DALAM aroma keinsafan, apa pun air mata yang menetes di jalan Tuhan ini terasa melegakan hati kita. Air mata apa pun di jalan Tuhan begitu berarti. Lantaran Tuhan menjadi sumber mata air kehidupan kita. Setetes tetapi bermakna. Setetes tetapi melepaskan dahaga.
Setetes tetapi membangkitkan jiwa. Membangunkan mereka yang tertidur makin tak terasa. Mendorong gairah mereka yang sedang gontai keletihan di jalan Tuhan. Bisa menghibur mereka yang sedang dirundung duka. Atau mengingatkan saat-saat seseorang mulai lengah dari tugasnya. Bahkan, bisa menjadi tempat rehat orang-orang yang sehat. Obat bagi yang sakit.
Tafsir jalan lain menuju kesuksesan dunia, berdampak akhirat yang sesungguhnya. “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Ali Imran: 139).
Sebijak mata air keinsafan, luka itu tetap ada, meski kesalahan harus bisa diambil hikmahnya. Bukan saja untuk pelakunya, bahkan untuk kita semuanya. Bahwa kesalahan-kesalahan kecil itu tidak selalu kecil. Kesalahan kecil bisa mengakibatkan kesalahan yang lebih besar. Bersamaan dengan kesalahan itu, persoalannya bisa menjadi besar pula. Maka, kesalahan kecil pun harus segera dibetulkan.
Jangan menangisi kesalahan. Menangislah lantaran kita terlambat mengambil sikap dalam menghadapi kesalahan. Bertobat dan segera menuju ampunan itulah jalan terbaik meraih kemuliaan. [Ustaz Umar Hidayat M. Ag.]