Kapan Kita Ditekankan untuk Membaca Basmalah?

Kapan Kita Ditekankan untuk Membaca Basmalah?

Muslim yang baik adalah muslim yang menjadikan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai role model, suri teladan bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari dan berusaha meniru dan melaksanakan setiap detail kehidupannya sesuai dengan tata cara (sunah) yang telah beliau ajarkan.

Seribu tahun lalu Rasulullah telah menyampaikan kepada umatnya agar selalu menapaki sunah-sunah beliau. Beliau bersabda yang artinya,

“Maka, wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunahku (cara yang telah aku lakukan).” (HR. Abu Dawud no. 4607, Tirmidzi no. 2676)

Di antara sunah yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa lakukan dan beliau ajarkan kepada umatnya adalah mengucapkan basmalah di setiap aktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Pada pembahasan kali ini, kami akan paparkan beberapa kondisi yang sangat ditekankan untuk mengucapkan basmalah, kondisi-kondisi di mana terdapat dalil dan hadis yang sahih bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan basmalah di dalamnya.

Di dalam membaca serta mengamalkannya tuntunan mengucapkan basmalah, terdapat dua lafaz berbeda yang berbeda juga kapan dibacanya.

Yang pertama: Dibaca secara lengkap, yaitu “Bismillahirrahmanirrahim”

Saat membaca Al-Qur’an

Terkhusus ketika mulai membaca awal-awal surah yang ada di dalamnya, kecuali pada surah Bara’ah (At-Taubah). Karena basmalah merupakan ayat yang diturunkan bersamaan dengan setiap surah di dalam Al-Qur’an, kecuali surah Bara’ah. Oleh karenanya, basmalah ditulis di setiap permulaan surah dalam Al-Qur’an, walaupun ia bukanlah termasuk ayat pada surat tersebut secara spesifik.

Di permulaan penulisan buku-buku, surat-menyurat, naskah khotbah, dan jurnal ilmiah

Hal ini merupakan salah satu bentuk meniru dan mencontoh Al-Qur’an dan kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena beliau memulai surat-surat yang beliau tulis untuk para raja dengannya, sebagaimana surat beliau kepada Heraclius kaisar Romawi. Beliau memulai suratnya dengan,

بسم الله الرحمن الرحيم، من محمد رسول الله، إلى هرقل عظيم الروم

“Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dari Muhammad, Utusan Allah, kepada Heraclius, yang agung di Roma.”

Hal ini juga dilakukan oleh nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana surat Nabi Sulaiman ‘alaihis salam kepada Bilqis. Allah Ta’ala mengisahkan,

قَالَتۡ يٰۤاَيُّهَا الۡمَلَؤُا اِنِّىۡۤ اُلۡقِىَ اِلَىَّ كِتٰبٌ كَرِيۡمٌ * اِنَّهٗ مِنۡ سُلَيۡمٰنَ وَاِنَّهٗ بِسۡمِ اللّٰهِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِيۡمِۙ * اَلَّا تَعۡلُوۡا عَلَىَّ وَاۡتُوۡنِىۡ مُسۡلِمِيۡنَ

Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia.” Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Naml: 29-31)

Para pendahulu dan penerus bangsa ini juga telah menggunakan dan mengaplikasikannya di dalam buku-buku, surat, pidato, dan artikel mereka.

Yang kedua: Dengan mengucapkan “bismillah” saja

Hal ini diperintahkan untuk diucapkan pada beberapa kondisi:

Ketika berwudu

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ وُضُوءَ لَهُ وَلاَ وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ

“Tidak ada salat bagi yang tidak memiliki wudu. Dan tidak ada wudu bagi yang tidak membaca bismillah di dalamnya.” (HR. Abu Daud no. 101 dan Ibnu Majah no. 399. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadis ini hasan)

Sebagian ulama mendaifkan hadis ini, namun dari berbagai jalur, hadis ini menjadi kuat. Sedangkan pe-nafi-an (peniadaan) yang disebutkan dalam hadis adalah peniadaan kesempurnaan dan bukan keabsahan wudunya. Jadi, maksudnya adalah wudunya tidak sempurna, bukan berarti tidak sah.

