Serangan rudal udara dan bom terus menerus jatuh ke tengah warga sipil di Aleppo, Suriah. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan sedikitnya 253 warga sipil – termasuk 49 anak-anak – tewas di Aleppo sejak 22 April.
Namun hingga kini pemerintah Indonesia dianggap belum memiliki andil yang cukup besar dalam penderitaan rakyat Suriah.
“Dengan berbagai alasan tidak ada keberpihakan yang nyata terhadap kondisi Suriah saat ini. Dan ini atas nama masyarakat, saya sangat menyayangkan sikap politik luar negeri indonesia,” kata Ustadz Bachtiar Nasir di Jakarta, Rabu (4/5).
Ia mengungkapkan, Aleppo dihujani persenjataan dengan roket-roket yang tidak bisa memilih mana perempuan, anak-anak dan orang yang lemah. Menurut dia, masyarakat Suriah tidak menjadi gila saja sudah bagus. Saat ini, Bachtiar menegaskan, mereka begitu membutuhkan bantuan berupa makanan, bantuan medis dan tempat tinggal.
Ustaz Bachtiar mengatakan, atas nama politik luar negeri bebas aktifnya, pemerintah lebih cenderung kepada Cina dan Rusia, sehingga terkesan sangat berhati-hati terhadap krisis kemanusiaan di Suriah.
“Dalam urusan Suriah, mana bebas aktif untuk kemanusiaan di sana. Masih kah Rusia dan Cina begitu kuat menekan politik luar negeri Indonesia. Setelah terjadi penindasan dan penjajahan yang terjadi disana,” ungkapnya.