sukses menuntut ilmu

Agar Aku Sukses Menuntut Ilmu (Bag. 13): Hafalkan, Diskusikan, dan Bertanyalah

Baca pembahasan sebelumnya Agar Aku Sukses Menuntut Ilmu (Bag. 12): Carilah Teman yang Mendukungmu Belajar Agama


Bismillah

Ada tiga hal yang jika diupayakan seorang penuntut ilmu, maka ilmu akan bersemai di dalam jiwanya:

Pertama, menghafal.

Kedua, berdiskusi dengan rekan belajar/kajian.

Ketiga, bertanya kepada ahli ilmu

Syekh Sholih Al-‘Ushoimi hafizhahullah menerangkan di dalam kitab Khulashoh karyanya,

إذ تلقيه عن الشيخ لا ينفع بلا حفظ له ومذاكرة به وسؤال عنه، فهؤلاء تحقق في قلب طالب العلم تعظيمه، بكمال الالتفات إليه والاشتغال به، فالحفظ خلوة بالنفس، والمذاكرة جلوس إلى القرين والسؤال إقبال على العالم

Belajar kepada seorang guru (syekh, ustaz, dll) tidak bermanfaat tanpa menghafal, berdiskusi, dan bertanya kepada guru. Tiga hal itu akan mewujudkan pengagungan ilmu di dalam dada sesuai kadar totalitas mempelajarinya. Menghafal adalah khalwat seorang penuntut ilmu dengan dirinya sendiri. Berdiskusi adalah duduk bersama rekan-rekannya. Bertanya adalah menghadap kepada ulama.

Dengan mengupayakan tiga hal di atas, seorang penuntut ilmu menjadi seimbang waktu belajarnya. Ada saat-saat dia harus menyendiri dengan dirinya, itulah saat menghafal. Ada saat-saat ia harus bersosialisasi dengan teman-temannya, itulah saat ia berdiskusi. Ada saat-saat ia harus welcome, konsentrasi kepada gurunya, yaitu saat bertanya kepada guru.

Ketiga poin di atas kita perjelas lagi dengan catatan di bawah ini:

Menghafal

Orang-orang yang sukses dalam menuntut ilmu, yakni para ulama seperti Imam Syafi’i, Imam Nawawi, Imam Ibnu Hajar rahimahumullah, dan yang lainnya, perjuangan belajar mereka tidak lepas dari upaya menghafalkan ilmu. Syekh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah menyampaikan testimoni dari kegiatan menghafal beliau di masa-masa belajar,

حفظنا قليلا وقرأنا كثيرا، فانتفعنا بما حفظنا أكثر من انتفاعنا بما قرأنا

Kami menghafal sedikit dan banyak membaca. Ternyata manfaat yang kami dapat dari hafalan lebih banyak daripada yang didapat dari membaca.”

Karena ilmu yang didapat dari menghafal, akan lebih kokoh tersimpan di dalam jiwa daripada yang didapat dari membaca. Meski kedua metode ini sangat bermanfaat. Ada ilmu yang memang harus dihafal. Ada yang cukup dengan membaca. Namun, jangan pernah menganggap sepele metode menghafal dalam belajar, kemudian mencukupkan dengan pemahaman. Manfaat menghafal bagi penuntut ilmu telah dirasakan sendiri oleh orang-orang yang telah sukses belajar.

Berdiskusi

Sering terjadi pada diri pelajar, pemahaman-pemahaman yang rinci atau detail itu bisa didapat setelah berdiskusi dengan rekan sesama pelajar. Dan pemahaman yang remang-remang menjadi terang benderang setelah berdiskusi. Tentu saja diskusi yang didasari niat yang baik, dari hati yang bersih dari egois, untuk belajar, untuk mengasah ketajaman ilmu kita, bukan untuk menang-menangan atau saling menjatuhkan. Tetapi, diskusi untuk belajar mendengar dari orang lain, menerima masukan, dan legowo mendapatkan koreksi jika ternyata pemahaman kita terbukti salah. Jika niat yang baik ini menjadi dasar diskusi, maka keberkahan diskusi akan kita dapatkan. Sebagaimana dinyatakan oleh para ulama,

وبالمذاكرة تدوم حياة العلم في النفس

Dengan berdiskusi, kehidupan ilmu di dalam jiwa akan langgeng.