Saat menaiki kendaraan

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَالَ ٱرْكَبُوا۟ فِيهَا بِسْمِ ٱللَّهِ مَجْر۪ىٰهَا وَمُرْسَىٰهَآ ۚ إِنَّ رَبِّى لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan Nuh berkata, ‘Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” (QS. Hud: 41)

Di dalam hadis Jabir radhiyallahu ‘anhu yang panjang, hadis yang mengisahkan kendaraan ontanya, disebutkan di dalamnya,

ثُمَّ قالَ لِي: ارْكَبْ باسْمِ اللَّهِ

“Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku, ‘Naikilah kendaraan untamu dengan mengucapkan bismillah (dengan menyebut nama Allah).’” (HR. Muslim no. 715)

Saat menyembelih dan berburu

Berdasarkan firman Allah Ta’ala,

فَكُلُوْا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللّٰهِ عَلَيْهِ اِنْ كُنْتُمْ بِاٰيٰتِهٖ مُؤْمِنِيْنَ

“Maka, makanlah dari apa (daging hewan) yang (ketika disembelih) disebut nama Allah, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’am: 118)

Dan juga firman Allah,

فَكُلُوا۟ مِمَّآ أَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ وَٱذْكُرُوا۟ ٱسْمَ ٱللَّهِ عَلَيْهِ ۖ

“Maka, makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya).” (QS. Al-Ma’idah: 4)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

إذَا أَرْسَلْتَ كَلْبَكَ المُعَلَّمَ، وَذَكَرْتَ اسْمَ اللهِ عليه فَكُلْ

“Apabila kamu melepas anjing pemburu yang terlatih setelah kamu menyebut nama Allah ketika melepasnya, makanlah tangkapannya.” (HR. Muslim no. 1929)

Sebelum makan

Berdasarkan hadis yang sangat masyhur tentang nasihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada seorang anak,

يا غُلَامُ، سَمِّ اللَّهَ، وكُلْ بيَمِينِكَ، وكُلْ ممَّا يَلِيكَ فَما زَالَتْ تِلكَ طِعْمَتي بَعْدُ

“Wahai anak, sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari apa yang di hadapanmu.” (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)

Sebelum melakukan hubungan suami istri

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَمَا لو أنَّ أحَدَهُمْ يَقولُ حِينَ يَأْتي أهْلَهُ: باسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنِي الشَّيْطانَ، وجَنِّبِ الشَّيْطانَ ما رَزَقْتَنا، ثُمَّ قُدِّرَ بيْنَهُما في ذلكَ، أوْ قُضِيَ ولَدٌ؛ لَمْ يَضُرَّهُ شَيطانٌ أبَدًا.

“Sekiranya saat mereka mendatangi isterinya membaca, ‘Bismillahi allahumma jannibnisy syaithaana wa jannibisy syaithaana ma razaqtanaa.’ Lalu mereka pun ditakdirkan mendapat keturunan dari hasil pergaulan itu, atau mereka dikaruniai anak, maka ia tidak akan diganggu oleh setan selama-lamanya.” (HR. Bukhari no. 5165 dan Muslim no. 1434)

Ketika keluar rumah

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ﺇِﺫَﺍ ﺧَﺮَﺝَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻣِﻦْ ﺑَﻴْﺘِﻪِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺗَﻮَﻛَّﻠْﺖُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ، ﻟَﺎ ﺣَﻮْﻝَ ﻭَﻟَﺎ ﻗُﻮَّﺓَ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻳُﻘَﺎﻝُ ﺣِﻴﻨَﺌِﺬٍ : ﻫُﺪِﻳﺖَ، ﻭَﻛُﻔِﻴﺖَ، ﻭَﻭُﻗِﻴﺖَ، ﻓَﺘَﺘَﻨَﺤَّﻰ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﻟَﻪُ ﺷَﻴْﻄَﺎﻥٌ ﺁﺧَﺮُ : ﻛَﻴْﻒَ ﻟَﻚَ ﺑِﺮَﺟُﻞٍ ﻗَﺪْ ﻫُﺪِﻱَ ﻭَﻛُﻔِﻲَ ﻭَﻭُﻗِﻲَ؟

“Apabila seseorang keluar dari rumahnya kemudian dia membaca doa, “Bismillahi tawakkaltu ‘alallah, laa hawla wa laa quwwata illa billah” (Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan, kecuali dengan-Nya). Maka, disampaikan kepadanya, ‘Kamu diberi petunjuk, kamu dicukupi kebutuhannya, dan kamu dilindungi.’ Seketika itu setan-setan pun menjauh darinya. Lalu, salah satu setan berkata kepada temannya, ’Bagaimana mungkin kalian bisa mengganggu orang yang telah diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi.’ (HR. Abu Daud no. 5095 dan An-Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubra no. 9917)

Ketika hendak masuk ke dalam kamar mandi

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

سَتْرُ ما بينَ أَعْيُنِ الجِنِّ و عَوْرَاتِ بَنِي آدمَ إذا دخلَ أحدُهُمْ الخلاء أنْ يقولَ : بسمِ اللهِ

