IMAM al-Syafi’i berkata: “Ada banyak orang yang sudah mati, namun kemuliannya tidak mati-mati. Ada banyak orang yang masih hidup, namun telah dianggap mati oleh manusia.” Sungguh lebih baik akrab dengan orang yang sudah mati namun kemuliannya tetap bisa menggugah hati kita menjadi selalu hidup, ketimbang bersahabat dengan orang yang masih hidup yang menjadikan hati kita mati.
Membaca sejarah hidup para nabi, para sahabat nabi dan para ulama sungguh merupakan aktifitas yang menghidupkan hati. Mengetahui kesungguhan mereka dalam beragama menjadikan kita malu untuk mengaku sebagai ahli surga, tapi tak mengendorkan semangat untuk terus berupaya menjadi ahli surga. Sejarah mereka adalah sejarah teladan sejarah inspiratif, sejarah yang mencerahkan jiwa.
Melihat perilaku beberapa orang yang masih hidup yang kehidupannya dipenuhi oleh ambisi tanpa batas, bertengkar dan bertarung demi kertas-kertas yang bernama uang, fitnah kanan fitnah kiri demi ketamakan dan kedengkian sungguh menjadikan hati kita merasa ngeri dan takut hidup, buram dan semakin meredup andai saja tak istiqamah berdzikir dan berfikir positif. Dzikir begitu kuat menjadikan hati tetap tenteran, pikiran positif begitu ampuh menjadikan diri tetap benjadi bijak dan istiqamah.
Sejarah orang-orang saleh adalah cermin besar yang bisa selalu dijadikan media kita berkaca, karena sejarah mereka adalah cermin bening yang tak retak. Jangan berkaca pada cermin retak, sudah retak buramlah pula. Karena berkaca pada cermin semacam itu tak akan menjadikan kita mengetahui hakikat diri kita.
Yang paling penting untuk dijaga dan jangan sampai dilakukan adalah memecahkan kaca cermin yang bersih dan tak retak hanya untuk menutupi kejelekan wajah kita yang sesungguhnya. Perilaku seperti ini sungguh merusak cermin, merugikan diri sendiri dan merugikan orang lain yang tulus ingin berkaca. Salam, AIM.
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2278266/jadikan-sejarah-orang-saleh-sebagai-cermin-besar#sthash.EgTrEYIk.dpuf