TERTULIS di dinding suatu pekuburan: “Kau tak lagi mampu membawa hartamu bersamamu kini. Hanya hartamu yang telah kau kirimkan hari kemaren yang telah menunggumu untuk menyertaimu saat ini.”
Semoga kesadaran hati kita selalu berada di baris terdepan menghalau ketamakan dan kebakhilan kita untuk menjadi pemutus gaya kita mencari dan menggunakan harta kita. Semoga tafakkur kita mengantarkan kita pada kisah hakiki kehidupan dunia, yakni bahwa tak ada yang kekal abadi kecuali yang telah dititipkan kepada Allah yang Maha Kekal.
Kalaulah janji Allah dan Rasulullah pada para dermawan tak lagi mampu mengetuk pintu kesadaran, lalu janji siapa lagi yang bisa diharap untuk membuka pintu hati? Sungguh pintu kuburan tak akan lagi terbuka untuk kita hidup kedua kalinya di muka dunia ini. Sungguh hidup kita kali ini adalah pertaruhan kita sesungguhnya untuk menentukan nasib akhir kita: kembali ke surga tempat nenek kita pertama kali dicipta atau ke neraka tempat para durjana dipulangkan.
Termasuk yang celaka adalah “mereka yang menghimpun harta dan menghitung-hitungnya, seraya menyangka bahwa hartanya akan menjadikannya hidup kekal.” Bacalah surat al-Humazah dan renungkan. Siang nanti lihatlah catatan harta kita, lihatlah tumpukan emas permata yang tersimpan di kotak itu, bukalah buku tabungan kita, lalu tanyakan: “Wahai hartaku, engkau akan bersamaku kelak dengan cara aku sedekahkan hari ini, ataukah engkau akan berganti tuan setelah aku mati kelak?”
Semoga petunjuk Allah senantiasa bersama kita. Salam keberkahan, AIM@Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2305847/hartaku-bersamaku-kelak-dengan-sedekahkan-hari-ini#sthash.G6KmyEiO.dpuf