“Penutup antara mata jin dan aurat manusia yaitu, apabila seorang dari mereka melepaskan pakaian mengucapkan, ‘Bismillah (dengan menyebut nama Allah).’” (HR. Tirmidzi no. 606 dan Ibnu Majah no. 297)

Saat mendapati rasa sakit pada salah satu anggota tubuh

Jika seorang muslim merasakan sakit pada salah satu anggota tubuhnya, disyariatkan baginya untuk meletakkan tangan kanannya pada bagian yang sakit tersebut sembari membaca bismillah dan membaca doa yang telah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan kepada sahabat Utsman bin Abi Al-Ash radhiyallahu ‘anhu saat ia mengeluhkan rasa sakit yang tak kunjung sembuh pada tubuhnya,

ضَعْ يَدَكَ علَى الَّذي تَأَلَّمَ مِن جَسَدِكَ، وَقُلْ: باسْمِ اللهِ، ثَلَاثًا، وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ: أَعُوذُ باللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِن شَرِّ ما أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

“Letakkan tanganmu pada tempat yang sakit di badanmu dan ucapkanlah, ‘Bismillah.’ sebanyak tiga kali. Dan ucapkan juga sebanyak tujuh kali, ‘Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-nya, dari keburukan apa yang kurasakan dan kukhawatirkan.’” (HR. Muslim no. 2202)

Saat hendak meletakkan mayit ke dalam liang lahad

Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu mengisahkan,

أنَّ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ كان إذا وَضع الميتَ في القبرِ قال باسمِ اللهِ وباللهِ وعلى مِلَّةِ وفي لفظ وعلى سُنَّةِ رسولِ اللهِ

“Bahwasanya apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan mayit di dalam kubur, maka beliau mengatakan, “Bismillahi wabillahi wa’alamillati” dan dalam riwayat lain dengan lafadz “wa’ala sunnati rasulillah” (Dengan nama Allah dan aku bersumpah dengan nama-Nya serta di atas ajaran/sunah Rasulullah).” (HR. Abu Dawud no. 3213, Tirmidzi no. 1046, dan Ibnu Majah no. 1550)

Saat menutup pintu, mematikan lampu, menutup wadah air, dan tempat makan di malam hari

Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إذا كانَ جُنْحُ اللَّيْلِ -أوْ أمْسَيْتُمْ- فَكُفُّوا صِبْيانَكُمْ؛ فإنَّ الشَّياطِينَ تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ، فإذا ذَهَبَ ساعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَخلُّوهُمْ، فأغْلِقُوا الأبْوابَ، واذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ؛ فإنَّ الشَّيْطانَ لا يَفْتَحُ بابًا مُغْلَقًا، وأَوْكُوا قِرَبَكُمْ واذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ، وخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ واذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ، ولو أنْ تَعْرُضُوا عليها شَيئًا، وأَطْفِئُوا مَصابِيحَكُمْ

“Apabila malam mulai gelap atau malam telah tiba (waktu magrib), maka tahanlah anak-anak kalian (agar tidak keluar dari rumah), karena saat itu setan berkeliaran. Apabila hari sudah malam, maka lepaskanlah mereka dan tutuplah pintu-pintu (rumah kalian) dan sebutlah nama Allah, karena setan tidak mampu membuka pintu yang tertutup. Ikatlah wadah (air minum) kalian sambil menyebut nama Allah dan tutup pula bejana-bejana kalian sambil menyebut nama Allah walaupun hanya dengan menaruh sesuatu di atasnya, dan matikanlah lampu-lampu kalian.” (HR. Bukhari no. 5623 dan Muslim no. 2012)

Ketika akan tidur di malam hari

Berdasarkan hadis,

أن رسولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، كان إذا أخذ مضجعَه من الليلِ قال: بسم اللهِ وضعتُ جنبي، اللهم اغفر لي ذنبي، وأخْسئْ شيطاني، وفكَّ رِهاني، واجعلني في النديِّ الأعلى.

“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersiap tidur di malam hari, beliau berdoa, (yang artinya), ‘Ya Allah, aku rebahkan diriku. Ampunilah semua dosaku, cacatkanlah setanku, lepaskanlah gadaiku, dan jadikanlah aku berada pada jajaran yang tinggi bersama malaikat.’” (HR. Abu Dawud no. 5054)

Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita salah satu hamba-Nya yang mampu menjalankan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kehidupan sehari-hari, tak terkecuali mengamalkan hadis-hadis yang berkaitan dengan bacaan basmalah yang baru saja kita paparkan sebelumnya. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Wallahu A’lam bisshawab.

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/87794-kapan-kita-ditekankan-untuk-membaca-basmalah.html