Setidaknya, ada lima amaliah Ramadhan yang mesti dipertahankan, bahkan ditingkatkan di bulan Syawal
Bulan Ramadhan 1442 H telah berlalu, tapi amal ibadah yang dilakukan selama sebulan jangan padam. Ketaatan hamba yang bertakwa bukan bersifat musiman, tetapi sejatinya kian meningkat hingga akhir hayat.
Setidaknya, ada lima amaliah Ramadhan yang mesti dipertahankan, bahkan ditingkatkan di bulan Syawal ini. Pertama, memakmurkan masjid. Selama Ramadhan, umat Islam ramai melaksanakan shalat berjamaah dan mengikuti kajian Islam di masjid.
Pasca-Ramadhan, hendaknya umat Islam senantiasa menegakkan shalat berjamaah di masjid. Ciri utama shalat yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW adalah dilaksanakan di awal waktu, secara berjamaah, dan bertempat di masjid. Nabi SAW juga menegaskan bahwa shalat berjamaah lebih utama dua puluh derajat dibanding shalat sendiri.
Begitu juga majelis ilmu di masjid mesti tetap dipertahankan. Meskipun di era digital ini banyak media untuk belajar, tapi sebaik-baik majelis ilmu bertempat di masjid.
Nabi SAW bersabda: “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (HR Muslim).
Kedua, beribadah di waktu sahur. Ketika Ramadhan umat Islam makan di waktu sahur, maka sesudah Ramadhan tetaplah bangun di waktu sahur untuk beribadah. Di antara ciri hamba bertakwa adalah beristighfar di waktu sahur. (QS Ali Imran: 16).
Ketika menafsirkan ayat ini, Wahbah az-Zuhaili menjelaskan waktu sahur adalah sepertiga akhir malam hingga terbitnya fajar. Beribadahlah di waktu sahur seperti shalat tahajud, beristighfar dan bermunajat pada Allah SWT.
Ketiga, berbuat baik pada sesama. Selama berpuasa, umat Islam saling membantu dan menyayangi, tidak boleh bertengkar dan menyakiti. Mereka juga diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah.
Sesudah Ramadhan, sikap saling menyayangi dan saling membantu mesti dipertahankan. Bantu saudara yang membutuhkan dengan harta, baik berupa zakat, infak, dan sedekah. Membantu sesama juga bisa dengan pikiran, tenaga, hingga doa. Termasuk saudara-saudara kita yang saat ini berjuang melawan kebiadaban Israel di Palestina, bantulah dengan harta dan doa.
Keempat, menjadi ahlul Quran. Ramadhan adalah syahrul Quran. Banyak yang mengkhatamkan bacaan Alquran dan mendengarkan kajiannya di bulan mulia ini.
Pasca Ramadhan, interaksi dengan Alquran mesti tetap ditingkatkan. Marilah menjadi ahlul Quran dengan cara mendengarkan bacaannya, membaca dan menghafal ayat-ayatnya, mentadabburi isinya dengan memahami maknanya, mengamalkan hingga mengajarkannya.
Kelima, berpuasa. Jika sebulan kita mampu berpuasa, maka di bulan Syawal ini disunahkan berpuasa selama enam hari. Selain itu, ada pula puasa sunah lainnya seperti puasa senin dan kamis di setiap bulan.
Jangan tinggalkan amalan mulia ini karena puasa mengandung banyak hikmah untuk menempa diri menjadi hamba bertakwa, bahagia dan selamat dunia akirat.
Wallahu a’lam.
OLEH MUHAMMAD KOSIM