Buya Hanka

Antara Berlebihan dan Merendahkan Orang Shalih (Bag. 3)

Bismillah walhamdulillah wash shalatu wassalamu ‘ala rasulillah, amma ba’du :

Penjelasan dalil-dalil larangan ghuluw terhadap orang shalih

Allah Ta’ala berfirman dalam surat An-Nisaa’ ayat 171,

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ  

“Wahai ahli Kitab, janganlah kalian melampaui batas dalam agama kalian!”

Penjelasan:

Allah Ta’ala melarang ahli Klitab, yaitu orang-orang Yahudi dan Nashara, bersikap melampaui batasan yang telah Allah Ta’ala tetapkan. Yaitu perbuatan mengangkat orang shalih di atas kedudukan yang Allah Ta’ala telah tetapkan dalam syari’at-Nya, seperti sikap orang Yahudi yang melampaui batas terhadap ‘Uzair dan sikap Nashara yang melampaui batas terhadap Nabi Isa ‘alaihis salam.

Ayat ini, meski seruannya kepada ahli Kitab, akan tetapi tujuan ayat ini bersifat umum untuk seluruh umat. Hal ini dalam rangka memperingatkan mereka agar jangan sampai bersikap kepada nabi mereka dan orang shalih secara melampaui batas.

Sifat larangan dalam ayat ini umum, mencakup larangan dari berbagai macam bentuk melampaui batas (ghuluw) dalam beragama, termasuk melampaui batas terhadap orang-orang shalih. Karena dalam ayat ini, {تَغْلُوا} disebutkan dalam konteks kalimat larangan. Secara kaidah, hal ini menunjukkan cakupan yang bersifat umum, yaitu mencakup seluruh bentuk melampaui batas (ghuluw) dalam beragama.

Wahai kaum muslimin, hindari sikap melampaui batas ahli Kitab!

Sikap melampaui batas (ghuluw) ahli Kitab dari kalangan Nashara terhadap Nabi Isa ‘alaihis salam disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 72-73,

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ  

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam.” Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka. Tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.”

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ   

“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, “Bahwasanya Allah adalah salah seorang dari yang tiga.” Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.”

Sikap melampaui batas (ghuluw) dari orang-orang Nashara terhadap Nabi Isa ‘alaihis salam tersebut yang diluruskan dalam surat An-Nisaa’ ayat 171,

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ ۚ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَىٰ مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۖ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ ۚ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ ۚ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ ۘ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَكِيلًا

“Wahai ahli Kitab, janganlah kalian melampaui batas dalam agama kalian, dan janganlah kalian mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.

Sesungguhnya Al-Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) ruh dari-Nya.

Maka berimanlah kalian kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kalian mengatakan, “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagi kalian. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.”

Dan alhamdulillah, sebenarnya kaum Nashara termasuk kaum yang lebih besar potensinya dalam menerima kebenaran daripada Yahudi dan musyrikin. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 82,

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا ۖ وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَىٰ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ  

“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.

Dan sesungguhnya kamu dapati orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.”

Sedangkan sikap melampaui batas (ghuluw) ahli Kitab dari kalangan Yahudi terhadap orang shalih mereka sebagaimana disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya :

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ ۖ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

“Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata, “Al-Masih itu putera Allah”. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka. Mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Laknat Allah untuk mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS. At-Taubah : 30)

Tentunya, baik Yahudi dan Nashrani terjatuh ke dalam sikap berlebihan terhadap orang shalih. Karena keduanya menganggap orang shalih sebagai anak Tuhan.

Renungan

Masalah tercelanya sikap berlebihan (ghuluw) ini penting diketahui oleh umat Islam khususnya, agar mereka tidak terjerumus ke dalam cara beragama yang berlebihan. Di antaranya dengan bersikap melampaui batas terhadap orang-orang shalih sehingga dikhawatirkan sampai puncaknya, yaitu terjerumus kedalam kesyirikan besar berupa menuhankan orang shalih yang hal ini mengeluarkan pelakunya dari agama Islam.

Ingatlah, bukankah penyebab kesyirikan pertama kali yang terjadi di muka bumi adalah ghuluw terhadap orang-orang shalih?

Dan hal ini akan dijelaskan pada serial artikel berikutnya, in sya Allah.

[Bersambung]

Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah

Artikel: Muslim.or.id

Simak selengkapnya disini. Klik