3 Nasihat Sayyidina Ali dalam Menjalani Kehidupan

3 Nasihat Sayyidina Ali dalam Menjalani Kehidupan

Sayyidina Ali Bin Abi Thalib adalah salah satu sahabat yang tidak pernah mengenyam pendidikan jahiliyah karena sejak masa kecilnya beliau tinggal bersama dan dapat bimbingan langsung dari Rasulullah SAW dia adalah putra dari paman Nabi yang bernama Abu Thalib begitu mulianya kedudukan Sayyidina Ali sehingga Nabi SAW bersabda tentangnya :

أنا مَدِينَةُ العلمِ وعليٌّ بابُها فمَنْ أرادَ المدينةَ فَلْيَأْتِها من قِبَلِ البابِ

Artinya: “aku adalah (ibarat) kota Ilmu dan Ali adalah pintunya, barang siapa yang hendak medapatkan ilmuku maka datangilah melalui melalui pintu itu” (HR. Al-Hakim At-Thabrani dari Ibnu Abas dan Jabir).

Maka tidak salah jika kita hendak memperdalam Islam melalui pesan, ucapan dan tindakan Sayyidina Ali sebagai rujukan pembuka sebelum mempelajari khazanah Islam lebih luas. Dalam kesempatan ini, kami akan membicarakan salah satu dari sekian banyak ucapan Sayyidina Ali berikut :

إن من نعيم الدنيا يكفيك الإسلام نعمة، وإن من الشغل يكفيك الطاعة شغلا، وإن من العبرة يكفيك الموت عبرة

Artinya: “dari sebagian banyak nikmat dunia, cukuplah Islam sebagai nikmat bagimu. Dari sekian banyak kesibukan, cukuplah ketaatan sebagai kesibukan bagimu. Dan dari sekian banyak pelajaran kematian sebagai pelajaran bagimu”

Ucapan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib ini adalah nasehat berharga sekaligus  pelajaran untuk kita laksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari :

Pertama, menjadikan Islam sebagai nikmat yang terbesar

Tentu, kenikmatan apapun sejatinya tak ada artinya jika seseorag tidak akan memeluk Islam menjadi Muslim. Nikmat hidup, nikmat sehat, nikmat banyak harta, nikmat memiliki anak istri, nikmat jabatan dan lainnya. Hal itu tidak akan berarti tanpa adanya nikmat Islam. Sebab, semua nikmat tersebut semuanya bersifat semu dan sementara. Semua itu akan meninggalkan atau ditinggalkan manusia. Saat aja menjemput tidak akan ada lagi nikmat hidup, nikmat sehat, nikmat banyak harta, nikmat memiliki anak istri, nikmat jabatan dll itu Semua akan berakhir. Yang tersisah jika seorang itu Muslim tinggal nikmat islam yang akan terus mengiringinnya sampai dia menghadap Allah SWT pada hari akhir nanti.

Karena itu, alangkah rugi orang yang tidak memeluk Islam. Alangkah rugi pula orang yang telah memeluk Islam tetapi menyia-nyiakan keberislamannya. Karena itu mari kita gunakan nikmat Islam yang telah dianugerahkan Allah ini dengan sebaik baiknya, mari kita berusaha menjadi Muslim sejati, yakni Muslim yang benar-benar bertaqwa  kepada Allah SWT.

Orang yang tidak akan jauh dari Islam tidak akan memperoleh ketenangan dalam hidupnya. Kehidupan akan terasa hampa karena jauh dari penciptanyadan kebahagiaan di akhirat tidak akan didaptkan, justru dia akan sengsara di akhirat karena mati dalam keadaan kekafiran. Inilah yang disebut dengan celaka didunia dan akhirat lihatlah penyesalan apa yang diucapkan oleh orang-orang kafir di akhirat kelak. Allah SWT berfirman :

رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ كَانُوْا مُسْلِمِيْنَ

Artinya : “Orang-orang yang kufur itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan, sekiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. (QS. Al-Hijr : 2).