Al-Quran sebagai ilmu yang telah Allah mudahkan. Itu saja masih perlu muraja’ah agar hafalan Al-Qur’an terjaga dengan baik. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17)

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إنما مثل صاحب القرآن كمثل صاحب الإبل المعلقة

Sesungguhnya permisalan penghafal Al-Qur’an itu seperti pemilik unta yang untanya terikat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam permisalkan hafalan Al-Qur’an itu seperti unta yang terikat, karena unta adalah binatang yang jika terlepas, susah ditangkap. Hafalan Al-Qur’an memiliki karakter yang sama. Jika telah lepas dengan tidak di-muraja’ah, maka menghafalnya kembali susah. Ini benar-benar kenyataan, silahkan anda bisa bertanya kepada para penghafal Al-Qur’an.

Jika demikian bentuk arahan Nabi kita shallallahu ’alaihi wasallam kepada Al-Qur’an, ilmu yang telah ditegaskan Allah Ta’ala sebagai ilmu yang Allah mudahkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk mengikatnya baik-baik. Maka bagaimana gerangan dengan ilmu syar’i selain Al-Qur’an?!

Ibnu Abdil Bar rahimahullah mengatakan,

وإذا كان القرآن الميسر للذكر كلإبل المعلقة من تعاهدها أمسكها فكيف بسائر العلوم؟!

Jika Al-Qur’an yang dimudahkan untuk diingat seperti unta yang terikat. Jika diikat, maka tuannya bisa menguasainya. Maka, bagaimana lagi dengan ilmu yang lain?!” (At-Tamhid)

Poin yang menjadi titik temu antara muraja’ah Al-Qur’an dengan motivasi untuk mempersering diskusi adalah bahwa metode menjaga hafalan Al-Qur’an yang terbaik adalah dengan menyimakkan hafalan kepada yang lain. Sebagaimana petunjuk Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam, beliau sering menyimakkan hafalan Al-Qur’annya kepada malaikat Jibril ‘alaihissalam. Maka demikianlah, cara menjaga ilmu yang paling mujarab. Paling baik adalah dengan ‘menyimakkan’ ilmu itu kepada orang lain, yaitu dengan cara diskusi bersama rekan-rekan sesama penuntut ilmu.

Bertanya

Kata Syekh Sholih Al-‘Ushoimi hafizhahullah,

وبالسؤال عن العلم تفتتح خزائنه

Dengan bertanya, akan terbukalah perbendaharaan ilmu.” (Mukhtashor Ta’dzhiimil ‘Ilmi)

Bahkan para ulama salaf menilai bahwa baiknya pertanyaan adalah setengahnya ilmu.

Salah satu bukti nyata belajar dengan model bertanya itu sangat bermanfaat adalah tanya jawab murid-murid Imam Ahmad rahimahullah kepada beliau yang kemudian diriwayatkan dan dikumpulkan menjadi buku. Sungguh manfaatnya sangat terasa.

Betapa sering ilmu yang samar menjadi terang benderang setelah bertanya. Atau faedah -faedah tersembunyi yang tidak tertulis di kitab atau tidak tersebut di kajian bisa kita dapatkan dari bertanya. Inilah tiga hal yang bisa merawat ilmu:

Menghafal, itu ibarat menamam.

Berdiskusi, itu ibarat menyirami dan memupuk.

Lalu, bertanya itu ibarat mengembangbiakkan atau menambah ilmu.

Demikian

Waffaqanallah waiyyakum.

***

Penulis: Ahmad Anshori, Lc.

Sumber: https://muslim.or.id/72716-agar-aku-sukses-menuntut-ilmu-bag-13-hafalkan-diskusikan-dan-bertanyalah.html