SALAH satu kaidah kehidupan yang perlu kita ketahui dan yakini agar tak larut dalam kesedihan panjang adalah bahwa “tidak ada takdir yang keliru.” Apa yang kita harapkan terjadi pada kita dan ternyata tak terwujud nyata terjadi pada kita tidaklah bermakna bahwa takdir yang salah tempat, salah orang, salah waktu dan salah sasaran. Ia bermakna bahwa memang hal itu bukan takdir kita. Bukankah memang tak setiap keinginan harus menjadi kenyataan?
Apa yang memang menjadi takdir kita pasti akan tiba pada kita betapapun menurut nalar kita sesuatu itu tidak mungkin menjadi takdir kita. Pertanyaannya kemudian adalah “siapakah yang paling menentukan sesuatu itu menjadi takdir kita? Kitakah? Atau kekuatan luar biasa yang ada di luar kemampuan kita? Pagi segenap pembelajar makna hidup yang sering mencari tahu hakikat kaidah kehidupan pasti memiliki jawaban yang sama: “Ada Tuhan yang Mahakuasa yang mengatur dan menentukan semuanya.”
Orang yang tak percaya Tuhan akan menghabiskan waktu menyalahkan orang lain, menyalahkan apapun yang memungkinkan dirinya memiliki alasan kuat menolak kenyataan. Cara menghibur diri semacam ini biasanya mengantarkan pelakunya gagal untuk bahagia dan move on demi masa depan yang lebih cerah. Inilah pesan rahasia yang terkandung dalam kalimat “innaa liLLAAH wa innaa ilayhi raaji’uun” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepadaNya).
Pesan dan semangat kalimat “innaa liLLAAH wa innaa ilayhi raaji’uun” inilah sesungguhnya cara paling tepat untuk menghibur diri dari kegagalan diri meraih takdir yang diharapkan. Mari kita tanamkan kesadaran dalam diri kita bahwa kita adalah hamba. Bisanya kita adalah berupaya, berharap dan berdoa. Selanjutnya adalah kehendak dan kuasa Allah yang menentukan segalanya. Kehendak, pengaturan dan kuasaNya adalah yang terbaik karena Dia adalah Dzat Yang Mahabaik, Mahabijak, Mahaindah dan segenap sifat sempurna lainnya. Hapuslah air matamu dan mulailah tersenyum. Bismillaah, bahagia. Salam, AIM. [*]
Oleh KH Ahmad Imam Mawardi