Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah
Segala puji bagi Allah yang telah meridhai Islam sebagai agama bagi umat Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dan menjadikan syariat yang dibawa beliau sebagai syariat penutup dan telah Ia sempurnakan. Segala puji bagi-Nya juga yang telah mengutus makhluk yang paling mulia, Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, sebagai Rasul-Nya. Amma ba’du,
Saya telah menelaah artikel yang ada pada surat kabar Al Yaum edisi 4080 tertanggal 12/8/1404 Hijriyah pada halaman terakhir dengan judul “Kuil asing milik kaum Sikh di Uni Emirat Arab“, yang menukil berita dari Gulf News Agency.
Dalam artikel tersebut dikatakan sebagai berikut: “Salah seorang cendikiawan Muslim di Dubai, yaitu Dr. Mahmud Ibrahim Aldik mengatakan bahwa kuil ini merupakan bahaya besar bagi kaum Muslimin, dan hendaknya dihancurkan. Ia mengatakan bahwa agama yang diterima di Uni Emirat Arab itu hanyalah agama yang memiliki kitab samawi. Adapun selain itu, maka merupakan keyakinan kafir yang wajib di hancurkan tempat ibadahnya, dilarang penyebarannya, dicekal aktifitas ritualnya, sehingga tidak memberi pengaruh buruk pada kaum Muslimin di negeri ini“. Demikian nukilan dari artikel.
Orang yang membaca perkataan Dr. Mahmud Aldik ini akan mendapati 2 hal:
Agama Nasrani dan Yahudi itu diterima di Uni Emirat Arab, baik dengan memeluk agama tersebut ataupun membangun tempat-tempat ibadah bagi mereka. Atau juga melakukan semua ritual-ritual mereka. Ini artinya orang Kristen bebas berkhutbah di depan publik dan secara resmi diperbolehkan di sana. Maka ini adalah masalah serius.
Lebih bahaya dari poin pertama, yaitu hukum yang terkandung dalam perkataan orang ini adalah bahwa agama samawi semisal Nasrani dan Yahudi tidaklah kafir. Jika demikian maka boleh memeluk agama-agama tersebut dan menisbatkan diri padanya, mendakwahkannya, dan menyebarkannya.
Dan saya sama sekali tidak masalah dengan pernyataannya soal kuil Sikh, karena telah telah sampai kabar kepada saya bahwa Syaikh Abdul Jabbar Al Majid, Menteri Agama Dubai, mengatakan bahwa beliau akan menghancurkan kuil tersebut, semoga Allah membalasnya dengan kebaikan. Karena dalam kuil ini terdapat ajakan pada kepercayaan penyembahan terhadap berhala, dan ini wajib untuk diingkari.
Adapun perkataan Dr. Mahmud Aldik maka kita ketahui bersama di dalamnya terdapat kebatilan dan kesalahan. Karena sesungguhnya agama Islam adalah agama yang benar yang wajib dipeluk oleh penduduk bumi. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima [agama itu] daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi“[1]
Allah Ta’ala juga berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ * فَإِنْ حَاجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
“Sesungguhnya agama [yang diridhai] di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian [yang ada] di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. Kemudian jika mereka mendebat kamu [tentang kebenaran Islam], maka katakanlah: “Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan [demikian pula] orang-orang yang mengikutiku”. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: “Apakah kamu [mau] masuk Islam?” Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan [ayat-ayat Allah]. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya“[2]
Demikian. Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memvonis kafir orang Yahudi dan Nasrani disebabkan apa yang mereka katakan mengenai Allah, karena perbuatan mereka mengubah dan mengganti apa yang ada dalam kitab mereka, karena kelancangan mereka dalam melanggar batasan-batasan Allah dalam perkataan dan perbuatan sebagai konsekuensi dari apa-apa yang diucapkan lisan-lisan mereka, dan mengikuti hawa nafsu mereka, Allah melaknat mereka, bagaimana mungkin mereka sampai berpaling? Allah Ta’ala berfirman:
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ أَنْ يُهْلِكَ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam”. Katakanlah: “Maka siapakah [gerangan] yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?”” [3]
Allah Ta’ala berfirman:
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ * لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ * أَفَلا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih [sendiri] berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan [sesuatu dengan] Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan [yang berhak disembah] selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“[4]
Allah Ta’ala juga berfirman:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ * اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila’nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah [6], dan [juga mereka mempertuhankan] Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan [yang berhak disembah] selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan“[5]
ayat-ayat Qur’an yang mulia yang maknanya demikian sangatlah banyak. Dan dengan ayat-ayat in juga kita ketahui bahwa ajaran Nasrani dan Yahudi telah di-nasakh (dihapus) oleh syariat yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Dan di dalam ajaran Nasrani dan Yahudi sendiri terdapat pembenaran terhadap Islam. Dari sini juga diketahui bahwa dalam ajaran Nasrani dan Yahudi terdapat kebatilan disebabkan perubahan dan penggantian poin-poin syariat yang mereka lakukan. Mereka menjual agama mereka dengan harga yang sedikit, sungguh itulah seburuk-buruk jual-beli.
