Al-Ghaffar adalah salah satu sifat Allah Swt. dalam Asmaulhusna yang biasa diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan arti “Maha Pengampun”.
Quraish Shihab dalam program Mutiara Hati SCTV mengajak untuk memahami kembali makna dari Al-Ghaffar yang terdapat dalam Asmaulhusna.
“Marilah kita tafakuri sifat Al-Ghaffar ini lebih dalam lagi. Kata Ghaffar terambil dari akar kata Ghafara yang artinya menutup. Allah Al Ghaffar, Allah Maha Menutupi. Lantas apakah yang Allah tutup?” Ujarnya.
Ia lalu menjelaskan bahwa secara umum orang mengartikan Al Ghaffar dengan makan bahwa Allah Swt. menutupi dosa hamba-hamba-Nya, yakni mengampuninya.
Ada juga yang menerangkan bahwa Al-Ghaffar terambil dari akar kata Ghafara yang adalah sejenis tumbuhan yang bisa dimanfaatkan sebagai obat dari suatu penyakit. Apabila memakai pendekatan, maka arti dari Al Ghaffar adalah bahwa Allah Swt. mengobati penyakit-penyakit kejiwaan manusia.
Imam Al-Ghazali memiliki pandangan yang lebih luas tentang sifat Allah Al Ghaffar. Menurut beliau, Allah menutupi, banyak yang Allah tutupi yang mana kesemuanya itu menjadi kemaslahatan untuk umat manusia.
Maksudnya adalah antara lain Allah Swt. menutupi sisi dalam organ tubuh manusia sehingga tidak terlihat kekotoran-kekotoran yang ada di balik perut kita ini. Kalau kekotoran itu terlihat maka tentu alangkah buruknya.
Yang kedua, menurut penjelasan Imam Al Ghazali, Allah Swt. menutupi isi hati seseorang. Jika saja orang lain mengetahui isi hati kita yang kebetulan sedang ada rasa benci terhadap seseorang, maka tentu betapa repotnya hidup ini. Namun, Allah Swt. menutupi isi hati kita sehingga orang lain tidak tahu apa yang ada di dalam hati kita.
Yang ketiga, Allah Swt. menutupi kesalahan-kesalahan manusia. Alangkah banyaknya orang yang berdosa di dunia ini, alangkah banyaknya orang yang berbuat maksiat, tetapi Allah Swt. menutupi aib-aib itu.
Menurut Quraish Shihab, ada lagi pemaknaan Al Ghaffar yang keempat, yaitu Allah Swt. menutupi kesedihan-kesedihan manusia dengan datangnya hari-hari pengganti yang menggantikan hari-hari kesedihan tersebut.
Sehingga, lambat laun, kita mampu beranjak dari kesedihan itu kepada kegembiraan yang baru, bahkan kita berhasil melupakan kesedihan itu. Jika saja Allah tidak menutupi hari-hari kesedihan kita, atau Allah biarkan kita terus-menerus berada dalam kesedihan maka tentu hidup ini terasa sengsara.
“Allah Swt. menutupi keburukan kita adalah kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri. Allah Swt. tutupi dosa-dosa adalah kesempatan bagi kita untuk bertaubat. Allah Swt. tutupi kesedihan kita adalah kesempatan bagi kita untuk tidak berputus asa terhadap pertolongan-Nya. Dialah Allah, Al Ghaffar.” Pungkasnya mengakhiri penjelasan tentang Al-Ghaffar.[]