Modal awal kesalehan anak adalah taufiq dan karunia dari Allah semata, bila Allah (dengan hikmah dan keadilan-Nya) menginginkan ia tumbuh besar menjadi baik dan berkah maka jadilah ia anak yang saleh, sebaliknya bila Allah tahu ia tak layak menjadi hamba yang saleh, maka ia akan tumbuh menjadi hamba yang kufur, sombong, pembangkang, bergelimang maksiat dan dosa, sebagaimana putera Nuh ‘alaihissalam yang tak berguna sama sekali, bahkan menjadi musuh sang ayah.
Setelah faktor taufiq dari Allah, maka kedua adalah modal doa, contoh suri teladan dan didikan orang tua. Dengan doa yang tak putus dipanjatkan, suri teladan dan didikan orang tua yang baik, semoga kelak anak akan terwarnai dan terpengaruh menjadi lebih baik.
Faktor ketiga adalah guru, sekolah, teman-teman dan lingkungan yang membentuk. Bila gurunya baik, sekolahnya bagus, kawan dan lingkungan yang mengitari anak bagus, insyaallah harapannya anak kelak akan bagus pula.
Anak-anak terlahir di atas fitrah kesucian tauhid dan taat pada Allah, sebagaimana ungkapan baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
كلُّ مولودٍ يولَدُ على الفطرةِ فأبواه يُهوِّدانِه أو يُنصِّرانِه أو يُمجِّسانِه
”Setiap anak terlahir di atas fitrah, kedua orang tuanyalah yang mengubah anak menjadi Yahudi, Nashrani maupun Majusi” (HR. Bukhari no.1385, Muslim no.2658).
Dalam hadis Qudsi, Allah berfirman:
وإنِّي خلَقْتُ عبادي حُنَفاءَ كلَّهم وإنَّهم أتَتْهم الشَّياطينُ فاجتالَتْهم عن دِينِهم
”Aku menciptakan hamba-hambaku dalam fitrah yang lurus, kemudian datanglah setan-setan yang menyesatkan mereka dari agama mereka” (HR. Ath-Thabarani [3/206], disahihkan oleh Al-Albani dalam Ghayatul Maram no.9).
Tugas orang tua, dan para pendidik adalah menjaga kemurnian fitrah mereka yang lurus agar tidak menyimpang.
HP Sarana Perusak
Perusak berat fitrah anak di era Milenial ini, adalah handphone android, gadget, laptop, dan sejenisnya yang menjadi jembatan mulus anak-anak pelajar untuk membuang-buang waktu, lalai dengan game-gamenya, bermedia sosial dengan yang lain, untuk main bareng, janjian bertemu, nonton bareng, pacaran, mengakses pornografi dan seterusnya.
Handphone (HP) yang membuat anak- anak pelajar bahkan orang dewasa menjadi bak kelelawar, yang hidup dan beraktivitas di malam hari dan tidur panjang di siang hari. Bagaikan burung hantu yang hanya bisa menikmati malam dan tidak beraktivitas di siang hari.
Lihatlah tubuh-tubuh yang kurus dan loyo karena badan tidak bergerak, mata yang sembab karena kurang tidur malam, warna kulit yang pucat karena tidak terkena sinar matahari, semua itu dampak dari HP.
Belum lagi sifat malas, tak peka lingkungan, tak mau tahu kerja, berkurung di kamar, menambah kesal para orang tua.
Dari HP-lah mereka berdusta, alasan belajar ke rumah teman, nyatanya pacaran, ber-khulwat, hura-hura, foya-foya, ngebut-ngebutan yang tak jarang memakan korban. Ada yang hamil di luar nikah, tewas tabrakan dengan kepala pecah, gegar otak, kepala bocor dan seterusnya.
Apalagi di masa pandemi covid-19 sekarang ini, terpaksa orang tua merogoh kocek lebih banyak untuk membeli pulsa, paket data bahkan HP untuk kepentingan belajar di rumah. Alih-alih mengerjakan PR, setor hafalan, eh malah semangat belajar melemah dikalahkan dengam game maupun bersosialita dengan WA, FB, IG dan semacamnya.
HP terkadang merubah anak jadi durhaka, tak patuh orang tua, bahkan melawan mereka. HP yang membuat mereka menjadi robot-robot yang gagal berinteraksi dengan manusia sekitarnya.
HP yang membuat mereka menggerogoti harta orang tua untuk beli paket, belanja, bergaya, bahkan berhutang online.
Ya Rabb..
Peliharalah diri kami, keluarga dan anak-anak kaum muslimin dari bencana HP ini. Jadikan kami orang-orang yang bijak dalam menggunakannya ya Rabbal ‘Alamin.
Batam, 1 Zulqa’dah 1441 / 23 Juni 2020
Penulis: Ust. Abu Fairuz Ahmad Ridwan, Lc.
Artikel: Muslim.or.id