Rahmat merupakan pertolongan dan penjagaan Allah. Sekecil apapun kebaikan yang kita tebarkan, seminim apapun ibadah yang kita lakukan, itu adalah menjadi bagian dari usaha kita untuk meraih rahmat Allah. Rahmat Allah tentu tidak akan tanpa pondasi yang kita bangun. Apakah pondasi itu? Tidak lain adalah berbagai amal shaleh yang tentu disukai oleh-Nya.
Salah satu tips untuk mendapatkan percikan rahmat Allah adalah berkumpul dengan orang yang sering mengingat Allah. Yang demikian merupakan mutiara indah dalam kitab Az Zuhud karya Imam Ahmad bin Hanbal. Sebuah pesan Lukman Hakim kepada anaknya yang tertulis sebagai berikut.
اختر المجالس على عينك فإذا رأيت المجلس بذكرالله عز وجل فاجلس معهم فإنك إن تك عالما ينفعك علمك وإن تك غيبا يعلموك وإن يطلع الله عليهم برحمة تصيبك معهم
Pm
Pilihlah majelis perkumpulanmu sesuai seleramu. Apabila kau menemukan orang-orang yang duduk mengingat Allah. duduklah bersama mereka. Jika kau berilmu, ilmumu akan bermanfaat. Jika kau orang bodoh, mereka akan mengajarimu. Kalau Allah merahmati mereka, kau juga mendapatkan percikan rahmat-Nya
Berkawan dan berkumpul dengan orang yang sering mengingat Allah menyebabkan kita mendapatkan percikan rahmat Allah. Mengapa demikian? Karena Allah tentu akan merahmati orang-orang yang selalu mengingat dan menyertakan Allah dalam setiap waktunya. Jika kita berkawan dan berkumpul dengan tipikal orang yang demikian baiknya, secara tidak langusng kita mendapati percikan rahmat Allah melalui orang tersebut.
Disinilah seorang teman memiliki pengaruh untuk menguatkan iman dan terus dalam ladang ketaatan. Karena jika kita salah atau bodoh, ia akan mengajari dan mengajak kembali kepada kebaikan. Dengan demikian kita akan terus semangat untuk beramal kebaikan. Begitupun sebaliknya untuk kita yang sering berkumpul dengan sosok orang yang sering lalai kepada-Nya, kita sendiri yang akan merugi karena ikutan lalai jika tidak memiliki benteng diri.
Pemaparan di atas juga seirama dengan apa yang diriwayatkan dari Abu Musa, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari)