Alangkah mulianya para penghafal Al Qur’an, jika kita menelisik ke belakang dari rangkaian sosok para ‘Ulama salaf dan khalaf, kita akan dapati sebagian mereka hafal Al Qur’an, bahkan Ibnu Abdil Barrpun mengatakan bahwa, ‘Fa Awwalul ‘Ilm Hifdzhu Kitaabillahi ‘Azza wajalla wa Tafahhumuhu’ yang artinya ‘’Dan ilmu yang paling pertama adalah menghafal kitabullah ‘azza wa jalla (Al Qur’an) dan memahaminya”(dinukil dari Limaadza Nahfadzul Qur’an, Syaikh Shalih Al Munajjid)
Abu Ali Al Fudhail bin ‘Iyadh bin Mas’ud bin Bisyr At Tamimi Al Yarbu’i atau yang lebih dikenal dengan Fudhail bin ‘Iyadh beliau kelahiran Samarqand dan tumbuh besar di kota Abyurd yang terletak di antara daerah Sarkhas dan Nasa, beliau menghafal dan belajar hadits di Kuffah dan kemudian pindah ke Mekkah, beliau menyampaikan nasihat pada para penghafal Al Qur’an diantaranya sebagai berikut :
قال الفضيل بن عياض رحمه الله : “حامل القرآن حامل راية الإسلام لا ينبغي أن يلهو مع من يلهو ولا يسهو مع من يسهو ولا يلغو مع من يلغو تعظيما لحق القرآن
“Pengemban al Qur’an (para penghafal Al Qur’an) adalah pembawa panji Islam, tidak sepantasnya ia berbuat sia-sia bersama orang yang berbuat sia-sia, tidak lalai bersama orang-orang yang lalai, tidak berkat/ berbuat yang tidak bermanfaat seperti orang-orang yang berkata dan berbuat yang tidak bermanfaat. Sikap ini sebagai bentuk mengagungkan al Qur’an”.
Ahli Al Qur’an (para penghafal Al Qur’an) Para pembawa misi Islam
Para penghafal Al Qur’an mendapatkan tasyrif nabawi/penghargaan khusus dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam.
Di antara penghargaan yang pernah diberikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabat penghafal Al Qur’an adalah perhatian kepada para syuhada Uhud Huffadzul (penghafal) Al Qur’an. Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam mendahulukan pemakaman mereka.
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يجمع بين الرجلين من قتلى أحد في ثوب واحد ثم يقول: أيهم أكثر أخذاً للقرآن ؟ فإذا أشير إلى أحدهما قدمه في اللحد
“Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan di antara dua orang syuhada Uhud kemudian beliau bersabda, manakah di antara keduanya yang lebih banyak hafal Al Qur’an, ketika ditunjuk kepada salah satunya, maka beliau mendahulukan pemakamannya di liang lahat.” (HR. Bukhari).
Pada kesempatan lain, Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam memberikan amanat kepada para Huffazhul Qur’an dengan mengangkat mereka sebagai pemimpin delegasi.
Dari Abu Hurairah Rodhiyallohu ‘anhu (semoga Alloh meridhainya) ia berkata, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam mengutus utusan sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam mengetes hafalan mereka, satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada Shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya, “Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab,”Aku hafal surat ini..surat ini.. dan surat Al Baqarah.” Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?” Tanya Nabi lagi. Shahabi menjawab, “Benar.”. Nabi bersabda, “Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi.” (HR. At Tirmidzi dan An Nasaa’i).
Para penghafal Al-Qur’an mereka yang terdepan di medan jihad
Tidak aneh jika para penghapal Al Quran dari kalangan sahabat adalah mereka yang berada di barisan pertama saat shalat di Masjid, yang berada di garis terdepan saat jihad, dan orang yang pertama melakukan kebaikan di tengah masyarakat, dalam sebagian peperangan perluasan wilayah Islam, ada seseorang yang berteriak: wahai para penghafal surah Al Baqarah, hari ini sihir telah lenyap! Seperti terjadi pada perang Yamamah yang terkenal dan dalam perang melawan kelompok murtad. Huzaifah berkata pada hari yang menegangkan itu: wahai para penghapal Al Quran, hiasilah Al Quran dengan amal perbuatan kalian.
Pada hari Yamamah (peperangan melawan gerakan riddah) Salim maula Abi Huzaifah, saat ia membawa bendera pasukan Islam, ditanya oleh kaum Muhajirin: “Apakah engkau tidak takut jika kami berjalan di belakangmu?” Ia menjawab: “Sepaling jelek penghafal adalah aku, jika aku sampai berjalan di belakang kalian dalam perang ini!”.
Dalam peperangan Yamamah, saat memerangi Musailimah al Kazzab, sejumlah besar penghapal Al Quran mendapatkan mati syahid, karena mereka selalu berada di barisan terdepan. Hingga ada yang mengatakan: mereka berjumlah tujuh ratus orang. Inilah yang mendorong dilakukannya pembukuan Al Quran, karena ditakutkan para penghafal Al Quran tiada (gugur syahid) dalam medan jihad! [Nzal]