warga muslim Madinah laki-laki & perempuan untuk keluar rumah, sholat id dan merayakan lebaran.
Waktunya
1. Waktu shalat Idul Fitri sama dengan sholat dhuha, dilaksanakan di pagi hari mulai terbit matahari, hingga waktu paling akhir adalah saat zawal (masuk waktu dzuhur).
2. Lebih utama dilakukan di awal waktu saat masuk waktu terbit matahari.
Tata caranya
1. Jumlah rakaat shalat Id adalah 2 rakaat, tetapi ada pengulangan takbir di setiap awal rakaatnya.
2. Saat jadi imam shalat Idul Fitri bacalah dengan terang (jahar) seperti pada saat shalat Jum’at.
3. Niat jika menjadi imam;
اُصَلِّى سُنَّةً لِعِْيدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ اِمَاماً ِلِله تعالى
Usholli sunnatal li iedil fitri rok’ataini imaman lillahi ta’la
“Saya niat shalat sunah idul fitri dua rakaat menjadi imam karena Allah Ta’la”
4. Rakaat pertama, takbir 7 kali (setelah takbiratul Ihram). Sunah membaca doa iftitah setelah takbiratul ihram. Kemudian baru dilanjutkan 7 kali takbir.
الله اَكْبَرُ
Allahu akbar….7x. Di sela bacaan takbir 7x di atas, bacalah;
سُبْحَانَ اللهِ وَالحَمْدُ للهِ وَلاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهَ واللهُ اَكْبَرْ
Subhanallah walhamdulillah walailaha illallah wallahuakbar
Setelah takbir, di lanjutkan baca Al Fatihan, kemudian baca sebagian ayat Alquran dan berlanjut seperti shalat pada umumnya.
5. Rakaat ke dua diawali dengan takbir 5 kali.
Di sela takbir membaca:
سُبْحَانَ اللهِ وَالحَمْدُ للهِ وَلاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهَ واللهُ اَكْبَرْ
Subhanallah walhamdulillah walailaha illallah wallahuakbar.
Setelah takbir di lanjutkan baca Al Fatihah, ayat/surat seperti sholat pada umumnya hingga tahiyyat & salam.
6. Khusus bagi imam, setelah selesai shalat, maka diharuskan menyampaikan khotbah
2. Khotbah shalat Id
Hukumnya
Hukum khotbah idul fitri adalah sunah. Jika shalat Idul Fitri sendirian bagi musafir, dalam kondisi sakit atau adanya anjuran di rumah aja, maka cukup shalat di rumah saja, jika tidak memungkinkan adanya khotbah Id, ini tidak jadi masalah. Ini mengacu pada pendapat mayoritas ulama di antaranya pendapat Imam Nawawi dari madzhab Syafi’e.
Waktunya
Khotbah idul fitri dilakukan setelah shalat (Shalat dulu baru khotbah), berbeda dengan sholat Jum’at yang khotbah terlebih dahulu baru shalat.
Tata caranya
Cara khotbah Shalat Idul Fitri seperti khotbah shalat Jum’at.
1. Baca hamdalah
2. Baca sholawat
3. Baca ayat
4. Memberi nasehat baik
5. Berdoa
Contohnya
Assalamu alaikum, Wr. Wb
Allahu akbar 3x
Alhamdu lillahi robbil alamin
Wassholatu wassalamu ala sayyidina Muhammad wa alihi wa shohbihi ajma’in
Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
yaa ayyuhaa alladziina aamanuu ittaquu allaaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illaa wa-antum muslimuuna
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS. Ali ‘Imran: 102)
Saudara ku, (jika di rumah bisa juga menyebut: ‘Anak istri ku yang ku cintai..’)
Jadilah dirimu orang yang bertakwa….. (dan seterusnya)
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
rabbanā ātinā fid-dun-yā ḥasanataw wa fil-ākhirati ḥasanataw wa qinā ‘ażāban-nār
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
لااله الا الله اكبر
الله اكبر ولله الحمد
Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar, laa ilaaha illallahu waallaahu akbar, Allaahu akbar walillaahil hamd.
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dan segala puji hanya untuk Allah.”
Kaifiat ini dirangkum berdasarkan ringkasan yang disusun Tim Penyusun Ikatan Sarjana Qur’an Hadits Indonesia: Fauzan Amin (Ketum ISQH), Yazid Mubarok (Wakil), dan Ahmad Aminuddin (Sekjend). []
SUMBER: OKEZONE/ISLAMPOS