Manusia memiliki karakter atau sifat yang berbeda-beda.
Manusia memiliki karakter atau sifat yang berbeda-beda. Ada yang keras, ada yang kalem, dan lainnya. Namun apa faktor yang membuat manusia memiliki sifat yang beragam itu? Jawaban atas pertanyaan ini diisyaratkan dalam Alquran.
Sejumlah ayat menjelaskan tentang asal mula penciptaan manusia, yaitu dari tanah. Allah SWT berfirman:
هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُوْنُوْا شُيُوْخًا ۚوَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى مِنْ قَبْلُ وَلِتَبْلُغُوْٓا اَجَلًا مُّسَمًّى وَّلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ
“Dialah yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari segumpal darah, kemudian kamu dilahirkan sebagai seorang anak, kemudian dibiarkan kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua. Tetapi di antara kamu ada yang dimatikan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) agar kamu sampai kepada kurun waktu yang ditentukan, agar kamu mengerti.” (QS. Gafir ayat 67)
Ayat lain menjelaskannya dengan lebih rinci, seperti pada Surat Al Mu’minun ayat 12, sebagai berikut:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ طِيْنٍ ۚ
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.” (QS. Al Mu’minun ayat 12)
Dr Nadiah Thayyarah, penulis “Sains dalam Al-Qur’an: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah”, menjelaskan, beberapa ayat dalam Alquran berbicara tentang penciptaan Nabi Adam ‘alaihissalam.
Ada ayat yang menyebut Nabi Adam tercipta dari tanah, dari sari pati tanah, dari tanah yang liat, dan ada pula ayat yang menyebutkan bahwa Nabi Adam tercipta dari tanah kering seperti tembikar. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT:
خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ
“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.” (QS. Ar Rahman ayat 14)
Nadiah menyampaikan, Nabi Adam tercipta dari semua bahan tersebut dan ini hanyalah tahapan dalam proses penciptaan Adam. Tahap pertama penciptaan Adam adalah dari tanah. Hal ini diisyaratkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Musa RA. Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW bersabda:
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيْعِ الْأَرْضِ فَجَاءَ بَنُوْ آدَمَ عَلَى قَدْرِ الْأَرْضِ جَاءَ مِنْهُمُ الْأَبْيَضُ وَ الْأَحْمَرُ وَ الْأَسْوَدُ وَ بَيْنَ ذلِكَ وَ الْخَبِيْثُ وَ الطَّيِّبُ وَ السَّهْلُ وَ الْحَزْنُ وَ بَيْنَ ذلِكَ.
“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla menciptakan Adam dari satu genggam yang diambil-Nya dari seluruh tanah bumi. Kemudian anak keturunan Adam terlahir sesuai jenis tanah itu. Ada yang berwarna putih, merah, hitam dan campuran antara warna-warna itu. Di antara mereka ada yang jahat, baik, senang, sedih dan campuran dari keadaan itu.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Abu Dawud)
Karena itu, menurut Nadiah, umat manusia memiliki sifat yang bermacam-macam. Antara satu orang dengan yang lainnya memiliki sifat yang berbeda. “Dan keturunan Adam terlahir serupa dengan ragam dan jenis tanah. Di antara mereka ada yang memiliki kepribadian yang lembut dan seperti tanah yang subur,” jelasnya.
Ada juga manusia yang memiliki kepribadian yang sulit dan keras, seperti tanah kering yang tidak bisa menumbuhkan tanaman dan tidak mengandung air. Ada yang memiliki kepribadian sombong dan keras kepala. “Sifat manusia itu bermacam-macam sesuai dengan sifat-sifat tanah yang menjadi bahan penciptaan Nabi Adam,” paparnya.
Warna kulit manusia juga beragam. Ada yang putih, hitam dan merah. Ini seperti warna-warna tanah. Sehingga, tabiat manusia pun mencerminkan contoh dari sifat-sifat tanah, karena Allah mengambil satu genggam tanah yang diambil dari seluruh macam tanah untuk menciptakan Adam.
“Karena itu juga, Adam disebut dengan Adam, karena ia berasal dari kulit bumi (adîm), dan kulit bumi berarti tanah,” jelas Nadiah.
Dia juga menjabarkan, dinamakan Adam agar selalu ingat dari apa berasal. Sehingga tunduk dan merendahkan diri kepada kekuasaan dan keagungan Allah SWT. Sebab, asal mula penciptaan Nabi Adam adalah dari tanah. Kemudian tanah itu dibasahi dengan air. Setelah dibasahi, ia menjadi sari pati tanah.
Allah SWT berfirman:
اِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنْ طِيْنٍ
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ‘Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari sari pati tanah.” (QS. Sad ayat 71)
Sari pati tanah tersebut dibasahi lagi, dan saat dibasahi, menjadi tanah yang liat. Semakin banyak air ditambahkan ke dalamnya, ia akan semakin kuat dan lengket. Allah SWT berfirman:
فَاسْتَفْتِهِمْ اَهُمْ اَشَدُّ خَلْقًا اَمْ مَّنْ خَلَقْنَا ۗاِنَّا خَلَقْنٰهُمْ مِّنْ طِيْنٍ لَّازِبٍ
“Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah), “Apakah penciptaan mereka yang lebih sulit ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?” Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.” (QS. As Saffat ayat 11)
Nadiah menjelaskan, tanah liat adalah tanah yang satu sama lain saling merekat dan bersatu. Tanah liat ini dibentuk Allah sehingga berbentuk manusia. Dalam Surat Sad ayat 75, dikatakan, “(Allah) berfirman, “Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kekuasaan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang (lebih) tinggi?”
Dijelaskan pula oleh Nadiah, bahwa setelah tanah dibasahi, lalu menjadi sari pati tanah. Kemudian sari pati tanah ini dibasahi sehingga menggumpal dan menjadi tanah liat. Kemudian tanah liat ini dibentuk oleh Allah sehingga menjadi tanah kering.
“Karena tanah kering ini dibentuk dan terlalu sering dibasahi, maka menjadi hitam pekat. Kemudian tanah kering yang dibasahi tadi dibiarkan hingga mengering lagi sehingga menjadi seperti tembikar,” papar Nadiah.