Akhlak Rasulullah saw. kepada para sahabat dan orang terdekatnya itu sangat mulia sekali. Sekalipun pada pelaku maksiat, Rasulullah tidak membencinya dan mendoakannya agar sadar dan selalu cinta Allah dan Rasul-Nya.
Alkisah, di zaman Rasulullah hidup, ada sahabat dan anaknya yang suka mabuk. Menurut ulama, sahabat tersebut bernama Nuaiman. Tidak hanya Nuaiman, anaknya pun biasa mabuk. Ini di antaranya disebutkan oleh Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bari sebagaimana berikut ini:
فَعَلَى هَذَا يَكُونُ كُلٌّ مِنَ النُّعَيْمَانِ وَوَلَدِهِ عَبْدِ اللَّهِ جُلِدَ فِي الشُّرْبِ وَقَوِيَ هَذَا عِنْدَهُ بِمَا أَخْرَجَهُ الزُّبَيْرُ بْنُ بَكَّارٍ فِي الْفَاكِهَةِ مِنْ حَدِيثِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ قَالَ كَانَ بِالْمَدِينَةِ رَجُلٌ يُصِيبُ الشَّرَابَ فَكَانَ يُؤْتَى بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَضْرِبُهُ بِنَعْلِهِ وَيَأْمُرُ أَصْحَابَهُ فَيَضْرِبُونَهُ بِنِعَالِهِمْ وَيَحْثُونَ عَلَيْهِ التُّرَابَ فَلَمَّا كَثُرَ ذَلِكَ مِنْهُ قَالَ لَهُ رَجُلٌ لَعَنَكَ اللَّهُ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَفْعَلْ فَإِنَّهُ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
Artinya:
Menurut pendapat ini, Nuaiman dan anaknya Abdullah itu dihukum cambuk karena mabuk. Riwayat ini menjadi kuat menurutnya (Ibnu Abdil Barr) sebab ada riwayat al-Zubair bin Bakkar dari Muhammad bin ‘Amr bin Hazm mengenai buah-buahan. Ia bercerita, “Saat itu di Madinah ada seorang lelaki yang selalu mabuk. Ia didatangkan pada Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah memukulnya dengan sendal. Para sahabat pun disuruh Rasulullah memukulknya dengan sendal dan ditaburi debu. Saat sudah banyak debunya, seorang sahabat sumpah serapah, “Semoga Allah melaknatimu.” Akan tetapi Rasulullah menegur orang yang mendoakan buruk tersebut, “Jangan begitu, walaupun dia pemabuk tapi dia mencintai Allah dan Rasul-Nya.”
Dalam riwayat lain, sahabat Nuaiman dan anaknya itu bukan hanya sekali mabuk. Menurut Imam Ibnu Abdil Barr, Nuaiman itu mabuk sebanyak lebih dari 50 kali. Tapi ia pun dihukum berkali-kali oleh Rasulullah dan sahabat lainnya. Akan tetapi, sahabat Nuaiman ini memiliki kelebihan humor yang menyenangkan, sehingga Rasulullah pun terhibur sebabnya.
Dalam kesempatan lain, Rasulullah juga berpesan pada para sahabat, “Jangan kalian membantu setan dengan melaknatnya dan menghinanya.”
Mengapa demikian? Orang yang berbuat dosa atau keburukan itu apabila kita benci maka ia akan semakin jauh dari agama. Orang yang sedang terjerumus atau salah itu seharusnya kita rangkul, ingatkan, dan terus kita temani.
Menurut Imam Ibnu Hajar, hadis ini juga menolak pendapat orang yang berpandangan bahwa pelaku dosa besar itu dikategorikan sebagai perbuatan kufur. Ini karena terdapat larangan dari Rasulullah untuk melaknat dan membenci pelaku dosa besar. Rasulullah malah menyuruh kita untuk mendoakan baik pada pelaku maksiat. Itulah di antara akhlak Rasulullah yang mulia.
Namun ini bukan berarti kita boleh mudah dan sembrono terus berulangkali melakukan maskiat tanpa merasa berdosa sedikit pun. Kita harus khawatir ketika dalam keadaan maksiat, usia kita diambil oleh Allah sehingga menyebabkan kita meninggal dalam keadaan suulkhotimah. Wallahu a’lam bis shawab.