Kalender Islam dikenal dengan kalender hijriah karena penentuan awal tahunnya dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya dari Makkah menuju Madinah.
Ihwal hijrahnya Nabi beserta para sahabatnya adalah untuk perubahan Islam. Sewaktu di Makkah umat Islam terintimidasi dan terasing karena dimusuhi oleh kafir Quraisy. Jumlah umat Islam yang sedikit membuat leluasa kaum Quraisy melakukan intimidasi, penyiksaan dan pembunuhan terhadap pengikut Nabi Muhammad.
Kemudian, Nabi memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib yang kemudian hari namanya dirubah menjadi Madinah.
Tapi, siapa yang menyangka, peristiwa hijrah ini akan menjadi titik awal perubahan umat Islam. Dari Madinah perubahan besar dimulai. Nabi Muhammad, hanya dalam tempo 10 tahun sebelum beliau wafat, berhasil membangun sendi-sendi peradaban kehidupan manusia yang berkeadaban.
Agama Islam dengan cepat menyebar ke seluruh Jazirah Arab dan belahan bumi sekitarnya. Demikian pula, penganut agama Islam meningkat tajam dan menjelma menjadi kekuatan superior yang disegani lawan. Umat Islam berjaya. Kafir Quraisy harus berpikir seribu kali untuk memperpanjang kontrak permusuhan dan melakukan intimidasi terhadap umat Islam. Bahkan, mereka harus takluk di bawah kebesaran panji-panji Islam.
Hijrahnya Nabi beserta para sahabatnya merupakan embrio lahirnya kejayaan Islam. Namun perlu diingat, kejayaan Islam itu tidak dibangun dengan kekuatan militer. Perang memang tak terelakkan, tetapi pondasi utama kejayaan Islam bukan dengan kekuatan senjata, namun dengan mengembangkan dan menetapkan Islam sebagai suatu tatanan dan tuntunan untuk menciptakan kehidupan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, moral, persaudaraan, toleransi dan terciptanya kedamaian di semua belahan dunia.
Perang yang dilakukan oleh umat Islam hanya sebagai upaya untuk menundukkan sebuah kekuasaan yang tidak mempedulikan moral, kemanusiaan, persaudaraan, perdamaian dan toleransi. Tegasnya, kekuatan senjata hanya diapakai untuk menghapus kedhaliman dan kesewenang-wenangan.
Kejayaan Islam semakin melambung di era Khulafaur Rasyidin dan pada dinasti-dinasti berikutnya yang menjalankan prinsip-prinsip yang telah ditanamkan oleh Nabi.
Begitulah, hijrah menjadi titik awal perkembangan dan kejayaan Islam. Sampai akhirnya, kejayaan itu mulai redup, bahkan Islam mengalami kemunduran total.
Apa sebabnya? Karena tergerusnya nilai-nilai keislaman yang dipancangkan oleh Nabi setelah hijrah ke Madinah.
Saya teringat dengan surat pertanyaan Syaikh Ahmad Baisuni Imran asal Sambas Kalimantan Barat yang dikirim kepada Rasyid Ridha di Mesir, “Kenapa umat Islam mundur sementara umat lain berjaya”?
Rasyid Ridha lalu meminta Syakib Arsalan, cendikiawan muslim Mesir untuk menjawabnya. Jawaban ditulis dengan catatan ringkas (risalah). Pada intinya jawabannya adalah karena umat Islam meninggalkan tradisi yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad, sementara umat lain justru mengamalkan prinsip-prinsip ajaran Islam.
Karenanya, kita mesti mengembalikan semangat hijrah untuk kejayaan Islam. Semangat hijrah yang telah ditanamkan oleh Nabi Muhammad di Madinah. Yakni, menjadikan Islam sebagai suatu tatanan dan tuntunan membentuk kehidupan yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, kemanusiaan, persaudaraan, toleransi dan kedamaian.
Akhirnya, tahun baru hijriah semestinya menjadi momentum penggugah semangka umat Islam untuk benar-benar menjalankan misi Islam yang dirisalahkan kepada Nabi Muhammad. Hijarah dan hijriah merupakan dua hal yang bertemali erat yang mengandung banyak hikmah. Pergantian tahun baru hijriah mestinya menyulut semangat hijrah umat Islam untuk pergantian dari akhlak yang buruk menuju akhlakul karimah.
Dalam konteks kebangsaan kita yang saat ini dipenuhi tayangan-tayangan akhlak kotor; narasi kebencian, permusuhan, adu domba dan upaya memecah belah kesatuan, tahun baru hijriah semestinya hadir sebagai penyemangat untuk hijrah dari akhlak buruk tersebut.