Maka sesungguhnya agama Islam adalah agama yang benar yang wajib dipeluk oleh penduduk bumi, dan Islam itu adalah agama yang dibawa seluruh Nabi Allah. An Nasa-i meriwayatkan hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bahwa beliau pernah melihat lembaran Taurat di tangan Umar bin Khattab radhiallahu’anhu, lalu beliau bersabda:
أمتهوكون يا ابن الخطاب؟ لقد جئتكم بها بيضاء نقية، لو كان موسى حيا واتبعتموه وتركتموني ضللتم
“Apakah engkau termasuk orang yang bingung wahai Ibnul Khathab? sungguh aku datang kepada kalian dengan membawa ajaran yang putih bersih. andaikan Musa hidup saat ini, lalu kalian mengikuti syariat Nabi Musa dan meninggalkan syariatku, maka kalian akan tersesat”
dalam riwayat lain:
لو كان موسى حياً ما وسعه إلا اتباعي
“andaikan Musa hidup saat ini, tidak ada kelonggaran baginya kecuali mengikuti syariatku”
maka Umar bin Khathab pun mengatakan:
رضيت بالله رباً وبالإسلام ديناً وبمحمد نبياً
“aku telah ridha Allah sebagai Rabb-ku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabiku”
Hal ini sebagaimana juga Nabi Isa ‘alaihissalam beliau diutus sebagai mujaddid yang memperbaharui syariat yang dibawa Nabi Musa ‘alaihissalam, sehingga apa-apa yang diharamkan dalam syariat Nabi Musa itu dihalalkan dalam syariat beliau. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَلِأُحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ وَجِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ * إِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ
“Dan [aku datang kepadamu] membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda [mu’jizat] dari Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan ta’atlah kepadaku. Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus“[6]
Demikian juga, Nabi Isa akan turun di akhir zaman menjadi sebagai mujaddid yang memperbaharui risalah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam:
يوشك أن ينزل فيكم ابن مريم حكماً مقسطاً فيكسر الصليب ويقتل الخنزير ويضع الجزية
“hampir saja turun kepada kalian Isa bin Maryam sebagai hakim yang adil. Dia akan menghancurkan salib, membunuh babi, dan menghapuskan jizyah” (HR. Muslim)
Imam An Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim mengatakan: “maksud dari ‘menghapus jizyah‘ adalah Nabi Isa tidak memberi pilihan kepada orang kafir kecuali hanya dua: masuk Islam atau diperangi dengan pedang”.
Ketika melihat pertanda yang disebut dalam ayat ini, manusia (pada zaman Nabi Isa) yang diberi hidayah oleh Allah pun kembali kepada Islam, orang yang diberi penerangan pada pandangannya dari kalangan Yahudi dan Nasrani pun masuk Islam. Mereka beriman kepada Isa ‘alaihissalam ketika ada pertanda yang jelas dan terang ada di hadapan mereka sehingga jelas bagi mereka kebenaran yang nyata. Beriman kepada Nabi Isa ketika itu, artinya membenarkan risalah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Dan membenarkan agama yang beliau bawa dari Rabb-nya, yaitu agama Islam. Ketika telah tersingkap dan terungkap semua kedustaan dan kepalsuan yang dibuat oleh para pendeta Nasrani dan rahib Yahudi yang dengan itu mereka menyesatkan manusia dan membujuk manusia kepada agama mereka.
Allah Ta’ala menceritakan kisah Nabi Isa ‘alahissalam bersama Ahlul Kitab yang mengaku telah membunuhnya dalam rangka menjelaskan kedustaan mereka. Dan Allah juga menceritakan bahwa diantara Ahlul Kitab itu akan ada yang beriman kepada Isa ‘alahissalam sebelum ia mati, karena kematian itu pasti akan datang bagi semua manusia dalam kehidupan dunia ini,
بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا * وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا
“Tetapi [yang sebenarnya], Allah telah mengangkat ’Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya [’Isa] sebelum kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti ’Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka“[7].
Statement demikian yang dijelaskan oleh Al Qur’an yang mulai dipaparkan setelah menyifati mereka dengan kekafiran pada ayat sebelumnya, yaitu pada firman Allah Ta’ala:
وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيمًا * وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ
“Dan karena kekafiran mereka [terhadap ’Isa], dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar [zina], dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, ’Isa putera Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak [pula] menyalibnya, tetapi [yang mereka bunuh ialah] orang yang diserupakan dengan ’Isa bagi mereka“[8].
Lalu di zaman Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, setelah disampaikan syariat Islam kepada manusia, maka masuk Islam lah orang-orang yang pandangannya diberi cahaya oleh Allah, dari kalangan Yahudi dan Nasrani setelah mereka mengetahui kebenaran. Dan mereka berlepas diri dari keyakinan-keyakinan yang bertentangan dengan syariat Allah yang Ia syariatkan kepada hamba-Nya, yaitu mentauhidkan Allah Jalla Wa ‘Alaa semata, serta tidak berbuat syirik dalam keyakinan dan dalam beribadah kepada-Nya.
Dan agama Islam itu adalah agama yang diridhai oleh Allah bagi para Nabi-Nya sejak dahulu. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلامُ
“sesungguhnya agama yang diterima di sisi Allah adalah Islam“[9]
Allah Ta’ala juga berfirman:
وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الْآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ * إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ * وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam”. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. [Ibrahim berkata]: “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”“[10].
Dan agama Islam itu adalah jalan yang lurus untuk menuju kepada Allah, sebagaimana dijelaskan dalam tafsir surat Al Fatihah. Karena seorang hamba pasti berdoa kepada Rabb-nya untuk ditunjukkan kepada jalan yang lurus. Dan berdoa agar dijauhkan dari jalannya orang-orang yang dimurkai, yaitu orang-orang Yahudi, yang bermaksiat kepada Allah padahal mereka sudah tahu dan sudah memiliki ilmu. Dan berdoa agar dijauhkan dari jalannya orang-orang yang sesat, yaitu orang-orang Nasrani, yang menyembah Allah dengan kejahilan dan penyimpangan.
Dari apa yang kami sebutkan ini, jelaslah sudah bahwa jalan menuju Allah itu janya satu, yaitu jalan Islam. Dan Islam inilah yang dibawa oleh Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam ketika Allah mengutusnya, sebagaimana Allah juga mengutus para Rasul yang lain. Dan jelas sudah bahwa semua yang bertentangan dengan Islam, baik Yahudi, Nasrani, Majusi, keyakinan penyembah berhala, atau yang lainnya semua itu kafir dan semuanya batil. Dan bukan jalan menuju Allah, tidak dapat menyampaikan seseorang kepada surga Allah, bahkan akan menyampaikan ia kepada murka-Nya dan adzab-Nya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima [agama itu] daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi“[11].
Dan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
لا يسمع بي أحد من هذه الأمة يهودي ولا نصراني ثم يموت ولم يؤمن بالذي أرسلت به إلا كان من أهل النار
“Tidaklah seseorang dari umat ini baik dari kalangan Yahudi maupun Nasrani yang mendengar ajaranku kemudian mati dalam keadaan tidak beriman kepada ajaran yang aku bawa, kecuali ia menjadi penghuni neraka” (HR. Muslim)
Hanya kepada Allah lah kita meminta agar Ia memberikan karunia-Nya berupa kepahaman dalam ilmu agama dan keistiqamahan dalam ber-Islam, dan memperbaiki hati kita serta amalan kita, serta memberi kita semua hidayah kepada jalan yang lurus, dan menyelamatkan kita dari jalannya orang-orang yang dimurkai serta jalannya orang-orang yang sesat. Sesungguhnya Allah lah yang mengatur dan Maha Kuasa atas semua itu.
Washallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammadin wa ‘alaa ahlihi wa shahbihi wa sallam.
Catatan Kaki
[1] QS. Al Imran: 85
[2] QS. Al Imran: 19-20
[3] QS. Al Maidah: 17
[4] QS. Al Maidah: 72-74
[5] QS. At Taubah: 30-31
[6] QS. Al Imran: 50-51
[7] QS. An Nisa: 158-159
[8] QS. An Nisa: 156-157
[9] QS. Al Imran: 19
[10] QS. Al Baqarah: 130-132
[11] QS. Al Imran: 85
Sumber: http://www.binbaz.org.sa/mat/8527
—
Penerjemah: Yulian Purnama
Artikel Muslim.Or.Id
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/19223-islam-adalah-agama-yang-haq.html