SEJARAH mengajarkan kita bahwa tak banyak orang yang membaca sejarah dan mengambil hikmah dari sejarah itu. Kebanyakan manusia adalah berupaya mencoba sesuatu dengan sendiri dengan tidak mempercayai apa yang telah terjadi pada orang lain akan terjadi juga kepada dirinya jika sikapnya adalah sikap yang sama dengan yang dilakukan oleh orang lain dalam sejarah masa lalu.
Bacalah kitab “Siyar A’lam al-Nubala” yang berjilid-jilid itu. Komentar atau kesimpulan dari pembaca yang membaca tuntas kitab itu adalah bahwa kitab ini merupakan kisah sejarah yang mengabarkan nasib baik bagi orang yang berakhlak baik dan nasib jelek bagi orang yang berperilaku jelek. Namun, masih banyak juga yang tidak percaya pada paparan sejarah dalam kitab itu. Mengapa? Nafsu dan syetan telah menguasai dirinya.
Sejarah juga memberitahu bahwa tidak ada orang besar yang tidak mengalami ujian dan cobaan. Inipun merupakan pelajaran yang sering dilupakan. Begitu banyak yang ingin menjadi tokoh besar dengan cara enak-enakan dan santai-santai dengan hanya mengandalkan tipu muslihat jegal sana jegal sini.
Mereka lupa bahwa menaiki tangga membutuhkan keseriusan melihat ke atas dan berpegang pada pinggiran tangga. Mereka juga lupa bahwa tanaman yang baik itu harus diberi pupuk kandang yang merupakan tahi binatang. Belum ada tanaman yang tumbuh baik dan besar karena disemprot parfum. Betul?
Sejarah juga menunjukkan bahwa perintah Allah dan Rasulullah untuk selalu taat pada apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang adalah untuk kemaslahatan diri dan kemaslahatan umum di sini dan di sana, kini dan nanti. Namun banyak yang melupakan ini sehingga memposisikan diri berbeda dengan apa yang dimau Allah dan Rasulullah.
Ketaatan adalah sumber kebahagiaan, sementara pembangkangan adalah sumber penderitaan, saat ini dan nanti, di sini dan di sana kelak.
Salam, AIM@Pondok Pesantren Alif Laam Miim Surabaya. [*]
– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2307630/belajarlah-dari-sejarah#sthash.GWuTOAad.dpuf