Kedua, menjadikan ketaatan sebagai kesibukan kita di dunia.

Banyak sekali kesibukan kita di dunia ini. banyak waktu yang kita habiskan dalam urusan-urusan yang menguras fikiran, tenaga dan biaya. Kesibukan kita itu mungkin ada yang memberikan manfaat dan tidak menutup kemungkinan juga banyak urusan yang tidak bemanfaat dan akhirnya menyebabkan kesia-siaan belaka.

Karena itu menurut Sayyidina Ali, diantara banyaknya kesibukan dan urusan kita di dunia ini jadilah ketaatan kebada Allah SWTsebagai urusan terbesar. Urusan penting dan kesibukan kita setiap hari. Jadikanlah setiap detik nafas kita, detak jantung kita, getar kalbu kita, pandangan mata kita, pendengaran telinga kita, kata yang meluncur dari lisan kita, gerak tangan kita dan ayunan langkah kita, semua itu  benar-benar dalam rangka ketaatan kita kepada Allah.  Tidak ada sedikitpun. tersisa waktu kita untuk bermaksiat  kepada-Nya. Itulah sejatinya aktiftas yang selalu mengisi kesibukan kita di dunia ini.

Jaminan Allah SWT kepada orang orang di dunia ini sibuk dalam urusan ketaatan kepada-Nya, maka di akhirat kelak dia akan sibuk dalam kebahagiaan Allah SWT berfirman

اِنَّ اَصْحٰبَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِيْ شُغُلٍ فٰكِهُوْنَ ۚ

Artinya : Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu berada dalam kesibukan (sehingga tidak sempat berpikir tentang penghuni neraka) lagi bersenang-senang

Ketiga, menjadikan kematian sebagai pelajaran yang paling berharga.

Setiap bulan, setiap minggu, bahkan mungkin setiap hari kita menyaksikan saudara-saudara dipanggil menghadap Allah. Ini adalah sebuah pelajaran, bahwa kita juga akan mengalami hal yang sama. Nasehat Sayyidina Ali menyuruh kita agar menjadikan kematian sebagai pelajaran yang paling berharga dan kita harus banyak mengingat mati serta mengambil ibrah (pelajaran) dari setiap kematian. Betapapun banyak pelajaran (ilmu) yang kita pelajari hingga kita menjadi seorang ahli ilmu, tentu semua itu tidak bermakna apa-apa jika membuat kita melupakan kematian yang menjadi pintu gerbang menuju alam akhirat, hari penentuan apakah kita akan menjadi penduduk surga atau  penduduk neraka. Karena itu, setiap pelajaran yang kita ambil dari berbagai majelis ilmu semestinya selalu mengingatkan kita satu hal yaitu kematian

Semakin banyak pelajaran yang banyak kita ambil semakin membuat kita ingat akan mati. Semakin banyak kita mengiangat mati maka semakin zuhud kita terhadap dunia, maka tidaklah dia bertambah dekat disisi Allah SWT melainkan semakin jauh dari-Nya.

Ketika kita semakin zuhud terhadap dunia, maka orientasi hidup kita pun semakin mengarah  kepada akhirat dengan selalu mempersiapkan bekal untuk menghadap-Nya. tentu kita pun memahami kata-kata penuh hikmah dari Sayyidina Abu Bakar Ash-Shidiq RA di mana dalam suatu riwayat beliau berpesan: “siapa saja yang masuk kubur tanpa bekal dia seperti orang yang mengarungi lautan tanpa kapal.” Ungkapan ini bermakna, siapa saja yang meninggalkan dunia ini dan masuk kedalam alam barzakh, sementara dia tidak membawa amal shalih, maka dia pasti akan tenggelam dalam lautan alam azabnya.

Mari kita selalu mengingat dan mengamalkan Tiga Nasehat dari Sayyidina Ali  tadi. Mari kita jadikan firman Allah SWT ini sebagai pegangan dan pedoman hidup kita :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

ISLAMKAFFAH